#03

58 6 0
                                    

"mbak... kak Hilal ada di sekre ga si hari ini?"

"gaada, dia rapat keluar sama Zahra, rapat sama BEM. Adanya Genta. Sini aja gapapa..."

"ok mbak, ntar kesana bareng anak pubso yang lain..."

"ok, ditunggu..."

Kalimat terakhir itu bukan dari Raysa, tapi dari Genta yang menguping pembicaraan telfon itu.

"yeuuu... ngagetin aja lo ah..." kata Raysa yag menutup telfonnya sambil mengelus dadanya, mengurai kaget yang masih terasa itu.

"siapa emang?" tanya Genta yang mengambil beberapa biji makaroni kering di toples yang ada di sebelah laptop Raysa, makanan ringan yang memang dibawa Raysa untuk menemaninya di sekretariat ini.

"itu... anak UKM Seni, katanya mau nemuin kahim..." kata Raysa yang menjawab seadanya dan kembali berfokus dengan laptopnya lagi.

"oooo, lo ngedit apaan?"

"pamphlet buat danus btw. Lo yang nyuruh kan..." kata Raysa yang menoleh ke arah Genta dengan wajahnya yang datar.

Genta adalah tipe orang yang pelupa, entah kenapa dia bisa dipilih Hilal untuk mendampinginya maju ke pemilihan raya kampus dan mereka bisa terpilih begitu saja menjadi ketua dan wakil ketua himpunan. Mungkin karena Hilal ketuanya ya.

Padahal beban Genta tidaklah ringan. Dia harus mengurusi orang-orang dalam himpunan yang jumlahnya tidak sedikit. Ya, kerjaan wakil ketua himpunan memang begitu, sedikit berbeda dengan ketua yang bekerja bersamaan dengan menjalin hubungan baik di luar himpunan. Tak apa-apa lah Genta begini, masih lebih banyak hal yang baik lainnya dari Genta selain buruknya dia tadi yang pelupa itu.

"tu anak seni apaan? Event?" tanya Genta pada Raysa.

"permisiiii..."

Belum saja dijawab oleh Raysa, namun orang yang menelfonnya tadi sudah datang dan siap memberikan jawaban untuk pertanyaan Genta yang tadi.

"noh, anaknya dateng. Sana tanya dia aja..." kata Raysa yang kembali fokus dengan kerjaannya di laptopnya itu.

Genta berjalan ke arah pintu sekretariat yang terbuka yang memperlihatkan mahasiswa jurusan Teknik Informatika yang menyembulkan wajahnya lucu dengan senyuman manisnya.

"amboy... ni adek gemesnya Rays-"

"jangan gitu kak Gen... liat mbak Caca udah gitu..."

Genta membalikkan badannya dan melihat Raysa yang melototinya dengan wajahnya yang tanpa ekspresi. Raysa mengakui jika adiknya memang menggemaskan, namun orang lain tidak boleh mengatakan itu pada adiknya itu, baik itu pada Sadewa ataupun pada Aidan. ah, ada-ada saja memang Raysa ini, tidak mau kalah dari orang lain.

"masuk sini. Ini rombongan apa gimana?" tanya Genta melihat 3 orang lainnya di belakang Sadewa, anak komunikasi yang merupakan pengurus unit kegiatan mahasiswa (UKM) kesenian kampus.

"kak, gue anak HIMAPBI ye, mau masuk nih..." kata salah satu yang berada di belakang Sadewa itu.

"eh Gita... santuy bwos..." kata Genta yang membuka jalan agar yang diluar bisa masuk.

Sadewa, Gita, dan 2 anak lainnya masuk dengan kepentingan masing-masing. Gita yang ternyata masuk bersama Shaka langsung mengambil sesuatu yang digunakan untuk kegiatan latihan olahraga bersama mahasiswa yang sedang dilaksanakan dan langsung keluar lagi. sedangkan Sadewa bersama dengan temannnya yang lain duduk di kursi yang ditunjuk Genta.

"jadi ada apa nih?" tanya Genta yang kini mengeluarkan buku catatan kecilnya dari saku dan mengeluarkan mata penanya.

"gini kak, UKM kesenian mau ngajakin anak HIMAPBI buat collab acara berbagi berkah jum'at di akhir bulan depan. Ini ada juga surat undangannya..." kata Sadewa yang diangguki oleh Ristiani, temannya yang juga pengurus UKM kesenian.

|2| With[out] You • Wonyoung JangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang