#12

30 4 0
                                    

"lo kenapa si akhir-akhir ini layu banget perasaan wak..."

Laki-laki yang sedang berkutat dengan makan siangnya itu menoleh, melihat perempuan yang memegang es stik yogurt yang ada di tangannya berdiri dengan senyuman seadanya. Sadewa mendelik dengan mata rubahnya. Dirinya memang tidak dalam keadaan yang baik, baik dalam keadaan tubuhnya ataupun moodnya.

Masih ingat kejadian beberapa hari lalu kan? Dimana ia mendapatkan kenyataan bahwa ia mempunyai keluarga dan bukan anak yatim piatu yang selama ini ia rasakan? setelah hari itu datang Sadewa memang seperti apa yang dikatakan perempuan yang kini menyomot makan siangnya. Layu dan terlihat sangat tidak bersemangat. Memang se-drastis itu moodnya turun, yang membuat dirinya kini kurang enak badan.

Karena mood yang kurang baik itu, dalam beberapa hari ini dia menghindari jalan dimana ibu dan kakaknya sering berdiam diri disana, namun entah kenapa hari ini dia ingin sekali melihat keadaan ibu dan kakaknya. Tinggal di jalanan bukanlah hal yang bisa dilepas dari fikiran Sadewa. Bahaya pasti selalu mengintai ibu dan kakaknya, makanya Sadewa ingin memastikan jika ibu dan kakaknya baik-baik saja.

"apa si Rei? Lo gangguin gue tau ga si..." protes Sadewa saat melihat Reiva, perempuan yang kini memegang sendok kecil yang biasanya digunakan untuk dessert dan mulai menyendok pudding coklat miliknya.

Reiva Adriani Syahran, mahasiswa keperawatan yang sangat jahil pada Sadewa. Keduanya memang saling jahil biasanya, namun bisa dilihat jika salah satunya sedang badmood, salah satunya akan memberontak. Mereka saling kenal karena berada di unit kegiatan mahasiswa yang sama. Makanya mereka kini berkumpul di sekretariat dan Reiva mengganggu Sadewa yang sedang makan dengan moodnya yang tidak baik.

"kenapa si... cerita aja kali..." kata Reiva yang kini benar-benar menyendok pudding yang dibawa oleh Sadewa, yang membuat pemiliknya merengut tidak terima.

Perkataan Reiva membuat Sadewa berfikir 2 kali, antara mengutarakan apa yang ia pusingkan, atau memendamnya sendirian dan tetap marah pada Reiva. Sadewa bisa saja menceritakan semuanya pada Reiva. Toh, Reiva teman dekatnya, bahkan mereka sedekat itu. 1 tahun berteman dengan perempuan itu, berarti Reiva bisa dipercaya kan?

Sadewa menatap mata Reiva yang masih menatapnya dengan mata penasaran, sepertinya Reiva memang sepenasaran itu. jujur saja, Sadewa selama ini biasa-biasa saja. Namun kali ini Sadewa yang berbeda muncul di depan matanya. Sadewa yang biasanya ceria dalam hal apapun, bahkan saat kesulitan sekalipun. Entah kenapa feeling Reiva, Sadewa sedang mempunyai fikiran yang berat, lebih berat dari segala hal yang membuatnya masih bisa tersenyum di lain kesempaan.

"huh? Lo mau cerita?" tanya Reiva dengan mata yang kini berfokus pada mata Sadewa yang menatap matanya dengan intens, bahkan hampir berkaca-kaca.

"janji lo gak kaget dengernya... gue mau cerita serius ini mah..." kata Sadewa yang menunduk setelah sadar bagaimana ia menatap sahabatnya itu.

Reiva mengerutkan dahinya, memikirkan apa yang menjadi kemungkinan cerita yang diceritakan oleh Sadewa nantinya. Ah, rasanya tidak ada hal yang berat bagi Sadewa biasanya. Dia di bully saat SMA pun dia bisa melawannya kan? Jelas ini lebih rumit daripada cerita lainnya bukan?

"gue gabisa janji, gue gatau apa yang jadi masalah lo sekarang wak..." kata Reiva yang memanggil lembut Sadewa dengan nama panggilan akrabnya pada laki-laki dengan kulit putih dan tinggi yang hampir sepantar dengannya itu, Wak.

"hahhhhhh... gue ga tau ceritanya ke bagian mana dulu... pusing... gue gatau awalnya dari mana sebenernya, Rei..." kata Sadewa dengan helaan nafasnya di awal. Jelas dia sendiri bingung harus menceritakan apa pada teman baiknya itu. dirinya saja tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya sendiri, kenapa dia mengalami ini? dan mengapa harus dirinya?

|2| With[out] You • Wonyoung JangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang