Jaemin menatap Jisung yang akhirnya tidur dengan tenang, dia tidak tahu mimpi buruk seperti apa yang ditanamkan orang itu pada Jisung, tapi dia berharap semoga mimpi buruk itu bukan tentang kehidupan mereka yang sebelumnya. Karena Jaemin benar-benar menginginkan kehidupan baru bersama Jisung, membuka lembaran baru yang bahagia tentunya tanpa anak.
Jaemin tidak ingin masa lalu terulang, dia tidak akan pernah membiarkan Jisung memiliki anak, karena jika Jisung memiliki anak maka dirinya tidak akan diperhatikan lagi oleh Jisung. Karena anak-anak itu, Jaemin kehilangan Jisung.
"Aku harus mencari tahu bagaimana cara menghentikan kesuburan sang ular dengan begitu hubungan ku dan Jisung akan baik-baik saja." Gumam Jaemin.
Nyatanya, kepergian Jisung ribuan tahun yang lalu tetap tidak mengubah Jaemin menjadi orang yang lebih baik. Jaemin masih saja percaya bahwa anak-anak mereka hanya akan mengambil Jisung dari dirinya. Jaemin masih belum bisa menerima kenyataan bahwa dialah yang membunuh Jisung dengan cara mengekang kebebasan Jisung, bahkan Jaemin mengambil sesuatu yang berharga bagi Jisung yaitu anak-anaknya.
Jaemin terlalu egois menerima fakta bahwa yang bersalah adalah dirinya sendiri.
"Bukankah sudah aku katakan bahwa dimanapun dirimu berada aku akan menemukan dirimu, aku tidak akan pernah melepaskan mu lagi, Jisung." Seru Jaemin yang tertawa layaknya seorang psikopat saat melihat Jisung yang sedang tertidur pulas.
Jaemin mendekati Jisung saat dirasa pemuda ular itu akan terbangun, Jaemin memasang wajah khawatir menggenggam tangan Jisung dengan erat.
"Jisung, kau sudah bangun? Kau tidak apa-apa kan?" Tanya Jaemin dengan wajah khawatir.
Jisung terdiam beberapa saat, dirinya langsung teringat dengan mimpi mengerikan itu. Jisung langsung melepaskan tangan Jaemin dengan kasar, wajahnya memerah karena amarah.
"PERGI!" teriak Jisung kepada Jaemin.
"Jisung, ada apa?" Tanya Jaemin dengan wajah kebingungan.
"PERGI, SIALAN!" teriak Jisung lagi.
Terlalu menyakitkan tuk melihat Jaemin saat ini, hati Jisung benar-benar hancur saat melihat wajah Jaemin. Bayangan tentang hal buruk yang menimpanya masih tersimpan dalam pikirannya.
"Kenapa kau jadi seperti ini?" Tanya Jaemin yang masih kebingungan.
Tidak mungkin kan hal yang dia takutkan terjadi?
Jangan bilang, mimpi yang Jisung lihat adalah masa lalu mereka?
Jika sudah seperti ini apa yang harus Jaemin lakukan? Bagaimana cara Jaemin untuk memperbaiki hubungan mereka, jika Jisung kembali mengingat masa lalunya?
"Kau, pembunuh! Kau penjahat! Kau bajingan!" Seru Jisung menunjuk Jaemin yang kini mematung.
"Kau membunuh mereka! Kau membunuh buah hatiku!" Mata Jisung memerah, air mata kini turun membasahi pipinya.
Jaemin merasakan sakit saat melihat Jisung yang kacau seperti ini. Semua ini karena musuhnya yang bajingan, dia pikir dirinya bisa mendapatkan Jisung jika pemuda ular itu membenci Jaemin?
Hahaha, ide yang sangat konyol. Karena Jaemin akan pastikan segala sesuatu berubah menjadi keuntungan baginya.
"Apa yang kau maksud Jisung? Bagaimana bisa kita memiliki anak? Kau saja baru bertemu diriku," ucap Jaemin dengan wajah lugu.
Jisung terdiam, Jaemin memegang wajah Jisung dengan tangannya, mengusap air mata Jisung yang mengalir ke pipinya.
"Jisung, kau bermimpi buruk, ya? Apakah mimpi itu begitu menyeramkan bagimu? Dimimpi itu aku menjadi sosok yang jahat ya?" Tanya Jaemin khawatir, menaruh tangan Jisung ke wajahnya.
"Kau mengurungku, kau juga membunuh anak-anakku!" Ucap Jisung kepada Jaemin.
Jaemin memeluk Jisung, mengusap punggung Jisung yang masih menegang,
"Tenanglah, Jisung. Aku tidak mungkin melakukan hal itu, aku mana mungkin tega menyakiti mu dan buah hati kita?" Jaemin menyeringai saat merasakan Jisung membalas pelukannya.
Jaemin benar-benar pandai mengambil kesempatan, bahkan saat krisis pun dia bisa mengubahnya menjadi kesempatan brilian yang sangat menguntungkan dirinya.
"Tapi mimpi itu begitu nyata!"
"Semua itu hanya mimpi Jisung, hanya mimpi yang sengaja dibuat oleh seseorang agar kau membenci diriku!" Seru Jaemin dengan seringai liciknya.
"Apa maksudmu?" Tanya Jisung kebingungan.
"Seseorang mengirimkan kupu-kupu biru ke ruangan ini, kau tau sendiri bukan arti dari kupu-kupu biru?" Ucap Jaemin menunjuk ke bangkai kupu-kupu berwarna biru.
"Siapa yang mengirimkan ini?" Tanya Jisung heran.
"Ku rasa dia musuhmu, dia tahu jika kau dekat denganku kemungkinan akan sulit mengalahkan dirimu. Jadi dia sengaja membuat mu menjauh dariku agar kau bisa dikalahkan dengan mudah!" Seru Jaemin yang semua perkataannya adalah kebohongan.
"Benarkah?"
"Iya, dia sengaja memanipulasi dirimu. Selain itu dia akan terus mengirimkan kupu-kupu itu kepadamu agar kau depresi dan berakhir bunuh diri. Bukankah musuhmu yang selanjutnya adalah seorang pengguna kupu-kupu? Aku rasa dia memakai cara licik kepadamu agar kau kalau dengan mudah!" Jaemin mengelus wajah Jisung dengan lembut, mengecup dahinya dengan seringai yang masih tersungging di bibirnya.
"Ku rasa kau benar!"
"Iya, jadi jangan pernah percaya pada mimpi itu, sayangku! Karena aku tidak mungkin melukaimu."