23. Kasus Pemukulan

444 51 2
                                    

"Ayo, turun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayo, turun. Gue jelasin sambil turun. Anak-anak yang lain juga pada ngumpul di bawah. Yeonjun ketakutan. Wajahnya pucet banget kayak mayat. Gue sampe takut sendiri liat dia." Junkyu menyeret Jihoon ke bawah.

"Tadi abis lu cerita ke kita kalo lu dipukul si Gon gara-gara lu suka sama Hyunsuk, hehehe... Gue masih nggak nyangka lu suka Hyunsuk." Junkyu masih sempat berkomentar di sela ceritanya.

"Terus?" Jihoon setengah mendesak, ia malu jika temannya itu membahas tentang perasaannya pada Hyunsuk.

"Lu kan juga bilang kalo sebenernya si Gon itu bukan siapa-siapanya Hyunsuk. Nah, setelah lu masuk kamar, Yeonjun ngajakin anak-anak yang lain ke kosnya si Ben, temen segengnya dia. Ben bilang kalo Gon udah dari sore di kos dia, nyari temennya," Junkyu mulai bercerita.

"Gue ama anak-anak yang lain nurut aja. Kita pikir Yeonjun mau ngancem Gon dikit lah. Kita-kita kan juga nggak terima lu dipukul. Ada 7 orang yang ikut, gue, Yeonjun, Soobin, Doyoung, Yoshi, Jaehyuk, sama Haruto. Kita bertujuh jalan ke kosnya Ben. Pas ngelewatin bengkel, Yeonjun liat kayu di situ. Ya dia ambil. Kitanya diem aja, kan emang kalo mau ngegertak orang harus pake barang-barang yang bisa bikin orang itu takut. Eh... nggak taunya pas nyampe di sana, Yeonjun jadi brutal. Dia mukul kepala Gon pake tuh kayu sampe 3 kali. Gon nggak sempat minta tolong, ngelawan aja nggak bisa. Temennya juga cuma ngeliatin dari depan pintu sejak kita datang. Takut kali liat badan gedenya Yeonjun sama Haruto."

"Terus Gon-nya?" Jihoon was-was juga mendengar cerita Junkyu.

"Dia nggak apa-apa kan?" Jihoon tetap bertanya walau sebenarnya ia sudah tahu jawabannya.

"Yaelah, Ji. Kalo dia nggak apa-apa, nggak bakalan ada polisi yang ke sini," Junkyu menyuarakan dugaan Jihoon.

"Kepala Gon luka, darahnya netes dari kepalanya ke jalan. Kita aja ngeliatnya sampe miris, apalagi dia yang ngerasain. Gue rasa Gon juga syok. Sebelum ambruk, dia megang kepala dia. Ngeliat darah yang nempel di tangannya." Junkyu mengakhiri ceritanya.

Jihoon mencoba menarik napasnya dalam-dalam. Ia tidak menyangka Yeonjun akan senekat itu. Ia tahu bos kosnya itu sedikit ugal-ugalan dan cepat panas. Ia juga tahu saat melihat sinar mata Yeonjun sore tadi saat ia bercerita, Yeonjun akan melakukan sesuatu.

Yeonjun terkenal akan kesetiakawanannya pada semua temannya. Yeonjun nggak akan pernah tinggal diam melihat salah satu temannya diperlakukan semena-mena. Dan Jihoon yang tahu watak Yeonjun ini setengah berharap ia akan melakukan hal yang sama untuknya.

Picik memang, tapi Jihoon saat itu benar-benar merasa terhina oleh pukulan Gon. Ia lebih merasakan sakit di dadanya ketimbang di wajahnya. Dan saat keinginannya terwujud, yang malah menyebabkan masalah yang lebih besar seperti sekarang ini, Ia menyesal telah memiliki pikiran sejahat itu. Sayangnya penyesalan selalu datang terlambat.

"Jadi sekarang gimana?" tanya Jihoon, ia mencoba setenang mungkin.

Ia dan Junkyu sudah bergabung bersama teman-temannya yang lain di ruang tamu. Pak Song dan beberapa pembantu baru yang datang beberapa hari yang lalu, juga ada di situ. Hanya Tante Chaerin yang nggak ada karena memang sedari kemaren pergi ke Ulsan, mengurus usaha kosnya yang ada di sana.

Semua wajah di depannya terlihat tegang dan ketakutan. Yeonjun yang paling parah. Parasnya pucat seakan tidak ada darah yang mengalir ke wajahnya. Bibirnya juga bergerak-gerak, gemetaran. Sedari tadi Yeonjun tidak bersuara.

Beberapa kali ia ingin terlihat kokoh seakan dicari polisi adalah hal biasa. Tapi beberapa kali pula usahanya gagal. Ia meringkuk di sofa, layaknya anak kecil yang takut dimarahi Ayahnya.

"Kita keluar aja, gimana Yeonjun?" Jihoon sebenarnya tidak tega meminta Yeonjun keluar.

Namun jika ia dan Yeonjun tidak segera keluar, polisi itu akan berteriak makin kasar dan keras. Sekarang aja, dengan loudspeaker, kata-kata polisi itu sama sekali tidak enak didengar. Mungkin setelah menunggu lebih dari setengah jam, polisi itu kesal juga. Akhirnya kata-kata kasar tidak bisa dibendung dari mulut mereka.

"DASAR BANGSAT!!! WOI... CEPET KELUAR!" salah satu polisi berteriak lagi.

"KALIAN SEMUA BUDEG? CEPET KELUAR! DASAR KEPARAT!" yang lain menyahut.

Jihoon risih mendengar teriakan itu. Walaupun ia sendiri kadang memaki dengan kasar, namun ia tidak pernah benar-benar memaki seseorang. Paling hanya candaan diantara teman-temannya, yang pasti nggak bakalan marah mendengar kata kasarnya.

Teriakan diluar tambah tidak terkendali. Semua isi kebun binatang hampir ditumpahkan dari mulut polisi-polisi yang kini sudah hilang kesabaran.

"PARK JIHOON DAN CHOI YEONJUN DIMOHON KELUAR!" ternyata salah satu polisi itu masih tenang dan menyebut nama Jihoon dan Yeonjun tanpa ditambahi embel-embel yang bisa membuat orang yang mendengarnya lebih memilih jadi tuli.

Yeonjun masih tidak menjawab pertanyaan Jihoon. Pikirannya ngelantur entah kemana. Ia ketakutan membayangkan Mamanya yang bakalan ngamuk. Tapi bayangan yang lebih menakutkan adalah meringkuk di sudut penjara yang dingin, disiksa tanpa diberi makan, dan tanpa kehadiran Soobin, gebetannya.

"Kayaknya Gon ngelaporin Yeonjun sama lu aja, Ji," Yoshi berkata pelan, seakan jika ia berkata dengan volume normal, para polisi di luar itu juga akan membawanya ke kantor polisi.

"Gue nggak mau masuk penjara," Haruto merengek. Ia bahkan sudah hampir menangis.

"Nggak ada yang bakal masuk penjara!" Soobin malah membentak adik kelasnya. Kali ini Soobin terlihat sangar.

Beberapa anak termasuk Yeonjun menoleh ke Soobin, kagum, ternyata masih ada sifat manly dalam diri Soobin. Yeonjun jadi sedikit merasa malu. Jihoon tersenyum, keberaniannya sedikit bangkit.

"Buka pintunya, Pak Song," ia meminta.

Teman-temannya mulai protes.

"Nggak ada gunanya juga kita di sini terus. Yang ada malah malu sama tetangga. Pasti semua tetangga pada bangun gara-gara polisi-polisi itu teriak nggak karuan." Jihoon mencoba bersikap logis.

"Yeonjun, lu ikut gue. Walaupun ini sebenernya masalah gue dan gue nyesel banget lu sampe harus terlibat, tapi gue rasa lu juga harus tanggung jawab terhadap perbuatan lu," Yeonjun mendongak memandang Jihoon sebentar, sebelum akhirnya mengangguk dan mengikuti Jihoon keluar, menghadapi apapun yang akan terjadi di sana, di kantor polisi.

 Walaupun ini sebenernya masalah gue dan gue nyesel banget lu sampe harus terlibat, tapi gue rasa lu juga harus tanggung jawab terhadap perbuatan lu," Yeonjun mendongak memandang Jihoon sebentar, sebelum akhirnya mengangguk dan mengikuti Jihoon ke...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

See u in the next chapter 🐼

01-09-2022
flwrju

(CUPU) Cuma Pura-Pura || HOONSUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang