Bittersweet

4 1 0
                                    

Di kamar yang hanya menyisakan cahaya dari lilin beraroma woody  ini, pintu terbuka menampilkan ibu yang berjalan menghampiriku yang tengah bersandar di atas kasur seraya membawa kue ulang tahun dengan lilin yang sudah menyala. 

"Oh, udah masuk tanggal 14 Juli ya?"

Aku hanya bisa tersenyum menikamati perayaan ini. Sepanjang jalan ibu bernyanyi, sebagai bagian dari perayaan ulang tahunku. Senyumannya pun tak pernah luntur dari wajah catik itu.

Ya, gelpanya kamar tak menjadi penghalang bagiku untuk melihat senyum ibu. Karena api yang muncul dari lilin itu setia menerangi wajah ibu di tengah gelapnya kamar ini. Sampai pada akhirnya dia duduk di sisi kasur dan berkata, "Happy birthday Luna". Sebuah kalimat yang terucap dari bibir cantik milik ibu tepat di hari ulang tahunku.

Seketika rasa senang meluap dari dalam diri ... sampai rasanya air mata ini memberontak ingin di keluarkan. Ini bukan pertama kalinya ibu memberiku kejutan, dan ini bukan pertama kalinya bagiku untuk menerima kejutan dari ibu. Hal sederhana tapi selalu membuatku terkesan di setiap tahunnya.

"Make a wish dulu sebelum tiup lilinnya" Tanpa menunggu lama, ku genggam erat kedua tanganku dan mulai menutup mataku.  

Harapan ya... sudah lama aku tak berharap. Lagi pula... apa yang perlu aku harapkan. Tak ada lagi yang bisa aku harapkan dari 'aku' untuk diriku begitu pun dari 'aku' untuk dirimu. Karena dari harapan aku menerima banyak rasa sakit, dan aku tak ingin kau merasakannya juga. Kini yang aku percayai hanyalah do'a, do'a dariku untukmu dan do'a darimu untukku. Meskipun terkadang aku tak yakin Tuhan akan mengabulkan do'a-ku, tapi aku selalu yakin Tuhan sangat menyayangimu. Maka dari itu aku yang berdosa ini yakin do'anya pasti dikabulkan Tuhan karena itu untukmu dan karenamu.

Di hari ini... ah, bukan. Di setiap hari aku berdo'a agar Tuhan selalu memberimu kebahagiaan agar aku bisa melihat senyummu setiap hari. Do'a agar Tuhan selalu memberimu kesehatan agar bisa bahagia bersamaku setiap hari dan hidup dengan dikelilingi oleh orang-orang yang mencintaimu karena kau pantas untuk dicintai, dan... agar hidupmu selalu bahagia bahkan tanpa ada aku di sisimu. Sedangkan untukku ... aku hanya ingin berterimakasih kepada Tuhan karena telah mempertemukan aku dengan dirimu tepat di hari ini, tiga tahun yang lalu. 

Fakta bahwa perayaan ini dibuat bukan untuk merayakan keliharanku melainkan perayaan atas diriku yang resmi menjadi anak ibu tiga tahun yang lalu dan perayaan untukku yang terlahir kembali sebagai manusia seutuhnya. Manusia yang bisa memanusiakan orang lain dan dirinya sendiri. Itulah makna perayaan Hari ini.

Aku membuka mata setelah deretan do'a berhasil aku rapalkan, dan kudapati senyum ibu sebelum akhirnya lilin yang masih setia menyala diantara kami padam karena tiupan kami bersama.

Dengan hati-hati ibu menyimpan kue itu di atas nakas, setelahnya pandangannya kembali beralih kepadaku, mengelus kepalaku dan terakhir dia mencium keningku. "Terima kasih sudah lahir di dunia dan menerima saya menjadi ibumu. Terima kasih telah bersedia menemani ibu disini"

Seketika air mataku turun. Tangisku pecah di heningnya malam. Mendengar ucapannya membuat hatiku menghangat, bahkan di setiap kalimat yang ia ucapkan merupakan bentuk afeksi yang tak pernah bisa aku tolak. 

Kehadirannya berhasil melenyapkan egoku yang jahat, ego yang dulu membawaku pada kegelapan, dan yang lebih mengerikannya ialah... kematian.


The End

- Part of "Dikara Cinta" -

Labirin HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang