Plak !Tamparan keras itu Danu layangkan untuk Renza sementara yang ditampar memilih diam daripada mencari gara-gara dengan Danu yang sedang kalut-kalutnya.
Arsena dan Jenovan yang saat itu ada disana juga memilih diam .
"Puas jadi orang baik? Puas belum?" tanya nya mengintimidasi.
Bukannya menjawab, Renza memilih untuk tengkurap dan membaringkan tubuhnya di kasur. Hei, ia punya beberapa gores luka di punggung nya ya jadi akan sedikit sulit untuk terlentang.
Sebenarnya Arsena menyuruh Renza untuk tidak menggunakan baju atasan tapi anak itu menolak keras dengan alasan malu. Dan, akhirnya Renza tetap memakai baju tapi ukurannya super longgar. Ya,kaos milik Jenovan.
"Sampe gue denger hal yang ke gini lagi, gue tonjok lo"
"Hmm"
Setelah beberapa saat, ketiganya berpamitan untuk pulang. Sebenarnya Danu punya keinginan untuk menginap tapi Renza menolaknya.
"Gue tuh cuman bonyok bukan gak bisa ngapa-ngapain! Kenapa gue kesannya kayak cewek sih!"
Dari pada Renza terus marah-marah kan? Ya sudah ikuti saja apa yang anak itu mau.
Tepat ketika adzan Maghrib Kak Salsa pulang dan tepat saat itu juga Renza keluar dari kamarnya hingga keduanya bertemu.
"Ren..." panggil Kak Salsa pelan.
"Tenang aja kak,Renza masih hidup jadi kalau mau nyakitin Renza bisa besok lagi" ucapanya dingin.
"Maksud omongan Lo apa?! Kenapa jadi nyolot gitu?!"
"Renza gak nyolot,kakak yang nyolot"
Kak Salsa tersenyum tipis," Lo kecewa?"
Renza yang semula menatap lukisan di seberang, kini beralih menatap kedua mata kakaknya. "Apa kakak masih nanya ? Apa Renza harus cerita dari awal sampai akhir?"
Kak Salsa mengepalkan tangannya. Ia kecewa ketika mendengar jawaban sarkas yang adiknya lontarkan.
"Setelah gue inget-inget ini baru pertama nya loh Lo ngomong sekasar itu sama perempuan. Mana nih yang katanya paling melindungi perempuan?" kekeh Kak Salsa.
"Iya. Tapi setelah Renza inget,kakak justru memanfaatkan prinsip Renza yang satu itu. Kakak seenaknya sama Renza tapi Renza gak boleh balas kan?"
Kak Salsa terdiam,"Lo harus tahu yang Lo alami tadi gak sepenuhnya yang Lo lihat" ucap Kak Salsa berubah sendu.
"Bagi Renza sama aja"
Renza berjalan menjauh ke arah belakang rumah lalu ia berbalik dan menatap kakaknya yang masih diam di tempat. "Buat omongan Renza tadi, Renza minta maaf kalau itu nyakitin kakak. Tenang aja, kakak akan selalu menang di atas Renza"
Kak Salsa mematung di tempatnya, tidak menyangka dengan apa yang adik bungsunya katakan.
"Karena apa? Karena Renza yang akan mengalah"
"Renza juga minta maaf kalau kakak merasa kurang diperhatikan Mama gara-gara Renza. Tapi kakak harus tahu itu bukan karena Mama benci, tapi karena Mama tahu kalau kakak bisa sendiri"
Jeda, sebelum akhirnya kak Salsa membuka suara, "terus maksudnya Lo gak bisa sendiri ? Dan harus dibantu Mama,gitu?"
"Ya"
Kak Salsa terkekeh hambar, "Sekarang gue tanya, emang anak mana yang mau ada di posisi gue?! Keinginan gue sederhana! Gue cuman mau ngerasain apa yang Lo rasain! Perhatian Mama ! Gue mau itu !"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Squad [ SELESAI ]
Teen FictionSemua itu hanya mimpi yang tak akan bisa menjadi nyata. Ini adalah ukiran kisah yang dibuat oleh enam anak laki-laki yang tak akan bisa dilupakan siapapun. Series ketiga "Malaikat untuk Renza" Bisa dibaca secara terpisah. NOTE (pemain cerita ini a...