"Idemu memang bagus, tapi tidak bisa menjamin apakah Jisung akan tetap baik-baik saja jika tinggal di sini!" Ucap Jaemin.
Rencananya sudah sempurna, tapi dia harus menjauh dari segala kemungkinan buruk yang akan terjadi. Apalagi Pegasus bukanlah seorang yang mudah menyerah, bisa saja dia membalikkan keadaan, karenanya Jaemin harus bisa membawa Jisung menjauh dari sini dengan begitu tidak akan ada yang bisa merebut Jisung dari genggamannya.
"Maksudmu?" Tanya Renjun bingung.
"Pegasus juga seorang mitologi, dia sama kuatnya dengan kita. Selain itu dia juga bisa menggerakkan para tetua, lalu kita juga tidak selamanya bisa menjaga Jisung, apalagi kita juga diwajibkan untuk bertarung." Ucap Jaemin lagi, dia harus bisa meyakinkan kedua orang ini untuk mengeluarkan Jisung dari tempat ini.
Jeno dan Renjun diam sejenak, benar perkataan Jaemin. Mereka tidak bisa menjamin keamanan Jisung jika berada di asrama ini, bisa saja kan ketika mereka sedang sibuk. Hans malah mencari kesempatan untuk mencelakakan Jisung, cukup sekali saja mereka kecolongan dan hasilnya malah membuat Jisung lumpuh.
"Kau benar, tidak ada yang menjamin apakah Hans akan tetap tenang saat mengetahui Jisung masih baik-baik saja. Kalau begini, cara satu-satunya adalah mengeluarkan Jisung dari asrama ini." Ucap Jeno, dia memandang Renjun yang terdiam kaku saat ini.
"Jika kita mengeluarkan Jisung, maka Jisung tidak akan memiliki peringkat. Sedangkan syarat untuk diterima masyarakat adalah memiliki peringkat yang dikeluarkan oleh asrama ini, aku tidak ingin Jisung dipandang rendah dan dianggap sebagai sampah!" Tolak Renjun, dia tidak mau adiknya menjadi olok-olokan orang.
"Tapi jika tidak begitu maka nyawa Jisung bisa saja kembali dalam bahaya." Ucap Jaemin.
Jaemin sedikit mendengus saat mendapatkan penolakan dari Renjun, padahal Jeno sudah terpengaruh tetapi rubah ini masih saja belum bisa percaya pada Jaemin sepenuhnya. Jika terus begini maka akan sulit bagi Jaemin untuk mengeluarkan Jisung dari sini dan mengurung Jisung untuk dirinya sendiri.
"Benar yang dikatakan Jaemin, Renjun. Jika kita tetap menahan Jisung di sini sama saja dengan kita tidak memperdulikan nyawanya,"
"Jika Jisung keluar dari sini, dia harus tinggal di mana? Keluarganya telah habis dibantai oleh para Shio besar. Para shio ular juga tidak pernah bisa menetap di suatu tempat dengan lama, mereka terus berpindah-pindah demi melindungi nyawa mereka sendiri, jadi tidak mungkin Jisung akan aku biarkan pergi bersama para shio ular!"
Jaemin menatap tajam Renjun, rasanya dia ingin sekali membinasakan pemuda rubah ini. Tapi, jika Jaemin melakukan itu maka rencananya yang sempurna akan hancur berantakan.
"Tapi...."
"Kenapa kau sangat ingin Jisung keluar dari sini? Sebenarnya apa yang kau rencanakan?" Tanya Renjun penuh selidik.
Sebenarnya Renjun sudah curiga dari awal, karena hirarki pemerintahan di dunia ini seharusnya patuh pada kekuasaan Jaemin. Jadi aneh rasanya jika seorang yang dilahirkan untuk menjadi pemimpin bisa kecolongan seperti ini.
Jaemin menghela napas, seharusnya dia tahu bahwa rubah adalah hewan yang cerdas. Rasanya tidak mungkin jika Renjun tidak menyadari kecurangan yang Jaemin lakukan. Sepertinya dia memang harus menyingkirkan Renjun jika ingin aman, apapun akan Jaemin lakukan agar Jisung bisa menjadi miliknya termasuk membunuh orang lain. Tapi sepertinya Jaemin harus menahan hal ini untuk beberapa lama, karena jika dia tergesa-gesa maka hanya akan ada kehancuran.
Jaemin langsung memasang wajah sedih, "Aku tidak merencanakan apapun, aku hanya ingin pasanganku bertahan hidup dengan baik. Aku hanya ingin cintaku baik-baik saja, sudah cukup dirinya diincar oleh shio besar kini dia malah diincar seorang mitologi,"
Renjun diam, pernyataan Jaemin sama sekali tidak salah. Tetapi tetap saja ada yang mengganjal di hatinya, dia merasa jika membiarkan Jisung keluar maka dirinya akan sulit untuk menemui Jisung.
"Apakah omonganmu itu bisa aku percaya? Aku merasa kau hanya berboh..." Ucapan Renjun terpotong karena Jisung yang baru saja sadar.
"Jaemin...kau di mana?" Panggil Jisung.
Renjun dan Jaemin buru-buru menuju ke tempat Jisung, mereka melihat Jisung dengan tatapan khawatir terlebih lagi Jaemin yang kini dengan sigap membantu Jisung untuk duduk.
"Aku di sini, aku tidak akan pernah meninggalkan dirimu, jadi bagaimana keadaan mu? Sudah merasa lebih baik? Maaf, karena tidak bisa melindungi dirimu! Aku salah! Sangat salah, maafkan aku," ucap Jaemin dengan penuh sesal, bahkan pemuda itu menangis.
Renjun memperhatikan semuanya, dia menangkap rasa bersalah yang teramat besar sehingga seluruh kecurigaannya sirna.
Renjun mendekati Jeno yang hanya memperhatikan semuanya dalam diam. Renjun menghela napas sejenak, dia sedikit merasa lega tetapi masih ada perasaan curiga hanya saja Renjun tepis semuanya saat melihat betapa tulusnya Jaemin.
"Sepertinya aku salah menduga," gumam Renjun yang di dengar oleh Jeno dan juga Jaemin.
Jeno tersenyum dan memeluk Renjun, "Kau hanya terlalu khawatir terhadap Jisung, jadi itu adalah hal yang wajar."