"Barcode, ayo bangun!"
Pagi itu, Apo mencoba untuk membangunkan Tuan Mudanya yang masih nyenyak terlelap dibalik selimut birunya. Namun yang dibangunkan, masih saja enggan beranjak dari tempat tidurnya empuknya. Dia justru semakin menarik selimutnya ke atas dan menutupi seluruh badannya.
"Eungghh... masih mengantuuukk.." Rengek si pria kecil.
Apo menghela nafas. "Nanti kau bisa terlambat ke sekolah, anak nakal. Ayo bangun, mandi, lalu sarapan." Apo masih mencoba membujuk Barcode, sambil menepuk-nepuk pantatnya.
"5 menit lagi, Phi Po..." Seperti biasa, dia mencoba bernegosiasi.
"Heuh..." Apo menghembuskan nafasnya yang berat. "Anak ini benar-benar mewarisi sifat ayahnya." Gumamnya lelah. "Baiklah, Phi Po akan ke kamar Daddy dulu dan membangunkannya. Tapi setelah 5 menit, kau harus bangun ya. Kalau sampai Phi Po kembali kesini lagi, dan kau belum bangun juga, Phi Po akan menyirammu dengan air dingin. Mengerti?" Ancam Apo.
"Eung." Barcode hanya menjawab tanpa minat. Bahkan tidak tau apa dia benar-benar mendengar perkataan Apo atau tidak. Apo hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala dan mengelus-elus dadanya, mencoba bersabar.
Apo lalu berjalan menuju ke lantai bawah, tepatnya menuju ke kamar Mile.
Semalam, Mile dan Barcode memang sama-sama begadang. Mile yang begadang karena pekerjaannya yang menumpuk, dan Barcode yang merengek tidak mau tidur kalau tanpa 1 lagu, 3 pelukan dan 5 ciuman dari Daddynya. Dia tantrum selama hampir 2 jam lamanya, dan Apo harus berusaha keras menenangkannya. Barcode baru bisa berhenti tantrum, ketika Mile akhirnya mengalah, terpaksa menunda pekerjaannya demi menemani sang anak tidur. Suasana semalam benar-benar hectic.
Apo sebenarnya sudah mengingatkan, baik Mile mau pun Barcode, agar mereka tidak tidur larut malam. Karena Apo sangat tau kebiasaan dari pasangan ayah dan anak ini. Jika mereka tidur larut malam, mereka akan sangat susah dibangunkan saat pagi harinya. Padahal, hari ini, Mile ada rapat penting jam 9 pagi, dan Barcode pun akan ada ujian matematika. Namun keduanya sangat keras kepala. Mereka tidak mengindahkan kata-kata Apo, dan baru bisa tidur sekitar jam 2 pagi.
"Heuh... Ya Tuhaaann, apa yang harus ku lakukan pada kerbau-kerbau pemalas ini?" Apo mengeluh, ketika dia melihat Mile yang ternyata masih benar-benar masih terlelap pagi itu. Apo lalu berjalan menghampiri Mile dan mencoba membangunkan pria tampan itu. "Phi Mile... Phi Mile, ayo bangun. Nanti kau bisa terlambat Phi. Ini sudah hampir jam 7 pagi. Kau kan akan ada rapat penting jam 9 pagi ini." Kata Apo, sambil menggoyang-goyangkan tubuh Mile.
"Hmm... 5 menit lagi, Po." Gumamnya, tanpa membuka matanya seinchi pun.
Apo kembali menghela nafasnya lelah, "Benar-benar ayah dan anak. Bagaimana bisa kepribadian mereka bisa 'copy paste' seperti ini?" Celetuk Apo, sambil berkacak pinggang di samping Mile. "Ayo bangun Phi Mileeeeee... memangnya kau mau terlambat bekerja? Barcode kan juga harus diantar ke sekolah! Hari ini dia ada ujian. Ayolah Phi Mileeeee!" Mile hanya bergerak sedikit, ketika dia mendengar keluhan Apo itu, namun dia tidak juga membuka matanya.
Apo yang mulai kesal, akhirnya berusaha menyeret tangan Mile agar pria itu bangun. Namun tenaganya ternyata tidak cukup kuat. Apo lalu membuka selimut yang menutupi tubuh Mile, dengan tujuan agar dia lebih mudah untuk menyeret tubuh Mile dan membuatnya bangun. Namun ketika dia membuka selimut tersebut, dia amat sangat terkejut.
"AAAAARRRGGHHH!!!" Apo reflek berteriak kencang, sambil menutup wajahnya.
"Arrghh Arrghh.. Ada apa??!! Ada Apa???!! Apa ada maling???!! Hah??!!" Mile yang terkejut karena teriakan Apo pun, akhirnya jadi terbangun sambil memasang pose karatenya.
Mereka berdua lalu saling beradu pandang dengan canggung.
"Astaga Apo?! Kenapa berteriak begitu sih? Bikin kaget saja!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY DON'T YOU STAY (MileApo Fanfiction | IND/ENG version)
FanficCerita bermula dari seorang pria bernama Apo Nattawin, yang kembali di pertemukan dengan cinta pertamanya, setelah perpisahan mereka yang menyakitkan 8 tahun silam. Apakah Apo akan kembali pada cinta pertamanya? Atau justru, dia lagi-lagi harus men...