—Freaky
why don't u tell me?|
|morning bro
don't bro me|
|okay cutie pie
|whats wrong?mas flight ke singapure|
hari ini?||lho?
|aku belum bilang?lusa aku sidang|
dan mas gak ngomong apapun|
tentang singapure|sayang..
ok.|
—
Tidak pernah ada hari yang damai semenjak Jesse memulai tugas akhirnya lima bulan yang lalu. Ical berada di posisinya yang serba salah.Pada dasarnya, Jesse itu galak. Enggan bersikap manis, walau bagi Ical he's the sweetest. One and only.
Pret.
Hubungan mereka berjalan begitu saja, sedikit bumbu perkelahian yang selalu berakhir dengan isakan dari si manis yang sejatinya takut mas Icalnya itu benar benar pergi darinya.
Omong kosong, Ical bukan tipe orang yang mengingkari janjinya dan pergi dengan hati yang tenang. Itu hanya akan membawanya pada mimpi buruk karena telah melukai hati seseorang.
#MasIcalsoftboi
Back to Jesse, anak yang sebenarnya moodyan parah, ngambekan dan cengeng. Itu aslinya, yang kalau di artiin pake kepala bucin Ical cuma manis manis dan manis.
Jesse kerap berlagak seperti pribadi yang serba bisa sendiri, si paling independen. Lebih ke gak mau bergantung sama orang lain karena gak suka hutang budi.
Udah pernah dijelasin, dan hadirnya Ical tentu saja menjadi faktor Jesse mengubah sikapnya yang satu itu.
Sebenarnya pernah kepikiran gak sih, orang yang independen tuh akan mulai bergantung ketika he found the right one. Kayak... ya Jesse ke Ical.
Tapi gak gak, fokus ke Jesse yang sekarang lagi ngadu ke maminya. Beneran ngadu nasib karena Ical sama sekali gak ngajak dia diskusi tentang jadwalnya ke singapure nanti siang.
“coba inget inget, kayaknya mas mu pernah ngajak ngobrol tapi kamunya gak denger”
Tuh, maminya aja kebanyakan berpihak ke calon menantunya itu.
Gimana Jesse gak banyak kesel.
“Jesse belum pikun! pasti mas Ical sengaja, kali aja mau batalin nikah abis aku wisudaan”
Jane sontak berdecak, an over-thinker indeed.
Anaknya itu selalu mengedepankan pikiran negatifnya hanya karena dia merasa dalam bahaya.
“jangan main main sama omongan lho! makanya sekarang ajak ngobrol mas Icalnya sana! kan bisa di omongin baik baik, nak. gak boleh mendahulukan emosi begitu. harusnya kamu yang paling tahu mas mu itu,”
“kalau Ical lagi sibuk dan sampai lupa ngasi tau kamu, thats okay. just try to think positive, and talk to him properly.”
Jesse berdecak. Ia mulai merasa bersalah namun sudah kepalang emosi dan menunjukan amarahnya.