Laksana luka yang berhamparan di jalan cinta yang salah, aku berjalan dengan nelangsa yang mengikis jiwa. Linangan air mata tatapan kosong memandang alur cerita yang tak memiliki tujuan, menyadarkanku perihal jalan buntu yang ku lalui saat mencintai.
Langkahku terlalu gamang dan ragu saat menujumu, namun tetap ku paksa melangkah sembari menggenggam mawar kita yang sudah layu dan mati. Terik panas, badai dan gemuruh tetap ku hadang asalkan takdirku sampai hayat tetaplah berada selangkah di belakangmu.
Semua langkah ragu yang ku paksa terhenti seketika saat ku lihat tatapan matamu yang berubah. Kau ragu dan mulai mengasihani diriku yang sekarat karena curam dan terjalnya jalan yang kita lalui, dalam ungkapan kata yang tak berwujud cukup menjelasakan padaku tentang harapanmu yang ingin aku berhenti.
"Kau yakin?" Tanyaku.
Kau tahu, hati kita sama-sama tak mampu tapi dengan isak tangis kau mengangguk mengiyakan. Akhirnya kau pun melanjutkan perjalanan dengan kesendirian, sementara aku yang tak sanggup melihatmu melangkah menjauh, akhirnya memutuskan menusuk kedua mataku dengan tangkai bunga mawar kita yang telah mati.
Aku berjalan dengan kebutaan tak tau arah, entah siang atau malam. Tersandung, terjatuh dan terluka berharap Tuhan menitipkan keajaiban, sampai akhirnya aku duduk di sebuah batu dan ku dengar aliran sungai yang mengalir deras. Saat itu aku berpikir bagaiamana jika aku menenggelamkan diri saja.
Aku meyakini pada nyatanya segala kisah yang ku lalui akan menemukan kesunyian kembali, tidak ada akhir dan sisa kebahagiaan yang bisa di raih. Lagi-lagi aku menyakini ini.
Dengan keputusasaan aku melangkah menginjak kaki di tepian batu, merasakan aliran sungai yang begitu dingin. Ya aku akan melangkah membiarkan arus sungai membawaku kemana ia mau.
"Jangan mati"
Langkah terhenti. Sayup-sayup ku dengar suara malaikat kecil yang mencegat, tangan halusnya menarikku ketepian. Tanpa menjelaskan ucapannya ia memelukku dengan erat. Hangat tubuhnya menjadi penawar luka, tabir cinta ia hamparkan begitu luas agar tak ada lagi yang mampu melukakanku kembali. Belaian tangannya pada wajah ini menjadi penyembuh atas kebutaanku, membuatku kembali melihat dunia yang begitu indah dan penuh ketenangan.
Ku tatap wajah sendunya, mencoba mencerna siapakah ia, kenapa ia mencegatku disaat aku ingin mengakhiri semua ini. Namun ia tersenyum seolah membaca isi pikiran, aku pun terdiam mengalihkan pandangan tak karena kutemukan jati diri pada malaikat kecil ini selain mawar-mawar indah yang melekat pada tubuhnya. Pandangan ku terhenti saatku lihat sebuah tangkai mawar yang berdarah itu terselip di telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU INGIN SEMBUH
Random12 Maret 2022🦋 "Sembuh adalah hal yang paling sulit ku gapai"