10. Kenapa sesakit itu dalam mencintai?

8 2 0
                                    

Sejak awal yang ku inginkan adalah cinta yang normal, aku mencintaimu dan kamu pun mencintaiku tidak ada dia. Lahir dengan keluarga broken home membuatku benar-benar menginginkan rasa dicintai seutuhnya. Aku tak bisa menghakimi apa yang telah terjadi dalam keluargaku. Karena ku pikir itu adalah urusan orang-orang dewasa dan tak ada hakku untuk mencampuri. Namun ini menjadi trauma bagiku. Bagaimana jika aku merasakan hal yang sama? Bagaimana jika aku mengalami nasib yang sama? Aku takut jika orang aku cintai berpaling dariku dan aku takut jika aku menjadi orang yang ketiga, aku takut jika tatapan sinis, hina dan bisikan-bisikan buruk tertuju padaku. Aku takut permasalahan-permasalahan yang pernah di alami oleh orang tuaku dulu akan ku alami kembali. 

Hmmmm... Berpikir demikian saja sudah kesalahan. Tapi ini benar-benar menjadi ketakutanku. Tidak ada ku temui wadah yang sempurna dalam mencintai. Akan tetapi di lubuk hati yang paling dalam aku berharap aku bisa membangun keluarga yang baru dan normal. 

Aku percaya kelak aku akan mendapatkan laki-laki yang baik dan tulus mencintaiku. Karena ku yakin jika aku tak berpaling, mencintainya dengan tulus hubungan kami akan baik-baik saja.

Namun lika-liku perjalanan dalam mencintai terlalu terjal ku hadapi. Seperti bom waktu yang meledak, semua hancur berantakan saat ku tahu laki-laki yang ku cintai berpaling dariku. Aku mulai ketakutan, merintih kesakitan. 

Apakah ini aku akan mengalami cerita yang sama seperti cerita orang tuaku?

Hal bodoh ini mulai menggrogotiku, memori menakutkan itu membayangiku setiap hari, bahkan disetiap tidurku. Tak ada jeda kudapati.  

Kata orang berbaikan dengan mantan adalah hal wajar dan bentuk pendewasaan diri. Jika tak bisa menjalin hubungan kembali setidaknya menjadi teman mungkin bisa. Tapi setelah ku coba nyatanya aku tak bisa, setiap melihat dan mengetahui kabarnya saja, sudah membuatku takut dan kecewa, air mataku selalu berlinang menahan sakit. 

Berbulan-bulan ku coba menyembuhkan diri, lagi-lagi aku tak bisa. Aku bisa memaafkan tapi aku terlalu takut untuk kembali. Aku terlalu takut melibatkan diri kembali pada laki-laki yang telah meluluhkan lantahkan warnaku dalam mencintai dan membuat nyata ketakutan-ketakutan yang ingin ku elakkan. 

Aku menangis menahan sakit. 

Jika sudah seperti ini aku hanya mampu menekuk lutut penuh ketakutan di ruang gelap. Aku sendiri di ruang ini terjebak dengan trauma-traumaku. 

Kenapa sesakit ini dalam mencintai?

Akan tetapi 

Hidup akan terus berjalan..

Langkah terang dalam kegelapan ini harus ku temui.

Yaaa...

Aku harus merangkak kembali menemukan setitik harapan dan cahaya,,


AKU INGIN SEMBUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang