Hadiah Ulang Tahun

5 1 0
                                    


Di atas dermaga, di antara kapal yang bersandar berdiri seorang gadis bernama Tasya.

Tasya merupakan seorang anak piatu, ibunya meninggal akibat gagal jantung yang dideritanya cukup lama. Kini ia hanya hidup bersama sang ayah yang selalu pulang sebulan sekali akibat pekerjaannya sebagai pelaut.

Hari ini merupakan hari yang sangat dinantikan oleh gadis bernama Tasya. Tepat hari ini gadis itu genap berusia 17 tahun, dan kabarnya sang ayah yang kini sedang berlayar akan pulang esok pagi. Untuk menyambut kepulangan sang ayah, gadis itu berniat untuk memasak makanan kesukaan ayahnya. Mulai dari olahan ikan juga kerang, tak lupa dengan sayuran yang wajib ada dalam daftar menu setiap harinya.

Untungnya Tasya tak pernah keberatan dengan pekerjaan sang ayah yang mengharuskan pria itu jarang berada di rumah. Tasya paham bagaimana sulitnya mencari pekerjaan, apalagi ayahnya hanya lulusan sekolah dasar membuatnya sangat minim untuk mendapat pekerjaan yang cukup layak di ibu kota sana.

Mengingat sang ayah membuatnya teringat akan pertanyaan ayahnya sebelum beliau pergi berlayar. sang ayah berkata pada Tasya "Tahun ini kamu minta hadiah sama Tuhan?", setelah endengar pertanyaan sang ayah gadis itu tersenyum sebelum akhirnya menjawab "Aku harap ayah pulang dengan selamat" ucapnya seraya tersenyum lembut.

"Semoga Tuhan mengabukan harapanmu itu ya" ucap sang ayah sebelum akhirnya mengecup lembut kening Tasya.

-

Jam menunjukkan pukul lima sore, langit yang awalnya cerah kini di penuhi gumpalan awal tebal berwarna hitam pekat. Dengan hati gelisah ia menyalakan televisi berharap mendapatkan informasi tentang keadaan cuaca hari ini.

Hatinya benar-benar kalut saat mendengar kabar bahwa malam ini akan terjadi badai yang cukup besar. Kini rasa takut menyelimuti dirinya, dia terus berdoa agar sang ayah diberi keselamatan.

Esok harinya, pagi pagi sekali Tasya sudah berada di atas dermaga. Bersiap menyambut kepulangan sang ayah dan berharap sang ayah dapat selamat dari amukan laut semalam.

Setengah jam berlalu tak ada tanda tanda kapal yang datang, beberapa orang juga telah berkumpul untuk menyambut kepulangan anggota keluarganya masing-masing. Tepat pukul delapan beberapa kapal terlihat mendekat. Beberapa orang di dalam kapal juga terlihat melambaikan tangan, memberi tahu bahwa mereka baik baik saja.

Kini kapal-kapal itu sudah sampai dermaga, satu persatu kapal terparkir namun tak ada satupun kapal milik ayahnya bertengger disana. Gadis itu mulai gelisah, dia terus mencari kapal milik ayahnya diantara kapal yang baru saja datang, tapi hasilnya nihil. Kapal sang ayah tak ia lihat sama sekali.

Dadanya mulai sesak, air mata yang sedari tadi tergenang kini turun begitu saja membasahi kedua pipinya yang sedikit memerah. "Kakek dimana kapal ayahku, mengapa tidak ada" ucapnya kepada seorang kakek tua yang baru saja turun dari kapal. Dia adalah Kakek Darmi, salah satu tetangga yang dekat dengan keluarga Tasya.

Tasya terus terisak seraya mengguncang tubuh Kakek Darmi cukup kuat, namun sayang sang kakek tak mengeluarkan sepatah kata pun. "Kakek kenapa diam saja?! Jawab pertanyaanku!" teriak Tasya hingga akhirnya dia menyerah. Keduanya terdiam. Tasya lelah.

"Maaf tapi sepertinya ayahmu tak selamat dalam badai semalam, karena setelah badai itu hilang kakek melihat bongkahan kapal yang sudah tak berbentuk lagi seperti sudah tergulung ombak berkali kali"

"Kakek bercanda kan?! Gak mungkin! Ayah pasti selamat! Gak mungkin ayah pergi ninggalin Tasya. Gak mungkin!" Ucap gadis itu semakin histeris.

Seminggu berlalu, sejak saat itu setiap paginya Tasya selalu diam di dermaga. Berharap sang ayah pulang dan bisa memeluknya erat.

The End.

Labirin HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang