⑤ Cinta Yang Terdeteksi

158 30 5
                                    


"Ini ya pak duitnya" Lia menyerahkan uang sebesar 20 ribu yang lalu di beri kembalian 10 ribu.

"Makasih ya pak"

"Masama neng"

Setumpuk kertas Lia bawa menuju ruang guru,untunglah hasil fotocopy materi tidak terlalu banyak.

Biasalah,guru-guru sering menjadikan Lia budak. Entah itu untuk mengoreksi tugas siswa lain,membantu fotocopy,mengecap berkas,dan lain-lain. Mungkin para guru melihat Lia sebagai murid teladan yang paling santai,tidak banyak kegiatan. Tapi point plus yang membuat Lia mau melakukan ini Tentu saja karna ada imbalan,entah itu berupa kotakan nasi,snack,atau bahkan ceban,Lia terima dengan senang hati. Lumayan bukan?

Untung saja ibu Roro hanya minta tolong fotocopy materi yang jumlahnya tidak banyak,setidaknya itu tidak banyak memotong waktu istirahat Lia.

Saat berada di bordes tangga, Lia hampir saja menabrak seseorang. ini mengingatkan Lia dengan kejadian saat Jeno menendang buku-buku yang ia bawa di koridor. Tapi beruntung lah,sosok itu bukan Jeno tapi Nana.

"Eh maaf ya,ngahalangin jalan Lo"

"Enggak enggakk,salah gue gak liat-liat jalan tadi" sangkal Lia,lihat begitu gentle nya Nana. Padahal Lia yang salah tapi cowo itu lebih dulu meminta maaf.

"Rajin banget fotocopy materi" celetuk Nana,rupanya cowo itu mengintip kertas-kertas yang Lia bawa. Lia tertawa kecil.

"Ini tadi di minta tolong sama Bu Roro,yah mayan uang kembalian fotocopy-nya di ambil aja kata Bu Roro" jelas Lia sambil tersenyum bangga.

Mendengarnya Nana tertawa,apalagi melihat wajah Lia yang begitu bangga dengan hasil kerja kerasnya.

"Mau gue tolongin?" Tawar Nana.

"Eh? Gak papa si,ini--" belum selesai, cowo itu sudah mengambil hampir seluruh tumpukan kertas yang Lia bawa.

"Gak papa,gue nolonginnya pure dari hati kok..gak minta imbalan" canda Nana yang membuat Lia kesal namun juga berhasil membuatnya tersenyum.

Keduanya berjalan menuju ruang guru beriringan. Sebenarnya ini pertama kalinya Lia dan Nana bertemu dalam waktu yang begitu lama. Dan anehnya lagi,Lia merasa nyaman berbicara dengan Nana. Tidak ada rasa canggung,bahkan Nana selalu ada topik untuk di bicarakan dan tambah menarik lagi topik yang di bahas Nana selalu bisa diterima oleh Lia.

"Eh iya,gue penasaran satu hal nih.."

"Apa tuh?" Penasaran Lia.

"Kemarin...lo kayak nguntit orang waktu di mekdi"

Seketika wajah Lia memanas, menahan malu. cewek itu baru ingat, jika dia pernah tertangkap basah oleh Nana saat ingin tau siapa pemberi bingkisan.

"O- eh- itu.. gue kan persen makan juga,kok bisa kepikiran nguntit? Kan gue jadi pelanggan juga di situuu kan? Kan? Kebetulan aja ketemu sama geng lo"

Nana hanya tersenyum dengan penjelasan Lia. Cewek itu hanya buang muka,pasrah apa penjelasan nya barusan akan di terima atau tidak oleh Nana. Namun tidak terasa keduanya sudah tiba di ruang guru dan meletakan hasil fotocopy tadi di atas meja Bu Roro.

"Oke,makasih ya Na. Maaf jadi ngerepotin"

"Enggak kok,senang bisa ngebantu"

"Oke,ini gue balik kelas dulu ya" ucap Lia yang di balas anggukan oleh Nana.

Tapi belum hilang sosok Lia dari manik cowok itu,langkah Lia harus terhenti ketika Nana memanggil namanya lagi.

"Lia?"

Tentang J&L [Jeno-Lia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang