04

595 112 93
                                    


Louder than bombs.

*
*

Jennie tersentak saat ada sebuah tangan menyentuh pundaknya dari arah belakang. Kemudian ia tersenyum begitu mengetahui siapa pemilik tangan itu. Segera mungkin ia menenangkan diri, tidak ingin membuat putra tercintanya menaruh rasa curiga melihat kondisi ibunya yang tengah bersedih.

"Mami." Sapa Younghoon tersenyum lalu memeluk Jennie sebentar.

"Kamu kapan datangnya Hoon? Kenapa mami tidak melihatmu." Heran Jennie akan kehadiran putranya yang entah datang darimana.

"Bagaimana mami bisa melihat, mami saja sibuk melamun." Kata Younghoon sedikit cemberut dan itu membuat Jennie terkekeh.

"Astaga sayang, kamu bukan lagi anak kecil." Gemas Jennie mencubit pipi Younghoon.

"Mam, apa terjadi sesuatu? Mami tampak kalut dan terlihat sehabis menangis." Younghoon memperhatikan wajah Jennie lekat-lekat.

"Tidak ada kok, mata mami kelilipan saja tadi." Dalih Jennie tersenyum seraya mengandeng tangan anaknya.

"Hoon, kamu dapat minuman itu darimana hm?" Tanya Jennie melihat minuman yang dipegang Younghoon.

"Aunty Rose memberikan ini. Aku tadi bertemu aunty didepan." Jawaban Younghoon ini membuat langkah kaki Jennie terhenti.

"Mamy mau?"

Younghoon membukakan minuman yogurt itu, kemudian diberikan pada Jennie. Namun Jennie tidak beraksi apapun, dia terkejut mengetahui kalau Rose lah yang memberikan yogurt itu.

"Mami?" Panggil Younghoon kebingungan melihat sikap diam Jennie.

"Younghoon, apa dia melakukan sesuatu padamu? Atau dia mengatakan hal aneh?" Panik Jennie memegang tangan Younghoon dapat lelaki itu rasakan ada ketakutan besar dalam diri ibunya.

"Mam tenang. Aunty tidak melakukan apapun padaku, meski aku tahu hubungan mami dan aunty tidak baik tapi aunty tetap bersikap baik padaku." Ucap Younghoon meyakinkan Jennie kalau ia baik-baik saja.

"Syukurlah, mamy sangat cemas." Lega Jennie memegang wajah Younghoon.

"Mami murung dan menangis tadi apa ada hubungannya dengan aunty Rose?" Tebak Younghoon tepat sasaran, Jennie terhenyak tidak tahu harus merespon apa.

"Aku sayang mami. Bagaimanapun situasinya, aku tetap akan bersama mami." Ucap Younghoon bersungguh-sungguh. Dia sangat menyayangi Jennie lebih dari siapapun didunia ini.

Jennie mengangguk, ia terharu akan kesungguhan putranya yang selalu ada untuknya. Begitu juga dengan Jennie, dia begitu sangat teramat menyanyangi Younghoon tidak ada yang dapat memisahkan mereka.

"Maaf mam, putramu yang tampan ini tidak bisa mengantarmu pulang." Sesal Younghoon sedih, ia teringat tujuannya datang kesini.

"Kenapa tidak bisa Hoon?" Tanya Jennie pura-pura tidak tahu. Padahal ia sangat tahu kalau anaknya itu ingin mengantarkan Lia pulang.

"Ada tugas negara yang harus aku laksanakan, jika aku terlambat maka tugasku ini akan diambil alih orang lain. Bila itu terjadi aku akan sedih, bahkan sangat sedih." Ungkap Younghoon menyadari tidak hanya dirinya saja yang menginginkan Lia.

"Oh jadi tugas negara itu lebih penting daripada mengantar mamimu pulang." Tukas Jennie memasang muka sedihnya.

"Astaga mami, jangan membuatku terlihat seperti anak durhaka. Aku menyayangi mami, sungguh." Younghoon memegang tangan Jennie untuk ia cium-cium.

"Mami tidak percaya kalau kamu ini sudah berusia 23 tahun, kamu begitu menggemaskan sayang." Akui Jennie mengecup pipi Younghoon membuat sang empu tersenyum.

Adore You Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang