Penyakit kronis yang ku derita ketika menulis:
Semakin dalam (banyak part) cerita yang ku tulis maka otak ku semakin berpikir, kok ceritanya dari sini semakin ke sana ya, alurnya enggak jelas, serabutan kayak idup.
Dan kayak masih ada yang mau baca tuh bersyukurrrr bangett😭😭
Makasihh sebanyak banyaknya deh pokoknya...
mohon dukung aku sampe ending, jangan kayak ceritaku di sebelah yang terbengkalai gitu aja😭
Hujan turun dengan derasnya mengguyur Kota Jakarta di malam ini, disertai dengan petir dan kilat yang menyala-nyala.Tentu disaat seperti ini biasanya orang-orang akan memilih di rumah dan tidur nyenyak dibandingkan di luar, atau menikmati semangkuk mie rebus ditemani dengan coklat panas.
Namun masih ada sebagian orang yang berada di luar tidak bisa pulang sebab terjebak hujan, kadang ada juga yang sekedar menikmati hujan, atau berdiri ditengah hujan guna menutup kesedihan dan mengguyur kesedihan agar ikut luruh ke tanah.
Seperti Rayyan contohnya, niat hati hanya ingin keluar mencari udara segar malah terjebak hujan. Lelaki itu meneduh di bawah Halte Bus.
Suara hujan yang turun ke aspal bagaikan irama musik baginya, membuat hati Rayyan sedikit tenang, ya hanya sedikit.
Rayyan memasukkan kedua tangan ke dalam saku hoodie, serta menaikkan tutup kepalanya, ia bersender pada tiang Halte dengan pikiran menerawang entah kemana.
Ini lah sebabnya Rayyan membenci tempat sepi, karna ketika ia sendirian maka bayangan kesedihannya akan muncul tanpa diminta.
Banyak orang yang berkata bahwa uang bisa menyelesaikan sebagian besar masalah, tapi menurut Rayyan itu tidak benar. Buktinya 99% masalah yang ia hadapi sekarang tidak pernah hilang?
(Tai, uang emang bukan segalanya, tapi seglanya butuh uang dek)
Sebagian orang bahkan sampai berandai kalo gue anak brokenhome gak disayang ortu mah gak apa lah ya asal duit ngalir bodoamat gue asli.
Mendengar seseorang yang pernah berkata demikian Rayyan hanya terkekeh sumbang, hey! Hidup tanpa kasih sayang orangtua itu tidak enak.
CTARR!
"HUAA MAMII!"
Rayyan terpanjat mendengar pekikan itu. Ia menoleh ke sumber suara, ternyata dirinya tidak sendirian.
"Sssttt ... sayang, ada Mami."
Ada sepasang Ibu dan Anak yang ikut meneduh di Halte yang sama dengan Rayyan, mereka berdua duduk di ujung sana dengan si Ibu yang memangku anaknya, sedangkan si Anak memeluk ibunya dengan erat.
Rayyan iri, anak lelaki itu bisa merasakan pelukan kasih sayang seorang Ibu. Sedangkan Rayyan? Entahlah, ia menggeleng pelan.
Daripada melihat adegan itu lebih lama lagi, Rayyan beranjak dari sana tanpa pikir panjang walau hujan mendera, sejenak ia menatap anak dan ibu itu mengisyaratkan bahwa ia pergi duluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS, HUH?
Teen FictionBUKAN LAPAK BOYS LOVE, GAY, HOMO ATAUPUN LGBT. MASIH BANYAK TYPO REVISI SETELAH TAMAT🙏 N: 16 KEATAS KALIMAT KASAR DAN ADEGAN YANG TIDAK PATUT DITIRU! Awalnya, Rayyan dan Dean merupakan sahabat karib sewaktu SMP. Namun sebuah peristiwa membuat merek...