11 ; Picik

839 115 12
                                    

Jaemin tersenyum saat melihat orang-orang memasuki arena pertandingan, dia menatap Jisung yang  pucat pasi karena lawannya saat ini.

"Maaf, sayang! Aku harus melakukan ini demi kebaikan kita berdua,"

Jaemin menghilang bersamaan dengan kobaran api, Jaemin harus mencari makhluk yang mampu menghapus segala mimpi buruk dan ingatan-ingatan tentang masa lalu yang dialami oleh Jisung.

Sejak awal Phoenix memang melambangkan kekuatan yang abadi. Tapi mereka adalah makhluk kejam yang sangat posesif terhadap milik mereka, dia akan memastikan seluruh hal yang dia miliki tidak akan lepas darinya termasuk mengendalikan seluruh orang yang berada di sekitar miliknya.

"Jisung, kau terlihat pucat. Kau yakin akan menang melawan dia?" Tanya Renjun, dia khawatir dengan sepupunya itu.

"Aku tidak yakin, tapi aku harus berusaha bukan?"

Renjun menghela napas, dia merasa kasihan dengan Jisung. Renjun bahkan sudah menyuruh Jeno untuk protes kepada para petinggi tapi sialnya protes yang disampaikan oleh Jeno seakan-akan tidak dipedulikan padahal biasanya para petinggi akan menghormati Jeno yang terlahir sebagai makhluk mitologi.

Jisung hanya tersenyum, dia berjalan menuju arena di mana ada sang elang yang kini melihat Jisung dengan tatapan tajam.

Sebelum pertandingan dimulai, Jisung mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Dia mencari Jaemin yang sejak pagi ini tidak ada di manapun.

Dalam hati Jisung bertanya-tanya apakah Jaemin tahu bahwa pertandingan ini dipercepat? Tapi sepertinya tidak, jika Jaemin mengetahui hal itu pasti dia akan menyuruh para tetua untuk menghentikan pertandingan ini, karena Jaemin pasti tidak ingin dia terluka.

Jisung kini kembali menatap sang elang yang sudah memasang ancang-ancang untuk menyerangnya. Jisung menghela napasnya setelah itu dia bersiap untuk menyerang sang elang.

Terdengar suara genderang yang menandakan bahwa pertandingan telah dimulai, para peserta kini di persilahkan untuk menyerang satu sama lain.

Jisung mulai menembakkan racun yang berada di bawah kukunya, tapi sang elang dengan mudah menghindar. Insting elang itu tajam apalagi elang itu musuh alami sang ular jadi dia pastinya sudah hapal pola serangan yang akan digunakan oleh Jisung.

Sang elang kini menyerang, dia mengeluarkan kukunya berniat untuk melukai Jisung.

Srat!

Jisung berhasil menghindar, Jisung sedikit bersyukur karena Jaemin melatihnya agar cepat tanggap akan serangan-serangan seperti ini.

"Jangan terlalu senang dulu, ular!"

Sret!

Cakar sang elang berhasil melukai kaki Jisung, setelahnya sang elang menjauh dari Jisung. Sesuai dengan perintah Jaemin dia tidak akan melukai Jisung lebih daripada itu, dia juga tidak akan melanjutkan pertandingan ini Karena tugas yang diberikan oleh Jaemin telah selesai.

Jisung terjatuh, kakinya terasa sangat sakit. Dia tadi tidak menyadari pergerakan sang elang sehingga dia tidak bisa menghindar.

Meski merasakan sakit, Jisung memaksakan untuk bangkit, dia mulai menyerang sang elang dengan sekuat tenaganya, Jisung tidak pernah tau bahwa tindakannya itu mempermudah ramuan yang diberikan Jaemin tadi menyebar dengan cepat.

Jisung mengambil pisau kembar layaknya taring ular dari kedua kantong celananya, kemudian menyerang sang elang.

Elang yang tahu memilih mengalah, dia tidak ingin tuannya marah karena ketahuan tidak mundur setelah selesai melukai Jisung.

Sret!

Tak!

Jisung berhasil melukai area leher sang elang, kemudian sang elang mengangkat tangannya tanda menyerah. Terdengar suara genderang pertanda pertandingan telah usai dengan Jisung sebagai pemenangnya.
Sang elang yang terluka di lehernya segera diobati karena pisau yang dipakai Jisung adalah pisau beracun.

Sedangkan Jisung kini terduduk lemas, tubuhnya telah kehilangan kekuatan. Rasanya untuk bangkit saja Jisung tidak mampu.

Renjun yang menyadari hal itu buru-buru lari menuju Jisung, dia meminta tim medis untuk mengecek keadaan Jisung.

"Kenapa Jisung seperti itu?" Tanya Renjun saat menyadari Jisung tidak bisa bangkit.

"Dia hanya terkejut," terang petugas medis.

Renjun dan Jeno menatap curiga namun, tidak bertanya lebih lanjut karena mereka khawatir akan keadaan Jisung saat ini.

Jisung yang sudah merasa sangat lemas perlahan kehilangan kesadarannya, di saat-saat ingin menutup mata Jisung tersenyum saat melihat Jaemin lari menuju ke arah dirinya.

"Aku tahu bahwa kau akan datang kepadaku, Jaemin!" Gumam Jisung.

Renjun dan Jeno semakin panik, mereka akan menggendong Jisung menuju balai pengobatan namun, kalah cepat dengan Jaemin yang kini sudah menggendong Jisung.

"Jisung, kau kenapa? Ada apa ini sebenarnya? Kenapa pertandingan yang seharusnya diadakan esok malah dilakukan pada hari ini?" Tanya Jaemin kepada Jeno dan Renjun.

Jaemin melemparkan pertanyaan yang begitu banyak, layaknya orang yang tidak mengetahui apapun. Sangat picik!

Renjun dan Jeno menghela napas saat Jaemin menatap mereka dengan tajam meminta penjelasan.

"Jaemin, para petinggi mempercepat jadwal pertandingan," terang Renjun.

"Kenapa bisa terjadi? Apakah kau yang menyuruh mereka?" Jaemin menuduh Jeno.

Tuduhan itu berhasil membuat Renjun tersulut emosi, dia menatap Jaemin tajam.

"Jeno tidak mungkin melakukan hal itu kepada Jisung yang telah dia anggap sebagai adiknya sendiri, asal kau tau saja! Kami bahkan sudah mendesak para petinggi untuk menghentikan aksi mereka, tapi mereka abai! Aku curiga kau lah yang melakukan hal ini, apalagi sedari tadi kau tidak ada di sisi Jisung ketika dia bertarung!" Tuduh Renjun.

Jaemin menatap mereka datar, kemudian menjentikkan jarinya dan muncullah seorang wanita yang telah babak belur, tubuhnya penuh dengan luka.

Jeno dan Renjun menatap Jaemin dengan tatapan penasaran, "Siapa dia?" Tanya keduanya.

"Selama ini Jisung bermimpi buruk, dan wanita inilah yang mengirimkan mimpi-mimpi itu! Aku pergi dan tidak ada di sisi Jisung karena harus mengurus wanita sampah ini yang telah membuat Jisung tidur dengan tidak nyenyak, Jisung menjadi lemah karena mimpi-mimpi yang dikirimnya!" Terang Jaemin.

Renjun dan Jeno kini kembali menatap satu sama lain, mereka merasa bersalah karena menuduh Jaemin sembarangan.

"Maaf, kami tidak tahu!"

Jaemin mengangguk, "Tidak masalah. Ngomong-ngomong wanita itu mengirim mimpi-mimpi buruk kepada Jisung atas perintah Pegasus,"

Jaemin menghela napas, "Menurutmu siapa yang bisa menggerakkan para bedebah itu?"

"Para mitologi?" Jawab Renjun.

Jaemin menyeringai seram, ini saatnya dia menjalankan rencana lainnya yaitu membuat musuhnya dimusuhi oleh orang-orang di sekitar Jisung sekaligus membuat Jisung membenci musuhnya.

"Menurutmu, siapakah diantara kami para mitologi yang akan melakukan hal ini?" Tanya Jaemin.

Sontak saja Jeno dan Renjun saling menatap, "Pegasus!" Jawab keduanya.

Jaemin menyeringai kejam, sekarang Renjun akan membenci pegasus dan ketika Jisung sadar Renjun akan mengatakan segalanya bahwa Pegasus lah yang membuat dirinya menjadi seperti itu.

Jisung akan membenci pegasus dengan begitu pegasus tidak akan pernah bisa mendekati Jisung.

Kini Jaemin tidak perlu berusaha keras untuk memikirkan cara agar menjauhkan pegasus dari Jisung-nya.







Power Inside : JaemSungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang