Seulgi bersikeras. Keras kepala dan sama sekali tak mau menerima dan menyetujui permintaan kedua orang tuanya.
"Sayang, hanya dua minggu. Setelah itu kamu titipin ke Kim Ajumma. Kamu juga lagi libur sekolah kan?"
"Nggak!"
Hei gila saja.
Ditinggal sendirian perjalanan bisnis, lagi? Ok Seulgi bisa atasi.
Tapi ini.
Libur semester, bersamaan dengan kedua orang tuanya berangkat perjalanan bisnis. Dan ia disuruh mengasuh bayi umur 18 bulan?
Seulgi masih remaja abg, ia masih menangis keras saat merasakan nyeri haid bulanannya.
Dan ini?
Mengurus diri sendiri saja ia kewalahan. Apalagi...
Ini bayi loh. Bayi.
"Ma, Seulgi masih 17 tahun. Seulgi ngurus diri sendiri aja masih kewalahan. Ini bayi loh ma, bayi"
"Cuma sebentar sayang. Lagian Jimin gak rewel kok"
Jesus...
Baby still baby.
Iblis kecil yang apa - apa selalu nangis. Penuh liur dan bulatan lemak. Pipis dan poop dalam kurun waktu tak terduga yang membuat Seulgi bergidik.
Astaga... Resiko anak tunggal yang tak pernah tau bagaimana melihat bayi.
"Big no mam. Ngertiin Seulg-"
Brrm..
"Ah itu udah dateng. Sebentar saja sayang"
"Tuhan, ini lagian kenapa sih pake barengan perjalanan bisnisnya" gerutu Seulgi.
Seulgi menengadahkan kepalanya. Memikirkan betapa mengerikannya 2 minggu bagai 2 tahun yang akan ia rasakan kedepannya.
Ia tak peduli dengan suara riuh ibunya tentang bayi dari keluarga Park yang katanya sangat menggemaskan.
Baginya semua bayi sama saja. Iblis kecil penuh liur.
"Seul, ini Jimmynya"
Seulgi beranjak dari duduknya. Melangkah malas kearah ibunya yang kini tengah menggendong bayi yang katanya bernama Park Jimin.
Ah Jimin, Juamin, atau Paimin, Seulgi tak peduli siapapun namanya.
Ia menatap datar bayi dengan pipi gembil dan bibir yang terlihat menonjol. Ya, bagian yang jadi fokus Seulgi untuk pertama kalinya kala hazelnya menatap bayi ini.
"Manis kan Seul?"
Biasa aja.
"Iya"
"Coba kamu cium"
Hah?!
Ingin Seulgi menolak, sayangnya ada ibu dari bayi ini yang saat ini berdiri di samping ibunya. Ya Seulgi merasa tak enak hati.
Seulgi merunduk, mendekatkan wajahnya kearah pipi gembil baby Jimin.
Namun kedua tangan mungil itu tiba - tiba memegang kedua pipinya dan merematnya. Dan yang tak terduga.
Sepasang labium merah plum mungil itu mencium pucuk hidung Seulgi.
Terkejut, Seulgi menjauhkan wajahnya. Yang disambut tawa riang si kecil.
Dan entah, Seulgi ikut tertawa pula.
Ah mungkin hanya Jimin bayi yang manis.
-Baby Park-
big baby park uwuwuwu
KAMU SEDANG MEMBACA
Thought
Short Storyhanya berisikan serpihan spoiler dan ide yang dibuang sayang ©2018 kalliopus