Pagi itu, saat pertama kali aku melihatmu. Melihat keberadaan gadis cantik yang berhasil menarik perhatianku. Dengan anggun kau berdiri di atas dermaga, memandang langit biru yang menjadi incaranku kala itu. Gadis biru, itulah nama yang ku berikan untukmu.
Dalam hati ingin sekali aku menghampirimu, menyapamu, dan sedikit berbincang denganmu. Namun sayang, waktu tidak memihak padaku kala itu. Jadi, sebagai gantinya diam-diam aku memotretmu dan berharap kita dapat bertemu di lain waktu.
Keesokan harinya, diwaktu yang sama aku pergi ke tempat itu, tempat dimana kau berpijak kemarin waktu. Berharap bisa bertemu denganmu dan mengenalmu lebih jauh. Namun, sayanganya bukan kau yang ku temui, melainkan seorang gadis kecil yang mirip denganmu.
Aku pun mulai bertanya padanya dengan menunjukkan salah satu fotomu yang kuambil beberapa waktu lalu. "Apa kau mengenalnya?" sekilas ia mentapku, lalu menjawab "Itu kakakku". Aku tak terlalu terkejut dengan kenyataan yang ada karena paras kalian hampir serupa. Tapi saat aku menanyakan keberadaanmu gadis kecil itu menjawab "Tuhan telah mengambilnya". Detik itu juga aku hampir kehilangan akalku. Aku tak marah, hanya saja aku kecewa... pada diriku yang tak berguna.
Gadis Biru, aku tak akan pernah melupakan itu.
The End.
note:
Terdapat dalam buku antologi cermin (cerita mini) berjudul "Teduh"
-
Judul "Gadis biru" ini terinspirasi dari kata 'Blue Hour' yaitu waktu langit berwarna biru. Waktu disaat mereka pertama kali bertemu sebelum matahari terbit. Biru juga dapat menggambarkan perasaan melankolis atau sedih yang dirasakan oleh tokoh pria.
Sebenarnya aku buat cerita ini dalam beberapa versi yang mungkin agak sedikit panjang juga (mengingat ini hanya cerita mini yang man lebih pendek dari cerpen). Kalau kalian mau aku bakal up di update-an yang akan datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Labirin Hati
Short Storykumpulan prosa yang menceritakan tentang komplikasi cinta yang tak biasa dan sudut pandang yang berbeda. . . [!!! Plagiat Dilarang Mendekat !!!]