6th Game

203 24 13
                                    

Maaf kalau ada bagian-bagian rancu. Gak dicek lagi soalnya


Zhika punya reputasi yang tidak terlalu baik di sekolahnya. Memang masih banyak yang lebih parah dibanding dirinya. Ada siswa yang merokok diam-diam. Ada juga yang terpergok nge-lem. Ada yang tawuran. Namun sekalipun Zhika bukan yang paling parah, tidak pula riwayat hidupnya bersih.

Zhika sering terlambat ke sekolah. Sering tak hadir tanpa alasan. Tidak mengerjakan tugas. Beberapa kali pulang tanpa izin di tengah pelajaran karena mendapat kabar Arin sakit. Bentrok dengan anak sekolah lain karena membantu temannya yang ada masalah dengan orang.

Namun suatu pembanding bisa membuat segalanya tampak berbeda. Pejabat provinsi adalah orang miskin ketika dibandingkan dengan Bill Gates atau Elon Musk. Zhika adalah arang bukanlah sebuah masalah, sebelum orang tahu adik kembarnya punya pencapaian hidup yang gemilang.

Karena itu sekalipun Zhika bukanlah murid paling bermasalah di sekolahnya, keberadaan Rhizu membuat ia sudah terbiasa jika dianggap lebih parah dibanding pengedar narkoba.

Namun sekalipun Zhika katakan ia terbiasa, moment ini tak pernah terbersit di benaknya.

Zhika bahkan tak tahu harus melihat kemana saat seluruh guru mengelilingi untuk menyidang dirinya. Sedangkan guru BK mati-matian membantah mereka tak ada hubungan apa-apa.

Di telinga Zhika pembelaan itu terdengar begitu konyol. Tentu saja tak ada hubungan apa-apa. Ia punya pacar. Namun sekalipun pernyataan bahwa ia punya kekasih seumurannya adalah bantahan yang ia rasa sangat logis, bukti berupa pesan teks di ponselnya adalah suatu hal yang perlu penjelasan. Dan Zhika tak tahu ia harus memberi jawaban apa.

Isi otak Zhika sudah otomatis kosong sejak sebuah pesan muncul di ponselnya.

***

Zhika membawa kakinya melangkah menuju bagian belakang sekolah. Celingak-celinguk sebentar, ia langsung mendapati sesosok gadis bersandar santai pada tembok.

"You're out of your mind?" cerca Zhika ketika telah berada di samping gadis itu.

"Back off" titah Rhizu dingin, sebilah pisau teracung pasti pada Zhika. Dan Zhika rasa sekarang pisau adalah benda favorite Rhizu. Ia membawa-bawanya kemana-mana.

Zhika menghela nafas malas. Ia angkat ponselnya meminta penjelasan. Rhizu menatap datar pesan yang ia kirimkan beberapa saat lalu.

"Maksud lu apa?" tanya Zhika malas.

Rhizu bergidik ringan. "Rasanya gue make kata-kata yang sederhana deh. Masa itu aja lu gak ngerti?" Ia lirik sekilas tulisan di layar ponsel pemuda itu. "Itu artian harfiah. Tidurin guru BK kita."

"Lu gila" Mulut Zhika langsung merespon.

Rhizu menatap remeh pemuda tersebut. "Loh? Kenapa? Bukannya cabulin orang itu hobi lu ya?" ucap Rhizu santai. "Baik kan gue? Gue ngertiin hobi lu. Dimana lagi lu ketemu kembaran sepengertian gue?"

"Gue gak-"

"Kalau gak, kenapa lu merkosa gue?" potong si gadis telak.

Zhika menghela nafas berat. Tangannya terkepal erat. "Denger. Itu insiden, Rhi. Gue gak ngelakuin itu secara sengaja."

"Kalau gitu lu bisa buat insiden yang sama menimpa guru BK kita?" balas Rhizu santai.

Zhika menatap Rhizu tajam. Tangannya menghantam tembok yang Rhizu sandari. Tapi gadis itu tak ciut sedikit pun.

"Rhi, gue salah. Gue akui itu. Tapi itu gak ada hubungannya sama orang lain. Jangan libatin orang lain dalam masalah kita," ucap Zhika serius.

"Tapi ibu itu sendiri yang libatin dirinya ke dalam masalah kita. Kalau bisa diam santuy, gak kepo sama kehidupan orang lain, gue juga gak bakal ngapa-ngapain dia."

Loving GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang