Chapter 03 : The Eye's

375 45 13
                                    

"The act of laughing appropriately
The act of crying when you don't have a reason"

Machigaisa ga shi - Masaki Suda


< - - - - - >

Bulan purnama bersinar lebih terang dibanding malam sebelumnya, menciptakan suasana mencekam. Memantulkan cahaya pada genangan air yang terbentuk akibat hujan beberapa jam lalu. Namun, cahaya bulan tidak sampai pada tempat-tempat gelap seperti pada jalan tikus di samping gedung-gedung tua. Tempat paling gelap di antara kegelapan malam itu, menjadi sarang bagi mereka yang mencari mangsa.

"Hahh... hah!"

Sosok wanita berjalan tertatih-tatih, menggerakkan kakinya yang berlumuran darah. Mencari tempat berlindung dari monster yang mengejarnya. Ia berbelok dengan panik, mencari jalan keluar dari labirin tak berujung. Bertanya-tanya, bagaimana bisa ia sampai ke tempat menyeramkan ini.

"To- uhuk!!" Darah menetes dari bibirnya. "-long..." Teriakan parau sebagai harapan terakhir. Ia berharap rekan-rekannya berhasil melarikan diri, meski harus menjadi umpan untuk mengalihkan perhatian monster itu.

Sial bagi sang wanita, dengan gerakan lambat dan pandangan yang kabur akibat air mata, ia terjatuh setelah tersandung tempat sampah kecil. Tubuhnya yang dipenuhi memar dan luka sayatan berguling-guling di gang sempit tersebut.

"Akhhh!!!" Ia meringis kesakitan. Air mata mengucur semakin deras.

Saat itulah ia mendengar suara langkah kaki di depannya. Monster itu mempermainkan dirinya, membiarkan mangsa yang tak berdaya kabur. Memberikan harapan untuk hidup dan mengejarnya perlahan. Menciptakan rasa takut disetiap langkah santai yang ia tapakkan.

"Ugh... menjauh dariku..." Bisiknya lemas.

"Kau sudah selesai? Aku masih menikmati permainan kejar-kejaran ini." Gumam sosok dengan masker hitam yang menutupi mulutnya. Hanya manik hijau kelam yang dapat wanita itu lihat dari monster tersebut.

Wanita itu tidak dapat mengatakan apa pun, rasa takut mengunci tubuhnya. Mulutnya bergetar, tak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Monster itu mengayunkan katana pendek, menyebabkan percikan merah menyebar ke setiap sudut.

"Teman-temanmu membosankan. Mereka tidak bisa berlari lebih cepat meski sudah kuberi waktu yang panjang." Mata wanita itu terbelalak, monster itu membunuh teman-temannya dalam waktu singkat. Tidak. Melihat pemandangan di depannya, sosok ini jauh lebih menyeramkan dibanding monster. Iblis. Ya, iblis. Sosok itu lebih tepat disebut sebagai iblis mencabut nyawa.

Rasa putus asa menyebar, ia menangis tak berdaya. "Hikss..."

Sang iblis tersenyum puas melihat mangsanya, permainan ini sudah berakhir. Dengan langkah ceria, ia mendekati wanita itu. Mengangkat pedang miliknya, "sayonara!"

Satu tebasan menembus leher wanita tersebut, menggesek tulang lehernya dengan kasar, hingga akhirnya kepala itu menggelinding terlepas dari tubuhnya. Percikan darah menyembur ke arah sang pembunuh, namun ia menikmati pemandangan itu.

Tangannya bergerak melepaskan masker hitam yang basah dengan darah. "Bukankah mereka sidekick dari agensi pahlawan terkenal? Pahlawan sekarang terlalu lemah, menyedihkan!"

Izuku mengangkat kepala wanita tersebut, memandangi manik merah yang kehilangan cahaya kehidupan.

Matanya mirip dengan si brengsek itu.

The Dark Side [VILLAIN DEKU AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang