Cerita ini memang acakadul banget, gatau lagi, pengen sehabis ini bikin cerita yang alurnya lebih terarah:))
Happy Reading!
"Oh jadi lo cuma anggep kita orang asing Yan?"
Rayyan berbalik, mendapati Marchessa dan Jefran yang tengah berjalan menghampiri.
"Eca, Jefran." Rayyan bergumam.
"Lo gak bener-bener nganggep kita temen?" tanya Marchessa sekali lagi.
"Gak gitu Ca—"
"Terus gimana? Apa selama ini kurang cukup buat lo percaya sama kita?"
Rayyan menggeleng, ia terdiam sejenak kemudian menghirup nafas dalam.
"Lo cuma salah paham Ca!"
"Salah paham gimana Yan? Dari awal gue sama Eca denger semua omongan lo sama Dean," Jefran menyahut.
Rayyan mengacak rambutnya gusar, kenapa pula ia mengatakan hal itu tadi?
Marchessa terkekeh sumbang sembari menoleh ke arah Jefran. "Emang dari awal kita gak di anggap kali Jef."
"GUE BILANG SALAH PAHAM ANJING LO NGERTI GAK SIH?"
Teriakan Rayyan sontak membuat perempuan itu terperanjat. "Yan?"
Tak hanya disitu, orang-orang yang berada di sekitar sana pun ikut menoleh.
Rayyan menarik nafas dalam, lalu menghembuskan perlahan. Sadar akan bentakannya terhadap Eca, ia menatap perempuan itu dengan rasa bersalah. "Dengerin gue dulu bisa? Jangan masalah kecil gini lo gedein."
"Kec—"
"Ca," Jefran menengahi.
"Kalian kalau mau ribut jangan di sini, malu," peringat Dean melihat sekeliling banyak yang memperhatikan mereka.
"Lo diem!" sentak Marchessa menunjuk Dean.
Dean mengangkat bahu pasrah, ia membubarkan orang-orang yang menatap mereka sembari meminta maaf, kemudian berlalu pergi tak ingin ikut campur lebih jauh.
"Lo udah gue anggep sebagai saudara gue sendiri Yan, keluarga gue, sohib gue, Abang gue, tapi kenapa bahkan lo cuma nganggep gue sebagai orang asing?"
"Ca, sejak kapan gue bilang lo berdua orang asing di hidup gue? Lo berdua temen gue, jangan ambil kesimpulan semudah itu."
Lebay memang, tapi Marchessa. menitikan air mata dan menatap Rayyan kecewa.
"Gue, gak pernah sama sekali nganggep lo berdua orang asing di hidup gue," tekan Rayyan.
"Kalo gue nganggep lo berdua orang asing, kenapa semua seluk beluk hidup gue bisa sampai kalian tau?" Rayyan menatap Marchessa dan Jefran secara bergantian.
"Orang manapun gak akan pernah ngasih tau tentang seluk beluk hidupnya ke orang asing kecuali ke psikolog," lanjutnya.
Mereka berdua terdiam, mencerna kembali ucapan Rayyan. Memang benar adanya jika tidak sedekat itu mana mungkin mereka bisa masuk ke dalam dunia Rayyan?
"Lalu, maksud ucapan lo beberapa menit yang lalu apa Yan?"
"Gue ...," Rayyan terdiam ia juga tidak tahu mengapa ia tiba-tiba berkata seperti itu?
"Benerkan? Lo meragukan kita sebagai temen," Jefran terkekeh.
"Kita harus gimana lagi Yan supaya lo yakin kita bener temen lo?"
***
Dua orang laki-laki menatap sebuah pusara makam yang sudah lama ada di tanah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS, HUH?
TienerfictieBUKAN LAPAK BOYS LOVE, GAY, HOMO ATAUPUN LGBT. MASIH BANYAK TYPO REVISI SETELAH TAMAT🙏 N: 16 KEATAS KALIMAT KASAR DAN ADEGAN YANG TIDAK PATUT DITIRU! Awalnya, Rayyan dan Dean merupakan sahabat karib sewaktu SMP. Namun sebuah peristiwa membuat merek...