🍁 07 - Kini, Siapa yang Mengejar ?

376 78 17
                                    


Masih dengan kedua tangan yang terkepal erat, Renza melangkah menjauhi Kak Azi yang telah membukakan pintu untuknya.

Renza tidak akan mungkin marah pada kakaknya jika saja Kak Azi tidak melontarkan beberapa kata yang cukup mengena di hatinya.

"Kasih Salsa waktu ke Mama,buat nunjukin kalau dia berubah jadi lebih baik"

"Renza!"

Langkahnya terhenti begitu ia mendengar kakak ketiganya itu meneriakkan namanya. "Kenapa?"

"Kamu dengerin kakak ngomong kan?"

"Renza dengerin kok."

"Kakak serius sama omongan Kakak, Ren. Kamu tahu sendiri kan, Salsa juga pengin dapat kasih sayang Mama,dia juga pengen ngerasain yang kamu rasain"

"Caranya? Renza harus pergi yang jauh gitu?" tanya Renza,nada bicaranya terdengar tidak mengenakkan.

"Kamu kalau kakak perhatikan ketus banget sih? Kamu ada masalah?"

Renza menghela nafas panjang, "Nggak ada, cuma capek"

"Yaudah,kamu istirahat ya"

"Hm"

Kak Azi memejamkan matanya . Jujur,ia merasa aneh dengan sifat Renza belakangan ini. Anak itu terkesan cuek pada keluarganya, terlebih setelah Kak Salsa kembali.

Hal itu sangat membuat heran dirinya juga saudaranya yang lain. Pasalnya kita tahu sendiri, bagaimana Renza dengan segala tingkahnya pada kakaknya.

Bahkan sekalipun ia dihina,anak itu tak putus asa bahkan selalu melupakan dirinya sendiri hanya untuk saudaranya.

"Renza itu layaknya matahari,selalu bersinar buat semua orang tapi gak ada satu orangpun yang bisa menyinari matahari. Dan Salsa,itu seperti awan gelap. Yang datang,cuma buat menghalangi sinarnya matahari... Dia penghancur,perusak suasana."

Kak Azi masih ingat ucapan itu. Itu adalah ucapan sarkas Danu yang ditujukan untuk keluarganya saat Renza yang masih terbaring koma beberapa bulan yang lalu.

brak !

Renza membanting tas nya di atas meja. Membuat beberapa barang disana berjatuhan di lantai tapi Renza tidak peduli.

Ia masih marah apalagi ketika ingat dengan ucapan sahabatnya tadi .

"Renza lemah! Renza cengeng, Renza nyusahin ! Gak guna ! Renza anak Mama! Renza manja ! Renza perebut kasih sayang !"

Dengan segala emosi yang menguasainya, anak laki-laki itu memukul tembok kamar dengan tangan kanannya. Ini aneh,baru pertama kalinya anak itu melampiaskan emosi dengan cara seperti ini.

Tangannya kini berdarah, Renza menyandarkan tubuhnya pada dinding, badannya merosot ke lantai dengan tampilan acak-acakan, ia masih berteriak mengeluarkan segala unek-uneknya.

"Lo terlalu berharap bodoh! Kakak Lo gak akan bisa setulus yang Lo harapkan! Lo itu cuma perebut kasih sayang semua orang!"

"Lo gak ada bedanya sama sampah ! Cuman Lo dikasih nyawa aja !"

Masih dengan mengumpati dirinya sendiri, Renza menjambak rambutnya kasar.

"Ren, Kalau aja Lo gak ada di dunia ini, maka empat kakak Lo itu gak akan merasa di anak tirikan. Kalau aja Lo gak ada di dunia ini, Danu gak akan digebuki sama ayah nya gara-gara nilainya dibawah nilai lo ! Dan andai aja Lo gak ada di dunia ini, semua tangis ini gak akan pernah gue alami"

Buagh !

"Gue lemah !"

Buagh !

Dream Squad [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang