Four

482 17 1
                                    

Udara disini sangat sejuk. Apalagi, disini ada iman. Yap, disebelahku. Sedang menyantap makanan yang kuberikan. Senang sekali rasanya bisa memandang dia lebih dekat, meskipun sifat cuek nya selalu ada dan mungkin tak akan pernah hilang.

Dari kejauhan, aku terus melihat iman. Melihatnya tertawa bahagia. Ia tampan sekali walau hanya dilihat dari jauh.

"Woii" panggil vina yang sontak membuatku kaget

"Eh iya! Ah lo buat kaget aja" kataku sambil memukul bahu vina

"Ehmm.. Lagi merhatiin sopo nak? Iman?"

"Apaan sih. Sok tau deh"

"Ya memang tau kok. Mata lo aja daritadi fokus kesana aja"

"Dah ah. Males bahas itu."

"Lo gak mau foto bareng dia? Mumpung lagi dapat pemandangan yang keren nih."

"Gak lah. Cukup sekali itu aja."

"Yahh,, masaan lo nyerah?"

"Apaan sih, males ah"

"Udah ayok. Kali ini yang mintain kak dian, pasti dia mau"

"Kak dian? Jadi..?"

"Yap, kak dian dah tau tentang lo dan perasaan lo ke iman"

"Ihhh.. Lo apaan sih! Ngapain cobak dikasih tau ke kak dian! Ah lo gak bisa dipercaya deh!"

"Yaelah.. Lagian cuma kak dian aja kok yg tau"

"Ah lo mah. Benci gue!"

"Lo yakin mau benci sama sahabat lo ini? Sahabat lo yang paling imut dan ngegemasin ini?"

"Apa? Imut? Amit amit iya!"

"Udah deh. Gue ini sahabat lo yang paling unyu dan yang paling the best buat lo!"

"Dah deh ah, jadi males gue ngomong sama lo!"

"Hanaaaa.. Jangan gitu dong.."

"Abisnya lo lebay!"

"Tapi kan memang kenyataan. Oiya lo harus ingat ya, kalau gue ini barbie imut"

"Barbie dari jawa maksud lo? Hahaha"

Aku dan vina tertawa lepas kala itu. Vina, dia moodboster aku. Dia selalu buat aku happy, dia juga yang terkadang berperan sebagai penasihatku. Walaupun terkadang dia sedikit lemot. But, i love her. Susah banget nyari sahabat kayak dia, yang baik pengertian dan yang pastinya selalu ngasih aku contekan apalagi pas pelajaran akuntansi.

***

"Ayo hana.. Jangan malu ah" kak dian terus menarik tanganku menuju iman

"Gak mau loh kak! Kakak rempong deh!"

"Cepetan hana! Dah berani ngelawan sama kakak mu yang paling imut ini?"

"Kak dian, hana gak mau kak."

"Nang ning ning nang ning nung" kak dian membujukku seperti ia membujuk seorang bayi

"Iiih kak dian apaan sih. Kakak kira hana bayi apa?"

"Makanya ayo dong hana"

Aku dengan pasrah mengikuti apa yang dibilang kak dian. Daripada aku harus ditarik tarik gak jelas macem sapi, mending ikutin aja deh kata kakak kelas yang satu ini.

"Iman.." kak dian memanggil iman dengan senyum lebarnya

"Iya kak" iman membalas senyumnya. Langka banget itu senyum! Tapi, tiba dia liat muka aku malah datar lagi! Sial!

"Man oh man, adikku yang paling cantik ini, ingin berfoto dengan dirimu. Bersediakah kamu?" kata kak dian sambil merangkulku

"Dia.?" dia memandangku seperti tak senang

"Iya, kenapa?" tanyak kak dian

"Hmm.. Iman mau ke bus dulu deh. Ada yang mau diambil" dia berjalan namun kak dian berlari mengejar dia.

"Iman gak boleh gitu.." kata kak dian sangat lembut

"Males ah kak, gak hobby foto."

"Man!" wajah manisnya tadi, seketika berubah menjadi wajah orang yang hendak makan manusia. Mungkin iman takut dengan wajah kak dian, dan dia langsung mau foto denganku

"Deketan lagi dong." goda vina

Aku mendekati iman perlahan.

"Oke. 1...2...3..." jepret.

"Sekali lagi ya" kata vina

"1..2...3.. Man senyum dong. Gimana sih!"
Jepret.. Hasil foto kedua pun jadi

"Makasih ya." ucapku pada iman.

Hah, penyakit cueknya kambuh lagi. Bukannya senyum atau apalah, ini malah diam aja dan pergi gitu aja. Huh!

Stay with meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang