Jisung mengalami demam tinggi akibat racun dan segel ingatan yang diberikan oleh Jaemin, bibirnya tidak berhenti merintih kesakitan."Sakithh," ucap Jisung dalam tidurnya.
Tubuhnya sakit, jantungnya juga sakit. Mimpi-mimpi buruk itu menghilang namun, digantikan oleh rasa sakit yang luar biasa.
Mata yang tertutup perlahan mengeluarkan airmata. Rasa sakit yang tak terbendung membuat Jisung menangis dalam tidurnya. Seluruh tubuh terasa terbakar.
"Sayang, terimalah apa yang terjadi saat ini, maka tubuhmu akan membaik!" Bisik Jaemin, dia mengompres Jisung dan dengan telaten mengganti pakaian Jisung yang sudah basah karena keringat.
Jaemin tidak pernah menduga bahwa tubuh Jisung akan menolak penyegelan yang dia lakukan. Oleh karena itu tubuh Jisung terasa seperti terbakar belum lagi racun yang mulai menyebar menambah rasa sakit yang luar biasa pada Jisung.
Cara satu-satunya untuk terlepas dari rasa sakit yang membelenggu seluruh tubuh Jisung adalah dengan menerima segel ingatan yang diberikan Jaemin.
Segel itu sebenarnya tidak hanya mengunci ingatan Jisung, segel itu juga berguna untuk mengontrol racun yang berada dalam tubuh Jisung sehingga tidak membahayakan Jisung.
"Sayang, dengarkan aku. Terimalah kekuatanku maka kau akan merasa lebih baik, bukankah kau selalu percaya padaku? Maka dengarkanlah aku saat ini," bisik Jaemin lagi. Perlahan tubuh Jisung mulai menerima kekuatan yang masuk secara paksa di tubuhnya.
Jaemin tersenyum senang, walaupun tubuhnya mengingat kejadian yang lalu tetapi Jisung yang sekarang adalah Jisung yang sangat mempercayai Jaemin. Oleh karena itu penolakan tubuh Jisung ditekan dengan jiwa Jisung yang sekarang.
"Pintar, pasanganku ini sangat pintar," puji Jaemin, dia mengusap rambut Jisung yang lepek karena keringat. Kemudian tidur berbaring di sebelah Jisung.
"Tidurlah, dengan nyenyak sayangku, karena malam ini dan seterusnya tidak akan ada lagi mimpi buruk," gumam Jaemin penuh kasih, mengecup bibir Jisung yang masih pucat.
Akhirnya kedua pasangan itu tertidur pulas, dengan saling memeluk satu sama lainnya. Tanpa tahu bahwa salah seorang dari mereka adalah seorang manipulatif yang sangat gila.
°°°
Keesokan harinya, Jaemin langsung terbangun saat mendengar suara ketukan pintu. Jaemin membuka pintunya dan langsung terlihat wajah Renjun serta Jeno yang khawatir akan keadaan Jisung.
"Bagaimana keadaan Jisung?" Tanya Renjun.
Wajah bengis yang penuh kelicikan berubah menjadi wajah sendu layaknya orang yang sedang ditimpa kesedihan, Jaemin menghela napasnya.
"Sampai saat ini Jisung masih tidak sadarkan diri, tadi malam dia mengalami panas tinggi. Aku tidak tahu racun apa yang diberikan pegasus kepada Jisung hingga Jisung bisa seperti ini,"
"Setahuku Ular mampu mengatasi racun apapun, tapi jika sampai seperti ini hanya satu kemungkinan. Pegasus menggunakan racun hydra! Karena hanya racun itu yang tidak mampu ditahan oleh sang ular. Racun itu juga tidak ada obat penawarnya, Jisung bisa mati jika dibiarkan!" Ucap Jeno.
Renjun yang mendengarnya langsung mendekati Jisung, dia menangisi Jisung.
"Kenapa bisa seperti ini? Sungguh aku tidak sanggup jika harus kehilangan dirimu, Jisung. Bangunlah, aku tidak ingin adik kecilku tiada!" Seru Renjun dengan tangisan yang tersedu-sedu.
"Renjun tenanglah, Jisung pasti kuat!" Jeno mencoba menenangkan Renjun.
"Kuat? Yang dihadapi Jisung saat ini adalah racun Hydra! Bahkan seorang mitologi seperti mu pun akan mati jika terkena racun itu!" Balas Renjun.
Jaemin memutar bola matanya, sebenarnya dia muak dengan kedua orang yang selalu mengganggu dirinya berduaan dengan Jisung. Tapi Jaemin menahannya karena Jeno dan Renjun adalah pion yang sangat bagus untuk mengekang Jisung agar terus menuruti keinginannya.
"Tenanglah, racun itu tidak akan membahayakan Jisung!" Ungkap Jaemin.
"Apa maksudmu?" Tanya Renjun dan Jeno.
"Kekuatanku mampu mengurangi racun yang menyebar ditubuhnya, sehingga Jisung masih tetap bisa bertahan." Terang Jaemin.
"Benarkah? Kalau begitu bisakah kau menghilang racunnya juga?" Tanya Renjun.
Jaemin menggeleng, dia tersenyum sendu. "Sayangnya kekuatan ku hanya bisa mengurangi racun, itupun hanya sedikit. Tahu sendiri kan, bahwa racun hydra tidak ada penawarnya. Aku hanya bisa mengontrol racun tersebut itupun jika Jisung terus-terusan berdekatan denganku, jika Jisung menjauh akan sulit mengontrol racun tersebut!"
Jaemin sedikit menyeringai, itu hanya alasan agar dia tetap bisa berdekatan dengan Jisung.
"Lalu apa yang terjadi pada Jisung?"
"Karena racunnya sudah terkontrol maka itu tidak akan membahayakan nyawa Jisung. Hanya saja Jisung tidak akan bisa berjalan,"
"Tidak apa, lagipula ada kita yang akan mengurusnya. Lalu aku akan mengatakan pada tetua untuk tidak melibatkan Jisung dalam pertarungan apapun lagi," ucap Jeno, sebenarnya dia merasa kasihan dengan Jaemin karena Jaemin adalah orang yang paling mencintai Jisung, saat melihat Jisung seperti ini Jaemin pasti sangat hancur tetapi Jaemin berhasil untuk tetap tegar. Jeno kagum dengan sifat dewasa pemuda di depannya ini.