14

7.1K 622 34
                                        

VOTE SEBELUM MEMBACA!

Siang sudah berganti malam, kini Laviola sedang duduk merenung di ayunan  sendirian tanpa ada yang menemani. Suara serangga dan burung di hutan mengisi kekosongan malam. Cahaya bulan menerangi bumi dan juga banyaknya bintang bertaburan di langit seolah mencoba menghibur Laviola dari kegundahannya. Malam ini begitu cerah dan semakin indah dengan pemandangan city light di bawah sana.

Keadaan hati Laviola tak kunjung mendapatkan ketenangan walau telah menginjakkan kaki di tempat ini, padahal biasanya tempat ini selalu menjadi tempat yang berhasil memulihkan suasana hatinya. Pikirannya masih sibuk mencari solusi dan langkah apa yang harus dia ambil untuk menghadapi Leonardo ke depannya. Dirinya memang sudah jatuh hati padanya, tetapi rasanya begitu takut jika suatu saat nanti dia memiliki hubungan dengannya.

Yang dilakukannya sejak tadi hanya melamun, sesekali kakinya memberikan dorongan agar ayunan itu bergerak. Laviola sadar di belakangnya terdapat beberapa pelayan yang mengawasinya, tetapi dia mengacuhkan mereka semua walaupun tadi ada pelayan yang memperingatinya untuk segera masuk ke villa. Angin sudah berembus cukup kencang karena villa yang Laviola kunjungi saat ini berada di atas bukit, lokasinya tidak jauh dari mansion Fernandez. 

Kepala para pelayan semakin menunduk ketika seseorang yang sedari tadi mereka takuti nyatanya sudah tiba dan kini berjalan mendekati taman belakang ini di ikuti oleh beberapa orang bodyguard. Matanya yang tajam menghunus mereka dan juga aura menyeramkan menguar dari tubuhnya hingga tubuh mereka bergetar kecil, Xavier. Pelayan baru mendapatkan kabar beberapa saat yang lalu bahwa Xavier akan berkunjung ke sini untuk anaknya dan kini telah tiba.

Pria dewasa itu masih menggunakan setelan kemeja hitam yang lengannya digulung hingga siku dan juga celana bahan hitam. Dia berjalan menghampiri Laviola dengan membawa selimut kesayangan Laviola yang sengaja dia bawa dari mansion. "Pelayan sialan, membiarkan anakku kedinginan," rutuk Xavier dalam hati, setidaknya apabila mereka tidak berhasil mengajak anaknya masuk pastikan Laviola tidak kedinginan.

Raut wajah Xavier tak berekspresi hingga mampu menutupi raut khawatirnya. Bodyguard yang tadi mengikuti dirinya diperintahkan untuk berjaga di sekitar saja karena dia membutuhkan waktu berdua bersama Laviola.

Melamun dapat mengalihkan perhatian Laviola hingga dirinya tidak menyadari ada yang datang menghampiri meskipun kini jarak di antara mereka kian menipis. Namun, ketika Xavier menyelimutinya Laviola menoleh untuk melihat siapa yang melakukannya tanpa menduga bahwa Papinya yang melakukan hal tersebut. Raut wajah Laviola seketika berubah sendu, dia terharu akan kehadiran Xavier di sini.

"Hallo Sweetheart!"

Sapaan Xavier yang penuh kelembutan menjadikan hati Laviola sedikit terobati. Dan ketika Papinya itu merentangkan kedua tangannya, Laviola langsung berdiri dan menenggelamkan wajahnya di dada milik Xavier dengan tangan yang memeluk erat tubuh besar itu. Mau pergi sejauh apa pun dirinya untuk menenangkan diri, tetapi ternyata pelukan Xavier lah yang kini dia butuhkan. Kegundahan itu perlahan hilang dari hatinya.

"Papi is here for you, Sweetheart."

Xavier terus saja membisikkan kata-kata yang menenangkan dan juga mengusap punggung Laviola. Sakit rasanya ketika mendapati anak yang disayanginya menangis tersedu-sedu di dekapannya.

Syukurnya tangisan Laviola telah berhenti beberapa saat yang lalu, tetapi dia tak kunjung melepaskan pelukannya. Xavier yang tidak ingin Laviola sakit karena kedinginan apalagi sekarang kulit Laviola sudah memerah, akhirnya dia menggendong Laviola seperti koala dengan kaki Laviola yang melingkar di pinggangnya untuk dibawa masuk ke dalam villa. Pelayan yang menjaga Laviola langsung mengikuti di belakang Xavier dalam diam takut Tuannya membutuhkan bantuan mereka.

Revealing the HiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang