Terkadang hidup itu tidak adil, di dunia ini terlalu banyak kelas sosial yang membatasi segalanya. Semua kelas sosial itu memuakkan bahkan terlalu menjijikkan, karena kau tidak bisa bebas menjadi apapun yang kau inginkan hanya karena statusmu yang rendah.
"Ruangan ini adalah ruangan khusus untuk kami para Shio besar, tapi bagaimana bisa seorang Shio kecil masuk ke ruang ini?" tanya seorang wanita yang memiliki tato kerbau ditangannya.
"Memangnya kenapa? Setahuku tidak ada larangan bahwa kaum kami tidak boleh memasuki ruang perpustakaan ini" jawab Jisung dengan tenang, dia sudah bosan dipandang rendah oleh mereka yang menganggap bahwa diri mereka lebih baik daripada kaum yang berada dibawah mereka.
"Hei Ular! Sadarlah statusmu itu seorang rendahan jadi mana mungkin kami mau satu ruangan denganmu!" Terang Wanita itu dengan nada sombong yang begitu ketara.
"Shio mu memang Shio besar namun, ingat kau adalah kerbau dan aku adalah seekor Ular. Jika aku mematuk mu maka kau akan mati terkena racunku," Jisung tersenyum miring, meskipun dia adalah shio kecil bukan berarti Jisung itu lemah dan mau direndahkan.
Wanita kerbau itu terdiam, dia kehilangan kata-kata yang bisa dia gunakan untuk membalas ucapan Jisung, karena bagaimanapun ular adalah makhluk yang paling berbahaya dan dirinya sendiri sudah memancing bahaya.
"Kau tidak bisa menjawabku, Nona Kim?" tanya Jisung yang tersenyum puas melihat kekalahan Nona Kim.
Ketika seseorang yang merasa hebat memiliki saingan yang sangat berbakat maka dia akan menjadi iri, begitu juga dengan Nona Kim yang merasa iri karena Jisung benar-benar membuatnya tak berkutik. Jadi tindakan yang didasari rasa iri dan amarah adalah kekerasan.
"BERANI SEKALI KAU KURANG AJAR DENGAN DIRIKU!" Wanita itu menjambak rambut Jisung.
"Aghk! Sial panas!! Kau apakan aku? Kenapa tanganku terasa terbakar?" teriak Nona Kim yang merasakan tangannya panas secara misterius.
"Nona, aku itu ular! Aku tidak mungkin membakar seseorang! Kalau meracuni seseorang mungkin saja aku bisa" Jawab Jisung ketika merasa jambakan dirambutnya sudah tidak ada lagi.
"Kalau begitu kau pasti menjual jiwamu pada iblis kan?"
"Jisung lari!" terdengar suara bisikan seseorang, Jisung langsung saja mengikuti perintah dari bisikan tersebut. Jisung berlari secepat mungkin, tanpa dia sadari tangannya mengeluarkan tato Pheonix.
Tepat setelah Jisung melarikan diri, tiba-tiba muncullah kobaran api yang membuat wanita Kim itu berteriak dan agak menjauhi kobaran api tersebut. Beberapa saat kemudian kobaran api itu berubah menjadi sesosok pemuda tampan yang melayangkan tatapan tajam kepada wanita bermarga Kim.
"Kau tau kesalahanmu kan, Kim Hera?" tanya pemuda itu kepada Hera.
Hera langsung berteriak histeris, dia tidak percaya bahwa Jisung ternyata memiliki pasangan seorang Pheonix, "Maafkan aku! Aku berjanji tidak akan mengganggunya lagi"
"Terlambat, aku tidak akan pernah memaafkan seseorang yang berani menyakiti pasanganku! Sekarang terbakarlah! Matilah untukku" orang itu kemudian menghilang entah pergi kemana.
***********************************************************************************************
"Hey! Ular kau itu tak pantas disini pergi!" usir sekelompok pemuda yang berasal dari Shio besar.
"Aku tidak mau!" tolak Jisung, pemuda ular ini baru saja duduk dikantin dan sekarang ada lagi sekelompok orang gila yang mengganggunya. Hidupnya memang tidak akan pernah bisa tenang.
Ketika orang yang merasa paling hebat tiba-tiba ditolak oleh seseorang yang mereka anggap rendah, maka ego mereka akan terluka. Orang itupun akan menjadi agresif.
Kelompok itupun langsung mendorong Jisung, hal itu membuat Jisung sedikit meringis kesakitaan, "Shhh, sakit bodoh" pekik Jisung. Bukannya memdengar mereka malah semakin ingin menghajar Jisung sampai seseorang menghentikan aksi tersebut.
"Stop! Jika kalian ingin kuhabisi satu persatu maka silahkan pukul dia" ucap Seorang pemuda dengan pandangan dingin nya, pemuda itu tidak sendirian dia bersama dengan pasangannya.
"Sial! Ayo kita pergi dia bukan tandingan kita! Dia seorang Mitologi" Ujar Ketua kelompok itu.
"Ck, dasar pengecut!" Ucap kekasih si Mitologi.
"Kau baik baik saja?" yang dibalas anggukan dan acungan jempol oleh Jisung.
"Terima kasih HIPPOCAMPUS dan RUBAH" seru Jisung.
"Ck, kau ini sudah berapa kali kubilang panggil aku Jeno" ucap Si pemuda.
"Dan panggil aku Kakak, bocah!" Renjun yang merupakan sang rubah kini menoyor kepala adik sepupunya itu.
"Tapi kan kau ini seorang Mitologi dan Kakak kan memang rubah" jawab Jisung.
"Tapi bagaimanapun kau itu bayi ular kami" seru kedua pasangan itu.
"Terserah!" sahut Jisung merajuk lalu pergi meninggalkan Jeno dan Renjun yang memanggilnya.
"Bagus, jaga terus milikku Hippocampus dan rubah" ujar seseorang lalu menghilang dengan kobaran api.