Part 6

395 77 25
                                    

Di sepanjang jalan singto hanya diam, ia memikirkan krist sekarang, ia tak mau krist membencinya, singto mengirim pesan kepada off dan meminta alamat rumah sakit tempat krist di rawat, besok ia akan mencari krist di ruangannya di rawat, berharap jika ia akan menemukan krist di sana.

Keesokan harinya, singto sudah bersiap sekarang, ia juga selalu melihat ke sudut ruangannya berharap bisa menemukan krist, namun krist benar-benar tak terlihat.

Singto keluar dari rumah dan menjalankan mobilnya membelah jalanan, rumah sakit tempat krist di rawat memang tak jauh dari rumahnya dan juga tak jauh dari tempat dirinya menabrak krist waktu itu.

Hanya membutuhkan waktu 30 menit singto tiba di sebuah rumah sakit besar, ia berjalan masuk ke sana dan mencari ruangan krist di rawat, setelah beberapa menit berkeliling mencari ruangan krist akhirnya singto menemukannya.

Singto mengetuk pintu sebelum masuk dan dia bertemu dengan nek ida di sana yang masih setia menunggu cucunya agar terbangun dari tidur panjangnya.

Terlihat tubuh lemah krist dengan banyak alat yang menempel di dadanya, suasana kamar tersebut seakan suram yang terdengar hanya suara monitor pendeteksi jantung krist.

"Nek" ucap singto, membuat nek ida tersadar dari lamunannya dan menatap ke arah singto.

"Kamu siapa?" Tanya nek ida.

"A-aku... A-aku... Aku cucu nek wati, apa nenek melupakan ku? Kita pernah bertemu di kampung kemarin, aku yang bersama off dan tay" ucap singto.

Ia tak mungkin mengatakan jika ia pelaku yang menabrak krist.

"Aku hanya ingin menjenguk krist" ucap singto lagi.

"Apa kalian saling mengenal sebelumnya? Setahu nenek kalian tak pernah bertemu"

"Y-ya... A-aku banyak mendengar cerita tentang krist dari off dan tay jadi aku ingin menjenguknya sekarang"

"Oh, silahkan..."

"Apa nenek sudah makan?"

"Belum"

"Sebaiknya nenek pergi makan dulu biar aku yang menjaga krist"

Nek ida hanya mengangguk dan beranjak.

"Ini...." Ucap singto sembari memberikan uang.

"Tak usah, nenek masih ada uang" ucap nek ida kemudian ia keluar dari sana.

Singto duduk di kursi samping ranjang krist dan memegang tangan pucat krist, ia menatap di kepala krist ada bekas jahitan, bibir krist juga sangat pucat, ia melihat tangan krist terdapat banyak lebam-lebam dan beberapa goresan luka.

"Maafkan aku krist" ucap singto sembari menangis, ia menggenggam tangan krist dengan erat, tubuh singto bergetar karena menangis, singto juga menatap ke sekeliling ruangan berharap menemukan krist, namun krist benar-benar tak terlihat.

"Aku merindukan mu, bukankah kita sudah berjanji akan bertemu di ruangan mu, dimana kamu sekarang" ucap singto.

Dari luar ruangan tepatnya di kaca pintu masuk ada krist yang melihat singto, ia menatap singto dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.

Hari-hari berlalu, singto hampir setiap hari menemui krist di rumah sakit berharap jika ia akan bertemu krist di sana, setiap pulang kuliah ia akan menyempatkan diri ke ruangan krist di rawat, hingga nek ida sudah kehabisan uang untuk membayar biaya rumah sakit dan pihak rumah sakit menyuruh untuk mencabut alat bantu krist bertahan hidup selama ini, singto menawarkan diri untuk membayar semua biaya, nek ida tentu saja bingung, mereka tak terlalu dekat sebelumnya tapi kenapa singto tiba-tiba ingin membayar biaya perawatan krist, namun karna di yakinkan oleh singto akhirnya nek ida menerima bantuan singto.

Oh My Ghost, My Love ✓Where stories live. Discover now