Cup 14

116 20 1
                                    

Senja itu menjadi saksi bisu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senja itu menjadi saksi bisu.

Zhao Yunlan tengah mengemudi dengan kecepatan sedang pada sore yang berawan di awal musim gugur bulan September. Baru saja menuntaskan sesi wawancara dengan salah satu tokoh penting di sebuah yayasan, dia tidak terburu-buru untuk kembali ke kantor dan menghadapi sisa hari yang membosankan bersama rekan-rekan yang kelelahan. Awalnya cuaca lumayan bagus dengan langit biru gelap keabuan khas senja yang kian mendekat. Hingga perlahan-lahan, mendung mulai membayang.

Cepat sekali cuaca berubah, batinnya sambil menatap ke luar lewat kaca mobil. Zhao Yunlan bersenandung mengikuti irama lagu London Pigg yang mengalun dari audio mobilnya.

Dia tidak menyangka bahwa begitu cepat pula suasana hatinya berubah. Satu dering ponsel mengacaukan semuanya. Dia melihat nama boss terpampang di layar.

Aaahh, tua bangka sialan itu. Apalagi sekarang???

"Halo, Pak?" Yunlan memegang ponsel dengan tangan kanan dan kemudi di tangan kiri.

"Kau sudah menyelesaikan wawancaranya?" boss-nya bertanya dengan nada mendesak.

"Ya. Aku baru keluar dari gedung yayasan. Saat ini tengah dalam perjalanan menuju kantor."

"Tidak perlu kembali ke kantor. Datanglah ke gedung walikota sekarang juga. Ada acara penting yang harus kita hadiri."

Yunlan memejamkan mata. Pimpinan serakah ini sungguh tak bisa membiarkannya bernafas barang sejenak.

"Sekarang juga??"

Dia bahkan belum sempat minum kopi sejak delapan jam terakhir.

"Dua tahun lagi! Tentu saja sekarang, bocah!"

Ugh, sialan! umpat Zhao Yunlan dalam hati.

"Zhu Jiu bisa menggantikanku untuk sementara." Dia mencoba mengelak dan memberi saran. Tetapi sang atasan rupanya sudah bersumpah untuk mempersulit hidupnya.

"Aku ingin kau yang mengerjakannya. Lagipula Zhu Jiu sedang sibuk. Cepat datang! Kau harus ada di sini sebelum pukul tujuh malam."

Padahal dirinya juga sibuk. Yunlan menggertakan gigi dan melirik arloji. Ini sudah pukul enam tiga puluh. Langit senja memerah darah berselimut mendung tipis di beberapa bagian. Sebentar lagi hari akan gelap dan ia harus bergerak cepat.

Setelah panggilan telepon berakhir. Zhao Yunlan memutuskan untuk mengambil rute alternatif yang akan membawanya ke tujuan dalam waktu yang lebih singkat. Dia mengambil jalur yang lebih sepi hingga ia bisa mengemudi dengan kecepatan tinggi tanpa harus menyalip banyak kendaraan. Sejujurnya, ia suka ngebut karena pernah memimpikan untuk jadi pembalap profesional. Sayangnya, itu hanya tinggal impian konyol. Mungkin ada bagusnya jika ia terburu-buru seperti sekarang. Ia bisa merasakan sensasi melayang yang menyenangkan.

Tiba di jalur utara taman kota yang lumayan sepi, suasana senja sudah merah seluruhnya. Lembayung menjadikan semua objek seakan bercahaya, tapi seiring dengan itu, gelap merayap perlahan. Xiuwei road terbentang lurus dan sepi dengan trotoar di satu sisi dan barisan pepohonan di sisi lain. Lampu-lampu jalan berpendar lemah, bahkan ada yang tidak menyala.

Twilight Coffee (Guardian Fanfiction) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang