02

724 107 66
                                    


Dream.

*
*

Cerita ini mengisahkan kehidupan 18 tahun mendatang, tragedi buruk yang menimpa mereka dulu itu sudah berlalu selama 18 tahun silam. Meskipun begitu rasa dendam dan rasa sakit hati masih bersemayam membara dihati para korban, terutama Rose dan juga pihak lain.

*
*

Didalam kamarnya, Rose tengah membaca sebuah majalah edisi terbatas seraya menyandarkan tubuh indahnyanya di sandaran tempat tidur. Majalah tersebut menerbitkan tentang dirinya yang terlihat begitu mempesona dan juga membahas seputar kesuksesan dalam dunia model sekaligus penyanyi, dia terlihat begitu menikmati dengan raut muka santai.

"Tidak buruk, tidak juga mengecewakan." Rose tersenyum merasa puas setelah membaca sederetan kalimat berisi wawancara ataupun kalimat lainnya.

Senyuman manis itu seketika leyap begitu telinganya mendengar suara derapan langkah kaki seseorang memasuki kamar. Sekarang hanya ada ekspresi wajah datar yang selalu ia tampilkan usai kejadian buruk dulu.

"Selama 18 tahun ini aku selalu mengatakan padamu untuk mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk." Kata Rose dingin tanpa mengalihkan pandangan dari majalah.

Langkah kaki Jisoo langsung terhenti sewaktu mendapatkan teguran dari istrinya. Ia menelan ludah merasa cemas terlebih mendengar dinginnya nada suara Rose.

"Otakmu itu tidak lupakan? Kamar ini sudah menjadi milikku sepenuhnya dan kau hanya menumpang disini. Jaga sikapmu kalau kau tidak ingin tidur diatas ubin yang dingin tanpa beralasan apapun." Lanjutnya pada Jisoo yang dianggap sudah lancang.

"Maafkan aku, rasa kantuk membuatku lupa mengetok pintu." Sesal Jisoo dan kembali melangkah.

"Cihh bertambahnya usia membuatmu kehilangan sopan santun." Ketus Rose melirik Jisoo sebentar. Dapat terlihat kalau dia tidak menyukai kehadiran Jisoo disini.

"Maafkan aku." Ulang Jisoo meminta maaf tapi Rose tidak merespon permintaan maaf Jisoo melainkan dia acuh.

Jisoo memberanikan diri untuk mendekat lalu duduk ditepi ranjang. Selama 18 tahun ini istrinya sering kali mengacuhkannya dan bersikap seenaknya saja. Layaknya mereka berdua adalah orang asing, seolah-olah tidak pernah terjadi hal berbahagia diantara keduanya.

"Aku ragu dikepalamu apa masih ada otak? Ku rasa tidak ada sehingga membuatmu lupa jika kau dilarang keras tidur seranjang denganku." Sarkas Rose menatap Jisoo datar, dia juga menekankan tiap katanya.

"Rose, sekali ini saja ijinkan aku tidur disini. Aku lelah sekali, aku ingin tidur nyenyak malam ini. Tidur disofa itu membuat punggungku sakit." Ujar Jisoo meminta pengertian istrinya.

Didalam kamar ini juga disediakan sofa, yang mulanya adalah sofa berbahan lembut dan empuk. Tapi 18 tahun ini sudah diganti dengan sofa murah dan tidak berbahan bagus, khusus Rose sediakan untuk Jisoo tidur.

"Tidur nyenyak?" Rose tertawa mengejek. "Setelah dosa yang kau perbuat selama ini, kau pikir kau pantas untuk tidur nyenyak?!" Bentak Rose melempar keras majalah ke lantai sampai membuat Jisoo terkejut.

"Bajingan yang tidak tahu malu." Maki Rose menatap tajam Jisoo yang menunduk merasa bersalah atas dosa-dosanya.

"Keluar! Melihat wajah sok berdosamu membuatku ingin muntah." Usir Rose tidak peduli dengan penyesalan yang ditunjukkan Jisoo.

"Rose aku mohon aku benar-benar lelah dan butuh istirahat." Ucap Jisoo lirih memohon. Tidak apa-apa dia tidur disofa keras itu asal ia memiliki tempat tidur.

"Kau membuatku marah dan aku tidak ingin melihatmu berada di satu ruangan yang sama denganmu." Rose masih menatap Jisoo dengan tajam, dia tampak tidak peduli dengan kondisi tubuh Jisoo.

Adore You Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang