09: Bajingan

784 99 22
                                    

Jiwa:

Bu, Jiwa Izin nginep
di rumah Damar.

21.48

Read

"Gimana?"

Damar bertanya, menengok ke layar HP Jiwa yang masih menyala dan menampilkan room chatnya dengan Nura, sang Ibu.

"Belum dijawab" Jawab Jiwa dengan nada takut bercampur gugup.

"Yaudah sih, gas aja. Gak pa-pa kalau kata gw, yakin!" Gama bangkit dari duduknya.

Setelah ajakan Damar untuk menginap di rumahnya, Gama lah yang paling bersemangat. Anak itu sudah tidak sabar memainkan stick game dengan layar televisi yang luar biasa lebar. Belum lagi beberapa cemilan yang biasanya sudah disediakan oleh Bibi di rumah Damar. Sungguh, sangat surga duniawi bagi Gama, pemuda penyuka segala jenis makanan.

"Lo gak diajak ya age. Nyusahin!" Damar ikut berdiri. Menyibak celana jeans robeknya dari remahan kulit kacang.

"Lah, mana bisa? Jiwa temen gw dari kecil. Jadi, kalau lo ngajak Jiwa, lo harus ngajak gw juga. Iyakan, Ji?"

Bukanya mendapat dukungan, Jiwa malah membalas dengan sorot mata malas.

"Gak tau gw, pusing gw sama kalian berdua"

"Ih, Jiwa kok gitu. Udah luntur cintanya sama aku?"

Dengan suara yang dibuat elok, manja. Damar dan Jiwa hampir saja muntah.

"Jijik banget, Gam. Sumpah" Jiwa melangkah setelah mengucapkan itu, diikuti Damar dibelakangnya yang meledek, menjulurkan lidah berakting seperti orang hendak muntah.

"Emang anjing ya lo berdua. Elah woy, tungguin!"

*****

Berbeda dengan pemuda yang baru saja berkelana di atas jalan raya. Hampir pukul jam 12 malam roda empat mobil mewah itu membelah jalan raya yang sunyi.

Bunyi nyaring musik yang tersambung lewat speaker semakin membuatnya bersemangat menginjak pedal gas.

Raga

Gimana, Om? Ada?

12.54

Read

+62-897-171-224-1

Ada, tapi 500 rb.

12.57

Read

Begitulah bagaimana caranya barang haram tersebut sampai ke tangan Raga. Beberapa gram benda Adiktif yang akan membuatnya terhibur untuk beberapa saat ke depan. Melupakan apa yang pernah menyakiti hatinya barang sebentar. Membantu semangat hidupnya kembali berkobar.

Tidak banyak, tapi cukup meringankan sisi berat dalam belah isi kepalanya.

Bertransaksi, di persimpangan gang kecil. Sunyi, dan tergesa-gesa.

"Sejuta buat, Om. Soalnya habis ini saya gak kesini lagi" Raga memberikan 10 uang lembaran merah itu, dan cepat diterima oleh sang lawan bicara.

BruisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang