HAPPY READING
Hari ini sudah terhitung sudah selesai masa skorsing Dean, dan itu artinya ia harus menjalankan tugasnya sebagai seorang pelajar, yaitu bersekolah.
Ketika ingin berangkat, tak sengaja ia melihat Hesti yang sedang menyuapi si bocil makan. Seketika langkahnya malah berbelok ke dapur.
"Bunda, sekali dong," pinta Dean ketika mendudukkan dirinya di samping Hesti.
Hesti yang paham maksud Dean berdecak. "Kamu itu udah gede, masa makan masih minta suapin," dengusnya namun begitu ia tetap menyuapi Dean.
Dean menyengir kuda. "Dean laper Bunda, kalo mau makan sekarang enggak sempet, keburu telat," dalihnya.
"Boong Bunda! Abang tuh emang sengaja mau minta suapin sama Bunda!" Atla mengompori.
"Sssttt ... Bocil mending diem deh," Dean mengusak kepala Atla. Ketara sekali sikapnya di luar dan di rumah berbeda 180 derajat.
Dean yang di luar sangat dingin dan bodoamatan, sangat berbeda dengan Dean yang di rumah akan beruba menjadi anak yang manja.
"Ih B-bang bannak acot!" Atla menatap Dean tak suka.
Dean melotot. "Heh, belajar dari mana ngomong gitu? Gak sopan," tegur Dean.
"Ata, enggak boleh ngomong gitu ya sama Abang, enggak sopan oke?" Hesti menatap Atla dengan lembut.
Atla mengangguk polos.
"Sekarang minta maaf sama Abang."
"Maapin Ata nna B-Bang," ujar bocah 3 tahun itu.
Dean membalas dengah mengusap pipi gembul Atla dengan lembut pertanda ia memaafkan anak itu.
"Udah sana buruan berangkat nanti terlambat!" suruh Hesti.
"Sekali lagi dong Bun ehehe," cengir Dean.
Hesti berdecak, ia kembali menyuapi Dean nasi. Ia menyuapi menggunakan tangan, tidak ada perantara sendok.
"Suapan Bunda itu enak soalnya," tutur Dean. Entah kenapa suapan sang Bunda itu memang paling enak, walaupun sesuatu yang dimakan itu sama, akan terasa berbeda jika ia yang menyuap sendiri.
"Bannak alecan," sahut Atla mendelik.
Dean menyalimi Bundanya kemudian mencium pipi gembul Atla. Tapi Atla dengan kasar mengusap bekas ciuman Dean yang terasa berliur di pipinya.
"Galak banget sih? Turunan dari siapa dah?" heran Dean.
***
Dean berjalan santai di koridor sekolah, padahal ia sadar bel masuk sudah berbunyi 5 menit yang lalu.
Ia terlampau santai sebab ia tau guru mapel yang akan mengajar di kelasnya pada jam pertama, hari ini tidak masuk dikarenakan sakit.
Darimana ia tau? Itulah gunanya grup kelas memberitahu segala info tentang kelas yang tidak dapat disampaikan secara langsung, atau hal penting lainnya.
Koridor sekolah begitu sepi, sebenarnya Dean begitu malas hendak masuk ke kelas dan bertemu manusia cecenguk seperti Rayyan yang hanya akan memancing emosinya saja.
Namun apa boleh buat? Pointnya tinggal satu, jika ia alpa hari ini maka habislah pointnya. Bukankah misinya sekarang adalah menambah point agar posisinya tidak tergeser dari status siswa SMK Tunas Bangsa.
Dean memasuki kelas XI AKL 4 dengan malas. Guru yang berhalangan hadir memberikan tugas pada mereka agar mereka tidak keluar kelas dan membuat keributan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS, HUH?
Teen FictionBUKAN LAPAK BOYS LOVE, GAY, HOMO ATAUPUN LGBT. MASIH BANYAK TYPO REVISI SETELAH TAMAT🙏 N: 16 KEATAS KALIMAT KASAR DAN ADEGAN YANG TIDAK PATUT DITIRU! Awalnya, Rayyan dan Dean merupakan sahabat karib sewaktu SMP. Namun sebuah peristiwa membuat merek...