⑦ Perasaan

103 17 0
                                    


Jam istirahat pertama,hanya Lia. Ya,hanya Lia yang menghabiskan waktu istirahat nya di perpustakaan. Jangan salah,dia berakhir disini karena tidak ada teman untuk jajan di kantin. Mika? Biasa,anak produktif itu sedang ada panggilan rapat. Teman-teman yang lain? Lia berteman,tapi apa kalian pernah diposisi saat bergabung dengan orang-orang yang tidak satu frekuensi,energi kalian jadi terserap? habis? cepat lelah? Jika iya,itulah yang Lia rasakan jika harus memaksakan diri untuk beradaptasi dengan orang lain. Sesekali bisa saja,tapi tidak sesering dengan Mika.

Untung saja ia masih merasa kenyang karena porsi sarapannya yang banyak. Hanya perlu satu kotak jus buah dan sebuah novel romansa untuk menemani Lia hingga jam pelajaran berikutnya. Lagipula, suasana perpustakaan sangat sejuk dan dingin karena AC. Kenapa orang-orang banyak yang tidak berminat kesini? Padahal setidaknya untuk cari udara dingin.

Novel romansa yang Lia baca cukup menarik,untuk membangun lebih dalam emosi nya. Lia mengambil headset dan memutar lagu yang sesuai dengan alur cerita novel tersebut. Sesekali gadis itu tersenyum karena merasa gemas dengan alurnya. Cukup beberapa saat Lia terlena dengan kegiatannya,hingga sebuah tangan dengan lancang menarik sebelah headset nya.

Lia kaget dan setelahnya menatap kesal dengan cowok yang sudah memakai headset Lia di telinganya.

"Reality club?" Tanya Jeno.

"Menurut Lo?" Ketus Lia yang kemudian kembali fokus pada novelnya.

"Anything you want lagi populer ya,tapi emang bagus sih" ujar Jeno yang tidak digubris oleh Lia.

Tapi seketika Lia bingung,kenapa dia tidak keberatan berbagi headset dengan Jeno? Itu membuat Jeno lebih lama disini bukan? Kenapa dia tidak keberatan akan hal itu?.

"I feel like I've known you for ages.."
(Aku merasa seperti sudah lama mengenalmu)

Hilang sudah atensi pada novel tersebut saat mendengar suara nyanyian yang tidak lain adalah cowok disebelahnya ini,Jeno.

"I feel like with you I'm going places"
(Aku merasa seperti denganmu aku pergi ke berbagai tempat)

Lia terdiam sejenak,suara Jeno tidaklah halus atau bagus atau apalah itu. Tapi ada hal yang menarik perhatiannya dan Lia tidak bisa menjelaskan itu. Cowok itu bernyanyi dengan suara kecil,masih sadar jika tempat ini adalah perpustakaan.

Perlahan wajah Lia sudah bergeser, dengan manik yang menatap Jeno sedang bernyanyi. Kenapa melihat Jeno,Lia jadi merasa damai? Tenang?

"The same song on repeat"
(Lagu yang sama di ulang)

"You can call me anything... you..want..."
(Kau bisa memanggilku apapun yang kau mau)

sadar akan Lia yang menatapnya, Jeno menghentikan nyanyiannya dan juga ikut melihat Lia. Lia pun juga masih enggan menggeser wajahnya,hingga sepasang bola mata bertemu saling menatap. Sejenak suasana hening,hanya kedua headset ditelinga mereka yang masih berbunyi.

Entah kenapa malah Jeno disini yang jadi salah tingkah,cowok itu langsung menggeser dua bola matanya.

"Kenapa Li? Suara gua ganggu ya?" Ucap Jeno memecah suasana.

Tapi Lia tidak menjawab,cewek itu hanya ikut mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Lia?" Ujar Jeno yang sekarang malah dibuat bingung oleh Lia. Cewek itu hanya diam. Namun tidak lama,Lia menutup novelnya dan bangkit dari duduknya.

"Gua mau nyamperin Mika"

Saat itu juga Jeno ditinggal sendirian di perpustakaan. Cowok itu tertegun, sejujurnya Jeno juga sedang bergulat dengan pikirannya. Apa yang terjadi barusan? Itulah yang Jeno bingungkan.

*****

Jam istirahat kedua,kali ini Lia enggan kepustakaan. Selain karena sudah ada Mika,tapi juga karena kejadian dengan Jeno membuat Lia enggan kesana. Dia merasa malu.

"Lu kenapa si?" Ujar Mika yang kembali sehabis membeli cilok. Temannya itu sedari tadi memiliki tatapan kosong,lama-lama Mika jadi takut dekat-dekat Lia.

"Mika.."

"Hm?"

"Dibanding gue dibilang munafik sama lo,lebih baik gua duluan yang bilang munafik ke diri sendiri"

"Hah? Lo ngomong apa si li? Plis,kalo mau kesurupan jangan di sini"

"Gini,gue emang bacot banget dulu,gue sadar.."

"Lia,gue kabur nih.." ucap Mika sambil mengambil ancang-ancang.

"Gue mau bilang,Kayaknya gue..."

"Buruann!"

"...suka sama Jeno"

Mika yang sedari tadi menahan nafas, akhirnya menghempaskan nafasnya kasar.

"Ya elah,Kirain apa" sahut Mika yang telihat biasa saja. Tidak bukan terlihat,tapi memang biasa saja.

"kok?" Sekarang malah Lia yang kebingungan.

"Iya wajar lah,orang kalian berdua udah keluar bareng,punya gelang couple,dia main ke rumah lo, lo juga di ajak main ke rumah dia. Ya wajar lah lo jadi suka,namanya juga dia deketin elo"

"Dia deketin?" Tanya Lia polos,entah polos atau memang bego. Pertanyaan itu langsung membuat wajah Mika datar.

"Yampunnnn julehaa,mau dicuci otak sama hatinya gak? Diskon nih 70%,gue cuciin pake wipol biar lo bisa peka dan mikir, Jeno tuh deketin elo" geram Mika.

"Gitu ya" entah Lia harus merasa senang atau bagaimana,tapi dia tidak mau menyimpulkan secepat ini. Karna Jeno sendiri tidak mendeklarasikan apapun tentang perasaan nya kepada Lia.

"Iya Lia..eh by the way,jangan-jangan Jeno yang sering ngasih lo bingkisan? Dia Deket juga kan sama Echan" Tebak Mika.

Oh iya,hampir lupa Lia tentang itu. Tapi untuk Minggu ini,tidak ada tanda-tanda jika Lia akan mendapat bingkisan. Beberapa kali berpapasan dengan Echan pun,cowok itu tidak menunjukan peran kurirnya.

"Tapi Minggu ini gua gak dapat apa-apa mik"

"Nah,Mungkin aja karena elo udah di kasih gelang kan? Jadi gak ada bingkisan lagi gitu"

Make sense,tapi Lia tidak bisa langsung percaya terhadap sebuah terkaan. Mungkin saat berkunjung ke rumah Jeno,Lia bisa menanyakan hal itu.

******

"Lo gak ada titipan lagi nih ceritanya?" Tanya Echan pada temannya itu.

Pertanyaan Echan membuat lawan bicara tersenyum simpul. "Entar dulu deh,gue masih mikir gimana nantinya" jawabnya pada Echan.

"Yah,kali aja kan kalo ada titipan gue jadi dapat traktiran pizza" kecewa Echan.

"Ya elah,makan gratis mulu pikiran lo"










To be continue...


___________________________

No need to worry
Stay tune setiap Minggu dan Rabu❤️

Tentang J&L [Jeno-Lia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang