Shen Wei seharusnya tidak perlu, mungkin, atau tidak pernah memasuki dan terlibat dalam kehidupan Zhao Yunlan yang dalam waktu singkat telah menguasai pikiran dan energinya, menjadi satu-satunya pengaruh yang mengarahkan ke dalam satu tujuan hidup. Mereka bahkan belum genap satu bulan berkenalan. Tetapi seperti cahaya lilin pada ngengat, Zhao Yunlan membuat Shen Wei tertarik dan ingin mendekat, menjaga dan melindunginya. Khususnya malam ini, ketika Zhao Yunlan mulai kehilangan keseimbangan karena pengaruh minuman.
"Lewat sini, Yunlan..! Kau mengambil arah yang salah."
Shen Wei merangkul bahu Yunlan ketika menjelang tengah malam mereka tersaruk-saruk di tempat parkir dan Zhao Yunlan nyaris menghampiri kendaraan milik orang lain.
"Semuanya nampak sama di mataku," gerutu Yunlan, kedua tangannya bergantung pada lengan Shen Wei, menjadikannya penyeimbang kedua kakinya yang rapuh.
"Yang berbeda hanya wajahmu, Wei Wei." Dia dengan nakal mulai menyentuh pipi Shen Wei lagi dengan jemarinya.
"Lebih gemerlap dan bercahaya.""Sudahlah, kendalikan dirimu."
Shen Wei berhasil membimbing Yunlan pada mobilnya sendiri dan berjuang mencari alarm kunci di saku jas Yunlan.
Dia membuka pintu, mencoba mendudukkan Yunlan di kursi penumpang. Di luar dugaan, pemuda itu menolak dan bersikeras mengemudi sendiri.
"Aku masih cukup sadar untuk mengantarmu pulang." Yunlan melontarkan argumen.
"Tapi Yunlan—" Shen Wei mendesah khawatir, kilau di matanya jelas menunjukkan rasa tidak percaya dan was-was.
"Kau tidak tahu, aku sudah sering mengemudi dalam kondisi seperti sekarang. Dan tara—aku masih sehat dan sangat hidup, bukan?"
Ketika Shen Wei, dengan kerendahan hati dan sikap patuhnya yang sulit dipahami, duduk di kursi penumpang dan memasang seatbelt, dia menyesal mengapa tidak membawa kendaraan sendiri alih-alih menumpang pada Yunlan yang mabuk dan keras kepala. Setidaknya, dia bisa memaksakan kehendak pada Yunlan malam ini. Semoga saja tidak terjadi apa-apa dan perjalanan malam ini lancar seperti awal keberangkatan.
"Hati-hati," bisiknya pada Yunlan.
Pemuda di sampingnya terkekeh, perlahan menginjak gas dan mengayun kemudi.
"Tidak banyak yang harus kau lakukan. Tidur saja yang nyenyak. Tidak lebih, tidak kurang."
Mobil melaju di keramaian lalu lintas kota. Jalanan relatif lengang karena sudah larut, meski denyut kehidupan tidak sepenuhnya memudar.
"Aku akan mengambil jalan pintas," Yunlan mengoceh lagi. "Jalan di tepi utara, sejalur dengan taman kota tetapi lebih lengang dan sepi melewati area Guiyun Temple. Jalur itu bisa mempersingkat waktu ke tempatmu dan juga Twilight Coffee."
"Hmmm, ya. Xuiwei Road," gumam Shen Wei.
"Aha, tepat sekali."
Sejauh ini laju mobil masih terkendali, walaupun sesekali terhuyung-huyung dan melompat akibat injakan gas yang mendadak. Shen Wei harus berpegangan pada tepi kursi agar tubuhnya tidak melonjak-lonjak atau limbung dengan ekstrim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twilight Coffee (Guardian Fanfiction)
أدب الهواةCOFFEE SERIES BOOK 3 Apa yang akan kau lakukan jika kau tengah duduk menikmati secangkir kopi dan tiba-tiba melihat hantu? Dan bagaimana jika sesosok hantu yang hilang ingatan meminta bantuanmu? Ini adalah kisah seorang pemuda bernama Shen Wei, pem...