CHAPTER 35 : SHOCK

5.3K 645 74
                                    

LISA POV

Sepanjang perjalanan dari Night Market ke rumahku Jennie tidak mau berbicara padaku, namun aku tahu jika dia tidak sedang baik-baik saja. Nafasnya tidak tenang, dia banyak bergerak seperti nampak gelisah serta jika aku perhatikan dia lebih sering memejamkan matanya agak lama dan menelan salivanya. Aku hanya bisa menggenggam tangannya ketika di taksi. Dia tidak mau dipeluk, untungnya dia tidak menolak tanganku. Aku terus mengusap tangannya untuk menenangkannya.

Sesampainya di rumah aku disambut Mommy, Jennie masih bisa menutupi kecemasannya terhadap Mommy. Jika orang asing yang tidak mengenal Jennie mereka akan merasa bahwa dia baik-baik saja dengan aktingnya ini. Namun aku adalah kekasihnya, aku mengenal pergerakan dia ketika dia sedang ada sesuatu.

Aku menariknya ke kamarku. Aku tidak ingin mengambil resiko dengan membiarkan dia tidur sendirian di kamar. Aku membuatnya duduk nyaman di tempat tidurku. Aku berlari pada tas kecilku. Aku membawa obat Jennie yang sudah lama tidak pernah dia minum lagi. Sebenarnya hanya untuk berjaga-jaga saja disaat kondisi seperti ini. Dan terbukti aku tidak sia-sia membawa obat itu.

Aku memberikan obat itu dan segelas air untuk dia minum. Dia tidak menolaknya. Diminumnya lah obat penenangnya. Aku meraih lagi gelasnya dan menaruhnya. Aku duduk di sampingnya dan menangkup kedua pipinya dengan mengusapkan kedua ibu jariku. Mata kami saling bertatapan dan terlihat jika dia mulai berkaca-kaca. Aku sangat ingin menanyainya dengan banyak pertanyaan sekarang namun itu hanya akan membuatnya panik saja. Aku harus bisa menenangkannya.

"Apa aku boleh memelukmu sekarang?" tanyaku dengan diiringi tatapan lembut. Sebenarnya aku sudah tidak sabar memeluknya sejak di taksi tadi, tapi lagi-lagi aku akan selalu mengikuti apa yang dia inginkan. Jika dia tidak nyaman untuk kupeluk maka aku akan memberikan waktu untuknya. Dia menganggukan kepala bersamamaan dengan air mata yang jatuh begitu saja di pipinya. Aku tidak menunggu lebih lama lagi untuk menariknya masuk ke pelukanku. Dia terisak namun berusaha sebisa mungkin menahan tangisannya agar tidak pecah. Aku bisa merasakan dari getaran di tubuhnya.

Dia memelukku sangat erat dan aku mencium pelipisnya dengan sangat lama serta terus mengelus kepala dan punggungnya. "Jika kau tidak ingin bercerita sekarang, tidak apa-apa. Aku akan menunggumu sampai kau sudah siap. Tenangkan dirimu, okay?" aku mencoba sebisa mungkin untuk membuatnya berhenti seperti sekarang.

Kami berpelukan sangat lama. Aku belum mengunci pintu dan aku tidak peduli jika Mommy masuk menerobos melihat kami seperti ini. Lagipula Jennie adalah kekasihku. Aku hanya perlu mencari waktu untuk mengatakan ini semua pada Mommy.

Jennie perlahan melepaskan pelukannya dariku sehingga wajah dan tatapan kami bertemu sangat dekat. Aku melihat mata yang biasanya memancarkan keceriaan itu kini berubah menjadi sendu dan pipinya yang lucu sekarang penuh dengan air mata. Aku menghela nafasku melihatnya seperti ini. Aku menghapus air mata di pipinya, mengecup kedua matanya satu persatu. "Ingin tidur sekarang?" tanyaku. Dia mengangguk. Aku mencoba tersenyum sebisaku.

"Ganti bajumu dulu dengan piyama yang nyaman. Aku akan mengambilkannya di kamarmu." sebelum aku meninggalkannya dia menahan tanganku dan memberikan kecupan singkat di bibirku. Aku terkekeh karena itu sangat lucu. Dia seperti anak-anak, menciumku sambil terisak. Padahal dia adalah seorang Jennie Ruby Jane Kim. Seorang CEO hebat di perusahaannya. Sekarang menjadi sangat amat lucu melihatnya seperti ini. Aku mencium dahinya dengan lembut kemudian menggesekan hidungku dengan hidungnya. "I love you." bisikku di depan wajahnya.

"I love you more, hon." balasnya.

Aku kemudian beranjak untuk pergi ke kamarnya. Aku mengambil baju ganti untuknya lalu aku kembali. Dia masih di posisi yang sama sambil menatap sesuatu dengan hampa. Dia pasti melamun.

THE LOVELY NEIGHBOUR - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang