Apo membeku. Dia hafal benar wajah itu. Masih sama persis, seperti 8 tahun lalu. Menawan, bahkan lebih daripada yang sebelumnya. Di tambah lagi dengan suara itu. Suara yang baginya adalah suara paling merdu, ketika sedang memanggil namanya atau mengucapkan kata cinta di telinganya.
Namun semua itu hanya perasaannya di masa lalu. Sekarang, ketika melihat pria ini berdiri disini, yang tersisa di hatinya hanyalah rasa marah, walau pun sebenarnya, dia juga tidak bisa memungkiri, bahwa getaran itu masih ada. Getaran yang sama, saat pertama kali mereka bertemu sebagai senior dan junior di satu fakultas yang sama kala itu.
"Kalian... sudah saling kenal?" Bas menyenggol lengan Apo, ketika dua orang pria itu masih saja betah saling bertatapan dalam diam. Keduanya seakan membeku di tempat masing-masing, tanpa tau harus berbuat atau bereaksi seperti apa.
"Daddyyyy..." Si kecil Barcode, masih merengek sambil menarik-narik tangan ayahnya, hingga akhirnya membuat Mile tersadar dari lamunannya. "Daddy bilang mau makan? Kenapa malah diam disini? Ayo makan Dad, aku sudah lapar," Ucap anak itu lagi.
Mile pun tersenyum sedikit, sambil mengangguk. Dengan sangat perlahan, ayah dan anak itu kemudian berjalan mendekat, menghampiri meja Apo, Bas dan Job. Apo, yang melihat pria itu mendekat ke arahnya, secara reflek langsung mengambil langkah mundur ke belakang beberapa kali.
"Po?" Bas mengernyit bingung melihat reaksi Apo. "Kau tidak apa-apa?"
"B-Bas... Job, maaf, tapi sepertinya aku harus pergi sekarang." Ucap Apo tiba-tiba.
"Loh, Po? Tapi-,"
"Maaf, aku lupa, aku ada urusan mendadak. Aku benar-benar harus pergi sekarang."
"Po, bisa kita bicara sebentar?" Mile yang melihat Apo berusaha untuk menghindarinya, mencoba untuk membujuk laki-laki berpostur tubuh jenjang itu.
Apo merengut tak suka, "Dengan segala hormat, Tuan." Ucapnya. "Tapi saya tidak punya urusan apapun dengan anda. Dan soal pekerjaan itu... saya mohon maaf, tapi saya berubah pikiran. Saya tidak bisa menjadi pengasuh anak anda. Saya permisi dulu."
Apo kemudian membungkukkan badannya pada Mile sebelum dia cepat-cepat melangkah pergi dari sana. Mile yang melihat reaksi Apo, hanya bisa diam sambil meremas sedikit dadanya yang nyeri. Sejujurnya, dia tidak terkejut dengan sikap Apo. Dia tau betul, mengapa Apo bersikap seperti ini padanya. Apo pasti sudah membencinya, setelah semua hal buruk yang sudah dia perbuat pada pria itu 8 tahun lalu.
"Po..." Ketika Apo berjalan melewatinya, Mile menahan lengan Apo, berusaha mencegah pria itu pergi. Namun, usahanya tidak berhasil. Seakan tak peduli, Apo justru langsung menarik tangannya yang sedang di tahan oleh Mile, dengan kasar, lalu kemudian bergegas berlari pergi dari sana.
Mile menghela nafasnya pelan.
"Biarkan dia pergi, Mile." Kata Job kemudian.
"Beri dia waktu ya." Bas menimpali.
Mile dengan terpaksa, menganggukkan kepalanya. Namun, matanya masih juga tidak bisa lepas menatap punggung Apo yang semakin menjauh itu. Perasaannya campur aduk. Bahagia, marah, sedih, kecewa, merasa bersalah, semuanya bercampur menjadi satu. Mile tidak pernah menyangka, bahwa hari dimana dia akan bertemu lagi dengan pria yang dicintainya itu akan datang. Dia pikir, dia bisa memperbaiki semuanya. Namun ternyata, luka yang dia torehkan di hati Apo terlalu dalam. Hingga bahkan untuk memandangnya saja, Apo sudah tidak mau.
"Daddy mau memberiku pengasuh baru lagi?" Barcode, yang mendengar semua obrolan orang dewasa di sekitarnya itu, kemudian cemberut sambil menggembungkan pipinya lucu. "Dad, aku kan sudah bilang, aku tidak mau pengasuh baru! Aku mau Daddy! Tidak mau yang lain!" Protesnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY DON'T YOU STAY (MileApo Fanfiction | IND/ENG version)
FanfictionCerita bermula dari seorang pria bernama Apo Nattawin, yang kembali di pertemukan dengan cinta pertamanya, setelah perpisahan mereka yang menyakitkan 8 tahun silam. Apakah Apo akan kembali pada cinta pertamanya? Atau justru, dia lagi-lagi harus men...