adek stm

342 45 18
                                    


"Kaki lo udah nggak papa?"

Seulgi mengalihkan pandangan ke arah Seungwan. Mengangguk santai sembari memijat pelan pergelangan kakinya yang kesleo.

Mengedar pandangan, kondisi sama sekali gak kondusif. Sesak penuh dengan mahasiswa di mana mana.

Warna almamater bercampur padu, tak peduli keluar dari barisan universitasnya. Yang tak kenal jadi kenal. Membaur untuk menyuarakan aspirasi.

"Gak usah lanjut ya Seul, lo pulang aja gue gojek in"

Seungwan menatap khawatir temannya. Seulgi yang sebelumnya kesleo sebab terdorong.

Gelengan Seungwan dapat dari Seulgi. "Bebal deh"

Seulgi bangkit dari duduknya dibantu Seungwan. Melangkah kembali kedalam barisan Universitasnya. Menyuarakan segala bentuk protes.

Mulai pagi hingga sekarang pukul 2 siang. Dan hasil yang didapat nol besar selain siraman air sebab katanya merusuh.

Rambut yang sebelum terkuncir rapi, kini sudah terurai lepek, bau asap dan benar siap buat di cuci. Wajah yang sebelumnya terias natural, kini kusam dengan olesan pasta gigi di bawah kelopak.

Almamaternya pun kusam, dengan lembab tak nyaman sebab guyuran air sebelumnya.

Menghela nafas, lelah sebenarnya sebab tak didengar. Kekerasan juga didapat, gas air mata ditembakkan. Mencoba menahan perih di mata hanya demi perjuangan.

"Woi!!"

Riuh teriakan mengalihkan beberapa perhatian mahasiswa. Berbalik dan mendapati puluhan pelajar yang masih berseragam putih abu-abu berlarian.

Seulgi tercengang. Bahkan pelajar juga ikut?

Tak mendengar teriakan Seungwan untuk menepi, Seulgi tersenggol salah satu pelajar STM yang berlarian.

Menutup mata, bersiap menerima rasa sakit sebab terhempas.

Namun yang dirasa adalah sepasang lengan memegang kedua bahunya dari belakang.

"WOY TOLONG KONDUSIF DONG!"

Terhenyak, membuka matanya dan berbalik. Mendapati pelajar stm dengan flannel biru yang melapisi seragamnya dan snapback yang dipakai terbalik.

"Mbak gak papa?"

Seulgi hanya mengangguk.

Pelajar tersebut melepas flannelnya. Memakaikannya pada bahu Seulgi. Senyum bulan sabit ditujukan untuk Seulgi yang kini terpaku.

"Almetnya basah mbak, nanti masuk angin lho"

Merogoh tasnya yang nampak ringan. Mengulurkan sebuah masker pada Seulgi.

"Sekalian ini maskernya buat mbak, hehe"

Seulgi menerima dengan ragu. "Kamu?"

"Saya Jimin hehe"

Seulgi berdecak, "Maksudku, kamu gimana?"

Jimin tertawa kecil, "Saya udah kebal, hehe. Duluan ya mbak"


.
.
.


.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Bikin ginian bermasalah gak ya nantinya?

ThoughtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang