maam

96 8 2
                                    

Jimin merasakan nafasnya tertahan di pangkal tenggorokan ketika halus fabrik terasa menyentuh punggung telanjangnya.

Hembusan nafas hangat serta kecupan-kecupan dapat ia rasakan terseret menyusuri garis tengkuknya. Usapan ringan ia rasakan, menjalar dari perut hingga pinggangnya.

Sialan

Jimin mengumpat sebab terlena. Mengutuk dirinya sendiri sebab dengan bodohnya mengiyakan taruhan gila dengan Kang Seulgi saat welcome party freshman beberapa jam yang lalu.

"Seul—"

"No... bukan Seulgi. Sesuai dengan kesepakatan yang lo setujui tadi. No Seulgi if there is only the two of us." Seulgi berucap sembari melarikan jemari lentiknya menyusuri garis punggung pria dibawahnya.

Kembali mengecupi, menyeret hingga belakang telinga. Menghembuskan nafasnya disana. Tersenyum miring kala merasakan tubuh Jimin bergetar.

"Call me maam." Seulgi tertawa kecil, menjauhkan tubuhnya dari menindih punggung Jimin.

Menatap punggung yang mengkilap sebab peluh dan jejak salivanya.

"Anj—"

Jimin tercekat kala kelima jari mungil itu mengangkat kepalanya dengan cara menjambak rambutnya.

"No cursing, you such a brat. Do what I want and I'll make it quick"

Jimin tercekat dengan segala aura Kang Seulgi yang tiba - tiba terasa mencekiknya.

"Jimin? "

"Y–yes maam? "

Senyum manis terpatri di paras cantik itu. Melarikan jemarinya untuk mengusap pucuk kepala Jimin yang berada dibawahnya.







"Good boy... "




..

fem dom jaya jaya eheheh.

udah gitu aja, dadahhh

ThoughtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang