"Three years ago, someone gave up on the evening sky"
Attract Light - *Luna
< - - - - - >
Katsuki termenung memandangi pintu sederhana di hadapannya, meski memiliki ukuran yang tidak jauh berbeda dari pintu kelasnya, namun kesan terlalu sederhana membuatnya bingung. Kantor atau ruang kerja atau ruang pribadi bagi sosok pahlawan nomor 1 di Jepang sungguh jauh dari bayangannya. Bahkan Katsuki membayangkan gedung tersendiri atau satu lantai khusus mungkin lebih sesuai dengan title yang di sandang sang empunya ruangan. Setelah ragu hampir 15 menit di depan pintu tersebut, dia memutuskan untuk mengetuk sopan.
Tok... tok...
Dua ketukan pelan yang penuh keraguan. Katsuki diam sedetik, menghitung hingga 30 sebelum berbalik setelah tidak mendapat sahutan positif dari dalam ruangan.
Sebaiknya aku kembali besok saja.
Pintu terbuka, menunjukkan sosok besar All Might yang menunduk untuk melewati pintu tersebut. Katsuki mengernyit kembali, merasa heran sang pahlawan justru datang menyambutnya, meski bisa berteriak menyuruhnya masuk dari dalam.
"Ah, Bakugo-Shounen." All Might menyapa dengan senyum lembut.
Katsuki bimbang, menunggu sang guru mengatakan sesuatu. "Masuklah, kita bicara di dalam saja."
Melihat gestur All Might yang menahan pintu untuknya, Katsuki menyerah. Sambil menyandang tas sekolahnya, ia membisikkan kata 'permisi' lalu melangkah masuk. Tidak selang beberapa menit, ia mendengar suara benturan cukup keras. All Might melenguh dan memegang kepalanya saat berjalan melewati Katsuki yang memandang keheranan pada ruangan yang ia masuki.
Terlalu sederhana. Tidak, jauh dari kata sederhana. Hanya meja kerja kecil dan kursi yang bahkan Katsuki ragu bisa menampung bobot tubuh All Might. Di sudut lain, tepat di bawah jendela kecil yang mengarah ke lapangan tempat ia melakukan tes masuk konyol dari Aizawa, terdapat sofa kecil yang muat diduduki dua orang serta sebuah meja pendek. Kursi lain yang lebih kecil terletak di depannya dan beberapa rak buku minimalis sebagai tempat penyimpanan berkas. Tidak ada pajangan apa pun di dinding atau hiasan masa-masa kejayaan All Might.
Suara cangkir pecah menyadarkan Katsuki, menemukan sosok besar di belakangnya sedang sibuk menyeduhkan secangkir teh hangat untuk dirinya. Serpihan kaca berserak di bawah kaki All Might, menyebabkan kernyitan heran semakin dalam terbentuk di wajahnya.
"Ah, maaf. Sepertinya aku menggenggamnya terlalu kuat." Tawa khas All Might mengisi kekosongan di ruangan tersebut. Tanpa di suruh, Katsuki menempelkan bokongnya dengan nyaman di sofa sederhana di dekat jendela. All Might melirik kursi kecil di depannya, seakan ragu apakah kursi itu dapat menampung bobot tubuhnya. Hingga akhirnya menyerah dan mendudukinya dengan susah payah. Katsuki memperhatikan kegiatan All Might yang berusaha menyamankan diri di kursi kecil dengan menekuk dalam kedua alisnya dengan khitmad.
All Might menuangkan cairan hijau ke dalam gelas plastik, agar tidak mengulang kesalahan yang sama. "Minumlah, Bakugo-Shounen."
Katsuki, yang pada dasarnya membenci basa-basi, hanya melirik teh tersebut dan menyilangkan kakinya angkuh. "Anda ingin membicarakan sesuatu, All Might."
Melihat sikap tersebut, All Might menyerah untuk bersikap sopan. Ia menunduk sedalam mungkin agar Katsuki merasa lebih nyaman, kemudian menangkupkan kedua tangannya. "Aku ingin membicarakan, kejadian satu setengah tahun yang lalu. Kau masih mengingatnya?"
Katsuki menggigit bibirnya, "tentu saja."
"Kau satu-satunya saksi hari itu, Bakugo-Shounen." All Might memperhatikan tempo ucapannya serta memberikan perhatian lebih pada setiap reaksi kecil yang Katsuki tunjukkan, mengingat kejadian traumatik yang menimpa Katsuki di masa-masa itu. "Tragedi yang menimpa keluarga Midorya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Side [VILLAIN DEKU AU]
Fanfiction"Dulu, aku punya mimpi. Itu sudah lama. Apa kau lupa?" Hidup tidak selalu berjalan sempurna. Keajaiban tidak selalu datang pada orang yang menanti. Hingga akhirnya, kegelapan yang datang menghampiri. "Wanita itu sudah mati. Aku masih ingat." Kemati...