# I c a l J e s s e(2)
—
Tau, tau rindu itu ada macam macam bentuknya. Macam badan yang tiba tiba tidak enak, kepengin bubur yang dulu setia menjadi santap pagi bersama orang yang meski sampai saat ini masih menemani.
Rindu kenangannya.. rindu wajah tersayangnya yang seringnya merenggut karena terpaksa bangun tapi masih tidak bisa menahan rasa laparnya kala mangkuk itu terhidang.
Ical minta pak Abid —yang dua bulan sudah menjadi supir pribadinya, untuk mampir sebentar.
“yang deket rumahnya ibu, kok”
Pak Abid mengangguk, “walah, tak pikir jauh, makanya bapak kangen.”
“ya enggak, kan walaupun deket gak pernah makan lagi, ibu juga jarang mau disambangi, lebih seneng nyari cucunya ke rumah” jawabnya sembari terkekeh.
“lho iya, saya baru sadar..”
Lantas, ia duduk kembali di bangku dengan meja yang masih sama. Hanya beberapa deret yang ditambahkan oleh pemilik.
Katanya, “mas Ical udah lama banget gak mampir ya? gimana pekerjaan, mas?”
“lancar lancar aja, kang.”
Lalu saat suaminya ikut terseret dalam percakapan singkat itu, ia tersenyum. Tentu tahu kenapa beberapa hal menjadi ikut serta dirindukan, karena itu milik mereka, masa yang tidak pernah ada duanya.
“Jesse dirumah, anak anak masih kecil. gak bisa ditinggal” ungkapnya. Bahkan tersenyum puas begitu ucapan selamat itu kembali didengar.
Ada sesuatu yang menggelitik, ketika ia merindukan hal hal kecil yang membuat hatinya senantiasa menghangat. Dan tidak lupa, ia memencet nama suami manisnya itu di ponselnya, mengarahkan kamera ke mangkok berisi bubur dengan porsi yang sama sejak dulu.