bonchap +3 [ pregnancy ]

3.4K 260 44
                                    

a very short one.

Ical terbangun dari tidurnya.

Bukan bangun pagi. Ical sudah tertidur di sofa selama berjam jam sejak siang tadi.

Mau tau apa? Mereka sedang perang dingin. Ical dan penghuni rumah satunya lagi.

Ah.. soal itu, terjadi sedikit cekcok.

Ical bukannya mengalah, ia jengkel karena Jesse tidak setuju dengan keputusannya. Juga Jesse yang merasa Ical tidak menghargainya.

Baru saja Ical ingin beranjak, Jesse tiba tiba muncul dari kamar mereka. Berjalan gontai sembari menopang perut besarnya, ia terlihat mengusak mata dengan punggung tangannya, tanpa menyadari kehadiran Ical.

Atau mungkin sengaja?

Entahlah, yang jelas Ical menahan dirinya untuk tidak berdiri dan menyapa kesayangannya itu dengan hangat.

Sungguh, kalau Ical itu mana bisa marah lama lama.. ngomel pagi, siang juga sudah lupa. Tapi kini ia hanya bisa menghela nafasnya, dan mengikuti langkah suami manisnya itu dibelakangnya.

Ical membuka lemari pendingin dan mengambil satu botol minuman isotonik dari sana.

Matanya menatap gerak gerik Jesse yang sudah dipastikan sangat lambat karena terhalang perut besarnya.

Jesse tahu ada Ical bersamanya, tapi ia hanya melirik suaminya itu tanpa berniat menyapa atau apapun. Misinya kali ini adalah untuk tidak berbicara dengan Ical sampai ia dan kedua bayinya sudah tidak marah!

Hari sudah hampir petang, masalahnya Jesse lupa meminum susunya. Dan kalau Ical tahu, ia mungkin akan dapat omelan, lagi.

Jadi Jesse sengaja menyibukkan dirinya, menunggu suaminya itu untuk pergi terlebih dahulu dan selanjutnya ia akan membuat susu tanpa ketahuan.

        “mau makan?” suara Ical menghempas keheningan diantara keduanya.

Jesse menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

         “terus mau ngapain?”

         “gak ngapa ngapain! mas ngapain juga disini?”

Kening Ical mengerut mendapati nada bicara Jesse yang cukup tinggi.

        “kita udah sepakat kamu gak boleh masuk dapur kecuali sama aku. sekarang bilang, mau apa?” dengan sisa jengkelnya, Ical berbicara dengan ketus.

Dan Jesse yang masih enggan melihatnya.

        “mau masak..” cicit Jesse.

        “masak apa, mas yang masakin”

        “gak mau!”

Ical menghela nafasnya lantas melangkah pergi dan membiarkan Jesse melakukan apapun sesuai dengan kemauannya sendiri.

Jesse benar benar berfikir Ical akan pergi dan meninggalkannya sendiri di dapur. Tapi suaminya itu malah kembali dengan ponsel ditangannya dan duduk di kursi meja makan yang terletak tidak jauh dari dapur.

Membuat Jesse kembali was was.

Mungkin ia harus benar benar pura pura memasak, lagipula Ical tidak memperhatikannya.

Ia menyalakan kompor setelah meletakkan wajan di atasnya. Walau Jesse tidak merasa lapar sedikitpun, ia hanya akan menggoreng telur agar Ical tidak mencurigainya.

Misi selanjutnya, ia harus mengambil kotak susu hamilnya di rak diatas. Dengan modal sedikit berjinjit, karena entah kenapa semua hal yang dilakukan saat hamil nampak sangat mustahil.

NEIGHBOUR [IKSANS]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang