01. Tetangga

5.5K 413 27
                                    


          Pagi hari identik dengan siap siap untuk memulai segala aktifitas, entah itu aktifitas yang menguras tenaga, otak ataupun keduanya. Namun berbeda dengan lelaki yang kini mendengus dibawah selimutnya sembari menutup kepalanya dengan bantal berusaha menghalau suara yang musik yang menurutnya cukup mengganggu.

Well, pukul 7 pagi dengan selera musik yang konyol, pikir Jesse.

Untuk seukuran mahasiswa semester 4 yang mempunyai aktifitas yang cukup hectic, Jesse merasa cukup boleh untuk merasa marah dalam konteks ini.

Dia baru saja terlelap dipukul 4 pagi karena harus menyusun artikel untuk kebutuhan presentasinya di kelas, namun yang ia dapatkan adalah suara musik yang mengusik tidurnya di pukul 7 pagi?

“ITS SEVEN IN THE FUCKING MORNING!!!”  Jesse bangkit dan melempar selimutnya, ia menatap tembok kamarnya dengan nyalang dan mengutuk siapapun yang  berada di balik tembok itu.

Bersyukur Jesse bukan manusia yang berakal pendek, walau jika mau dia pasti sudah membolongi tembok kamarnya dan melempari kepala pemilik kamar yang berada tepat disamping kamarnya itu dengan tongkat baseboll milik ayahnya.

Namun karena Jesse tau hal itu tidak akan berujung baik, maka ia urungkan niatnya dan menelan pahit hal yang mungkin akan dialaminya setiap saat.

Posisinya kini tengah menyatap sarapan guna memenuhi kebutuhan nutrisi sebelum berperang dengan materi.

“ma, jesse boleh pindah kamar gak sih?” Sekali saja, Jesse akan mencoba menyelamatkan diri.

Sang ibu, Jane mengerjitkan dahinya. “why?”

“kamar sebelah berisik tau, tiap pagi nyetel musik. aku perlu peace!”

“oh ya? mami gak pernah dengar tuh?”

Jesse memutar bola matanya, ia kesal. “ya makanya tuker aja kamarnya biar mami yang dengerin musik tiap pagi”

“loh? gak bisa dong. kan kamu sendiri yang pengen kamarnya dilantai dua, jauh dari jangkauan mami dan ayah”

Untuk hal itu Jesse punya alasan sendiri. Jesse diketahui adalah anak tunggal dari Ayahnya Geraldino Nagara dan Ibunya Ruby Jane. Dan kedua orang tuanya masih memperlakukannya seperti bayi, walau kini dirinya sudah menginjak usia 21 tahun. Maka dari itu ia harus sedikit menjauh, setidaknya kedua orang tuanya itu sadar akan privacynya sebagai anak yang berumur 21 tahun.

Jesse menghela nafasnya sembari menyuap potongan pancake terakhirnya, kini ia sedikit menyesali keputusannya yang satu itu.

“oh iya mami lupa, you haven't greet our neighbour right? mami sama ayah semalam udah ketemu. I think anak mereka seumuran kamu, mmm maybe little bit older than you.”

“our neighbour which mean orang yang tinggal disebelah?”

“of course, sayang”

“a he?”

Jane memanggut. Sementara Jesse kembali menghela nafasnya.

“well, aku bisa tebak muka dia nyebelin” ungkap Jesse.

“nauurr, he is fine. totally fine. mami malah mikirnya kamu bakal naksir”

“atas dasar apa mami berasumsi gitu?”

“dia ganteng, sayang. a hundred percent guarantee”

“no with bad music taste, terlebih nyetelnya selalu kepagian”

Jane terkekeh, “ayo mami kenalin”


 

          “Farizal, panggil aja Ical”

NEIGHBOUR [IKSANS]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang