#16

21 3 0
                                    

"dengan berat hati, gue bakalan konfirmasi bahwa, bener, sekolah sasaran kita buat HIMAPBI Visit ga lagi mau kerjasana dengan kita. alias, kita abis ini, harus gercep buat apply ke sekolah pilihan kedua..."

"loh, kemarin kepseknya bilang masih bisa, kok tiba-tiba mutusin kayak gitu? Gue haru-"

"gausah git, udah gue bilang, pilihan kedua sekarang, sekolah itu ngebatalin soalnya sekolahnya ada acara..."

"haish, padahal gue udah semangat itu dilakuin di sekolah gue..."

"ini bukan waktunya ngeluh, inget, sekarang berapa sisa waktu buat mempersiapkan waktunya?"

"oh my, gila... ini PR lagi nih..."

"ada yang mungkin bisa diambil dari perencanaan yang kemarin kan?"

"semoga bisa, toh acaranya masih sama kan?"

Semua orang yang ada disana merubah ekspresinya menjadi bingung, ada juga yang berwajah masam. Oh, sungguh, merencanakan acara besar dan dilakukan diluar kampus itu sangat melelahkan. Bahkan semua dari mereka telah merencanakan hal ini dalam sebulan lalu. Harusnya memang sudah selesai masalahnya dan tinggal pelaksanaannya saja kan?

Ini sudah H-30, yang seharusnya sudah tahap penyelesaian konsep dan persiapan lainnya, namun kini harus memulai dari awal. Tidak dari awal juga sih, karena konsep yang kemarin juga masih bisa digunakan, sepertinya jika tidak sesuai hanya beberapa hal saja, perbaikan mungkin membutuhkan waktu lebih singkat dibandingkan membuat lagi dari awal, iya kan?

"so, ini PR gede buat kita. Acara, tolong banget ini mah, konsepan kemarin, coba keep dulu, kita harus survey ulang di sekolah baru. mudah-mudahan emang si sekolah pilihan kedua ini ga terlalu beda sama sekolah sebelumnya... buat dekor, konsum, list barang, jangan dulu dirubah sebelum laporan survey keluar. Buat Sekretaris, buat proposal buat apply baru, ok?"

"ok paham!"

"ok, SMA mana pilihan kedua kita?"

"SMA Cahaya Harapan"

Deg!

Raysa memang sudah mendengar nama sekolah itu jauh hari sebelum perencanaan acara ini ada, bahkan itu selalu ia dengar sebelum masuk ke dunia perkuliahan. Ya, itu nama sekolah SMA-nya dulu. Namun entah kenapa ia mendadak kaget mendengar nama sekolah itu lagi di telinganya. Sekolah dengan kenangan manis dan pahit di dalamnya, kenangan antara dia dan kakak adiknya dan juga sahabatnya. Oh, tidak, itu akan membuatnya memanggil kenangan masa lalunya lagi. namun apa boleh buat, dia bukan orang yang berhak untuk menghentikan acara ini dilaksanakan di sekolah masa lalunya hanya karena ini akan membuatnya terbawa ke masa lalu lagi kan? Jika ia memang melakukan hal itu, ia hanya akan membuat dirinya sendiri beruntung.

Tidak, lebih mending jika acara himpunannya sukses dibandingkan menghindari trauma yang harusnya ia harusnya ia hapus dengan cara menghadapinya bukan?

"gue sama Raysa alumni sana, mungkin kita bisa bantu?"

Ok Angga, kamu melakukan hal yang bagus!

---

"udah lama gak kesini, ni sekolah ga berubah..."

"siapa bilang ga berubah, ada... lo aja yang gak ngeuh..."

"mana?"

"noh tempat kita dulu foto, dulu ada pohon gede disana. Sekarang gada..."

Raysa menyisir lokasi sekolah setelah berbincang dengan kesiswaan di sekolahnya, seseorang yang ia kenal yang merupakan wali kelasnya saat masih belajar disini. Angga sengaja mengajak Raysa berkeliling sekolah yang jam segini masih ada siswanya. Sekolah itu tidak berubah banyak ternyata. Hanya ada beberapa fasilitas yang dirubah atau ditambah. Ah, namun di kepala kedua alumni itu tempat ini tidak berubah.

|2| With[out] You • Wonyoung JangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang