Kala itu kutemukan sayapku yang berharga, yang membawaku kepada takdir yang hebat. Kala itu aku tak takut akan tersesat, karena aku yakin sayapku pasti akan menuntunku kepada garis hidup yang tersurat.
Saking senangnya aku sampai lupa bahwa sayapku bisa saja menghilang. Dan benar saja, perlahan sayap itu menghilang, menelantarkanku diantara awan awan yang kelam. Seketika aku takut, aku tak tahu harus kemana dan bagaiman. Sayapku hilang! Penuntun arahku hilang!
Seketika setumpuk pertanyaan memenuhi pikiran. Kemana kau pergi? Apakah kau akan kembali? Aku ingin tahuh itu. Karena jika tidak, bisakah kau membawaku pergi? Bisakah kau membuatku mengilang dari tempat ini?
Asal bersamamu, aku tak apa. Karena tanpanmu aku tak tahu harus berbuat apa.
Sayap yang kukira nyata, ternyata hanya ilusi semata. Sayap yang kupikir abadi, ternyata lenyap seketika.
Di antara awan aku menggantung, untuk naik aku tak sanggup, turun pun aku takut. Di saat itu semua tampak menipu.
Aku tersesat di antara dua pilihan yang menghantarkanku kepada garis hidup yang tersirat. Biru yang menyelimuti kalbu. Pikiran yang terjebak dalam labirin sendu. Dilema membawaku menuju hidup yang kelabu.
Sayapku, bisakah kau menuntunku lagi seperti dulu? Tolong aku...
The End
Cerita ini aku ambil dari salah satu puisi saya yang berjudul "Dilema".
"Dilema" ini menjadi puisi pertama ku yang di publish dalam buku antologi berjudul "Saturasi" pada tahun 2019. Dan di awal tahun ini aku berpikir bahwa dibuat dalam bentuk prosa pun tak terlalu buruk. Jadilah aku menulis prosa ini di pagi buta:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Labirin Hati
Short Storykumpulan prosa yang menceritakan tentang komplikasi cinta yang tak biasa dan sudut pandang yang berbeda. . . [!!! Plagiat Dilarang Mendekat !!!]