Apapun yang sudah digariskan dan ditakdirkan bersama, maka sampai kapanpun dan dengan usaha apapun kita menyingkirkannya maka tidak akan pernah bisa dilakukan.Maka artinya juga sama dengan Kak Salsa yang memang sudah ditakdirkan untuk menjadi kakak Renza. Menjadi bagian dari hidup Renza.
Sebenci apapun Kak Salsa pada Renza, Renza tetaplah adiknya. Setidak maunya sahabat Renza menerima kehadiran Kak Salsa lagi,nyatanya semua itu tidak bisa dicegah.
Tidak ada yang bisa menentang takdir Tuhan.
"Renza masih di Masjid," ucap Mama ketika ia melihat Kak Salsa yang tampak mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumahnya.
Kak Salsa sudah bebas karena Pakdhe yang membayarkan denda. Dan perempuan itu tiba di rumah tepat setelah adzan Maghrib dengan dijemput oleh Mama.
"Nak,jangan berantem lagi sama Renza ya, dia adik kamu satu-satunya yang kelak pasti kamu akan butuh bantuannya" jelas Mama sembari mengusap pundak Kak Salsa.
Perempuan 19 tahun itu terdiam,entah menyesali perbuatannya atau mungkin ia semakin benci pada si bungsu.
"Kelak kamu tua nanti,hanya saudara kamu lah orang yang paling ikhlas membantu kamu. Sayangi saudara kamu sama seperti kamu menyayangi apapun yang kamu sukai" tambah Mama.
Kak Salsa mengangguk dan tersenyum tipis membuat Mama ikut tersenyum lega. Ia berharap, anak perempuannya mau merubah segala sifat buruknya sebelum terlambat.
"Gue harus gimana ? Gue benar-benar ngerasa marah pas Mama bilang Renza-Renza terus ! Tapi disisi lain,gue punya kepingan rasa aneh," batin Kak Salsa.
"Aku masuk kamar dulu Ma,mau istirahat" ucap Kak Salsa.
"Ya sudah,kamu sholat terus nanti Mama panggil kalau saudaramu udah pulang"
Kita hanya harus tahu kalau Kak Salsa mengangguk ragu, ia masih teringat pada bayangan kecewa kakak tertuanya. Mungkin bukan ragu tapi ia takut (?)
Di sisi lain Renza yang sudah bersiap-siap untuk kembali pulang ke rumahnya tampak terdiam memikirkan sesuatu. Ia tentu tahu jika kakak keempatnya akan pulang hari ini.
"Duh,bingung gue. Pulang gak ya?" gumam nya lirih.
"Renza!"
Renza menoleh ketika mendengar seroang perempuan meneriakkan namanya. Rupanya itu Kak Azi yang sedikit berlari menghampiri Renza.
"Kakak ngapain ke sini?" tanya Renza heran, biasanya kalau Kak Azi pulang bekerja atau kuliah kan langsung pulang.
"Kakak sengaja nyamperin kamu kesini, ayo pulang" ajak Kak Azi lalu berjalan sembari mendorong pundak adiknya.
"Renza bisa jalan sendiri, lagian ngapain sih kakak pake nyamperin dulu?"
"Kakak cuma takut kamu gak mau pulang"
"Kok kakak tahu?"
Kak Azi berhenti lalu menatap Renza kesal.
"Ren,dengerin kakak. Kakak tahu ada saatnya seseorang berubah. Akan ada waktu dimana yang baik bisa menjadi jahat, yang setia bisa berkhianat, dan mengalah berubah jadi mementingkan diri sendiri—
"Maksud kakak?"
"Ren,kakak tahu apa yang kamu takutkan sekarang." ujar Kak Azi tegas, Renza yang merasa jika apa yang Kak Azi ucapkan itu benar ,ia memilih menunduk.
"Kamu berhak marah, kamu berhak kecewa, kamu berhak untuk menentukan dan kamu berhak untuk tidak peduli."
Renza mendongak, menatap kakaknya yang tampak memberinya semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Squad [ SELESAI ]
Teen FictionSemua itu hanya mimpi yang tak akan bisa menjadi nyata. Ini adalah ukiran kisah yang dibuat oleh enam anak laki-laki yang tak akan bisa dilupakan siapapun. Series ketiga "Malaikat untuk Renza" Bisa dibaca secara terpisah. NOTE (pemain cerita ini a...