M (side)

997 109 13
                                    

Bruk!

Akh—






















Rintihannya terurung kala Jimin mendekatkan wajahnya. Memiringkan kepalanya tepat di hadapannya.

Menahan nafas seketika menatap sepasang netra tunangannya yang menajam. Sarat akan amarah di dalamnya.

Seulgi tak mau kalah, memutar bola matanya—walaupun ia sangat takut ketika melakukannya.

Dan benar saja, Jimin semakin jengkel. Menyentak dagu wanita cantik dalam kungkungannya. Membuat telinganya dapat mendengar rintihan kecil.

"Jangan main-main denganku, sayang"

Mencoba menetralkan ketakutannya. Seulgi menghempas jemari Jimin pada dagunya. Berdecak sesaat.

"Apa maksudmu? Aku bahkan baru pulang dari Jepang dan kau tiba-tiba menarikku tanpa alasan yang jelas"

Tangannya kembali tak bisa diam. Tangan kirinya merambat naik, meraba pinggang wanitanya. Memberi pijatan lembut disana. Sedangkan tangan kanannnya membelai lembut pipi wanitanya tepat pada bekas luka kecil sayatan yang terlihat baru.

"Membawa bocah gila itu pulang, apa yang apa maksudmu, hm?"

"Lihat, dia melukaimu"

Mendesis lirih seraya mempertahankan tatapan nyalangnya pada pria di hadapannya. "Kauh,  bahkan mem–membawa penjilat it–u pu–pulang dengan dalih m–merawatnya!"

Terbata kala mengucapkannya. Seulgi benar benar menyumpahi Park Jimin dalam benaknya yang kini tengah sibuk menciumi cuping telinganya. Menghantarkan hangat nafasnya. Dan suara rendah sedikit serak pria itu.

Inginnya benar-benar mengutuk berharap pria ini bisu saat ini juga.

Kakinya terasa lemas. Tak kuasa untuk tetap berdiri. Namun apa daya, Jimin menahan pinggangnya.

"Aku memang merawatnya, love. Dia tanggung jawabku" berujar sembari menyeret bibirnya pada garis rahang wanitanya.

"Kalau be–begitu, aku j–juga merawatnya!"

Jemari Park tak dapat diam. Merambat naik, melepas tiga kancing teratas kemeja tipis yang Seulgi kenakan. Menyibaknya, menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher wanitanya.

Mencium dan menjilatinya lembut. Menghantarkan listrik dengan voltase rendah. Tak elak telinganya mendengar lenguhan tertahan berasal dari belahan jiwanya.

Menulikan telinganya dan memilih fokus pada wanitanya dulu. Dua bulan terpisah membuat dirinya merindukan Kang Seulginya, wanitanya.

Merindukan suaranya yang menjerit dibawahnya. Memeluk lehernya, menjambak helai terawatnya. Dan ranum ceri bak morfin baginya, candunya.

Biarlah malam ini terlewati dengan Seulgi yang berada dalam naungannya. Pasrah dalam kungkungannya.

Persetan dengan dua orang asing yang kini tengah berseteru di ruang tamu kediaman mewah Park Jimin.








Satu dengan raut dinginnya, dan yang satunya dengan sepasang netra merah menyalanya.

—M—

Coming soon project after Cover Up

ThoughtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang