Bruk!
Helaan nafas panjang ia luncurkan setelah dengan tak sengaja dirinya menjatuhkan tubuh jangkung seorang pria.
Bodohnya dirinya.
Dari awal kenapa tak menanyakan dimana pria ini tinggal dan malah menggeretnya tak tentu arah, yang manakala membuang-buang tenaganya.
Bayangkan saja, tingginya tak lebih dari 5,3 kaki. Dan pria ini, mungkin jika dirinya bersanding hanya akan mencapai bahunya saja.
Ayolah lupakan perdebatan tentang tinggi badan, Joo. Pria ini seakan-akan tengah tertidur di jalanan.
Joohyun kembali berjongkok, menepuk perlahan pipi pria tersebut dan-
Astaga, rahangnya tegas sekali...
Kembali ke konteks Joo!
"Tuan... Hei, kau bisa mendengarku?"
Hanya geraman rendah yang dapat Joohyun tangkap. Kerutan dahi menandakan jika pria ini hanya dapat meraih setengah kesadarannya-menurut Joohyun tentunya.
"Tuan, bisa kau katakan dimana kau tinggal? Aku akan memesankan taxi untukmu"
Bingo! Kenapa tak daritadi?
Haha, rasa-rasanya saat pulang nanti ia akan menenggelamkan kepalanya dalam air sabun agar bersih dari kotoran hidupnya yang entah malah membuatnya semakin bodoh saja.
"Ti..tidak perlu, sudah dekat dar..i sini"
"Dimana?"
Mendengus gusar, sepertinya ia harus memapah pria ini lagi. Dan dilain sisi ia benar-benar gemas dengan ponselnya yang terus bergetar.
"Di be..lokan ujung itu.."
Joohyun menatap arah yang ditunjukkan pria ini.
Tak terlalu jauh, hanya sekitar 10 meter dari tempatnya berjongkok saat ini.
Baiklah.
Joohyun kembali memapah pria tersebut. Melangkahkan sepasang tungkainya yang terbalut heels 5 cm.
Ya, tumitnya mungkin lecet nantinya. Apa semua pria tampan itu merepotkan?
Tinggal, 2 meter menuju sudut jalan. Dan entah, rasanya angin hanya bertiup pada tengkuk belakangnya saja.
Tak mau peduli, yang penting ia harus cepat.
Joohyun berbelok. Ia terdiam di tempatnya berdiri.
Termenung menatap sesuatu didepannya.
Rasa takut melandanya seketika. Yang onyxnya tangkap adalah, lorong panjang yang sangat gelap.
Seperti ilusi.
Hening melandanya. Tak ada suara apapun. Bahkan sayup hembusan angin sekalipun. Dunia seakan mati dan menelan seluruh bahananya.
Dan ia tak merasakan berat melingkari bahunya lagi.
Pria itu?
Sepasang lengan merengkuhnya dari belakang.
Lehernya terasa kaku, tak sanggup untuk menengok siapa yang memeluknya. Sepasang onyxnya hanya dapat terpaku pada lorong didepannya yang seakan-akan tak berujung.
"Kau, manis sekali. Diluar pemikiran awalku ketika Seulgi memberitahu tentangmu"
Seulgi?
Bibir dingin mengecup rahangnya yang mengeras; ia merapatkan giginya karena terlalu takut.
"Se..Seulgi?"
Terdengar geraman rendah.
Dan akan kuluruskan, wanita dewasa tersebut hanya mendengar suara pria ini. Dunia di sekelilingnya tetap kehilangan suaranya.
Apa yang terjadi? Joohyun tak memikirkannya.
Karena sumpah mati, dirinya lebih memikirkan ketakutannya dan Seulgi.
Ada apa dengan siswi itu?
"Kau selalu mengusiknya manis, biarkan dia bergerak bebas"
Tubuhnya meremang ketika pelukan pria ini turun. Berganti memegang pinggannya. Memberikan afeksi berupa pijatan lembut yang sumpah membuat lututnya melemas seketika.
Jemari besar pria tersebut meraih dagu kecilnya. Menghadapkannya, memaksa dirinya untuk menangkap rupa menawan pria yang kini merengkuhnya.
Menatap sepasang mata merah berkilat bak bola kaca.
Menatap kurva tak seimbang yang,
Membuatnya semakin terlihat panas.
Joohyun menelan ludah gusar.
"Kau selalu mempertanyakan dimana wali Kang Seulgi kan?
-dan akulah walinya. Kim Taehyung"
-Cover Up side story-
-------------------
Who miss this (Cover Up) book?
Aku minta maaf, karena buat cover up aku belum nyetok.Dan aku kehilangan idenya begitu aja, stuck di 540 kata di chap 19. So, aku tahan dulu sampe aku dapat ide. Gatau kapan, sorry....
KAMU SEDANG MEMBACA
Thought
Short Storyhanya berisikan serpihan spoiler dan ide yang dibuang sayang ©2018 kalliopus