Seluruh murid sudah tau. Sudah terlalu awam mengenai fakta jika;
Samara Kang, si ketus dari asrama Ravenclaw dan Christian Park, si casanova dari asrama Slytherin yang tak pernah akur.
Hawa perang benar-benar sangat terasa saat mereka berdekatan.
Umpatan-umpatan selalu Sam utarakan ketika si prefek Slytherin itu dengan sengaja melecehkan dirinya secara verbal. Dirinya hanya bisa berharap tahun-tahunnya di Hogwarts berjalan normal tanpa gangguan si ular hijau menjemukkan.
Pada dasarnya elang lebih perkasa daripada ular bukan. Bahkan bukankah ular termasuk dalam rantai makanan sebagai yang dimangsa.
Seharusnya begitu...
"Hei berhentilah menatapku seperti itu, kau menyakitiku, Sam" hingga di detik ini. Ketika si ular hijau mengukung tubuh Sam di lorong sebelum menuju asrama Ravenclaw.
"Menyingkirlah bodoh!"
Si ular mengernyit. Seakan merasa tersakiti dengan untaian kata kasar yang terlontar dari bibir tipis milik Sam.
Bibir tipis dengan kilap merah yang sumpah pasti rasanya manis dan sedikit ada selipan rasa dingin mengingat saat ini sudah mulai memasuki musim dingin. Bagai buah delima segar yang baru keluar dari freezer refrigerator.
Ingatkan si prefek ular ini jika dirinya memperhatikan belah bibir si elang cantik selama lebih dari 5 menit.
"Sialan Jim, kau mau seperti ini terus sampai kapan?" Tanpa sadar terselip nada merengek. Sebuah senyum sumringah jelas tersungging pada wajah tampan Christ setelah mendengar apa yang gadisnya ucapkan.
Tunggu, gadisnya?
"Wah, aku kangen waktu kau memanggilku dengan nama asliku lho, bukan nama baptisku"
Meletakkan dahinya pada bahu sempit gadisnya. Menghirup aroma segar lemon yang menguar dari syal bahkan jubah besar dengan aksen biru tersebut. Khas anak Ravenclaw.
Sedang si gadis hanya bersedekap. Walau tak ayal sunggingan senyum juga sedikit tersirat di wajahnya.
"Seul-ah, mau sampai kapan begini?"
Geming. Antara enggan menjawab dan tidak tahu.
Tangan yang mengungkung perlahan turun. Bertengger pada pinggang gadisnya. Memeluknya sarat akan kerinduan.
Berlebihan memang. Nyatanya tiap hari keduanya selalu bertemu walau dengan situasi yang berbeda.
Bahkan kini tangan yang bersedekap, perlahan merengkuh bahu lebar ular hijaunya.
"Wow, dan akan ada berita bagus di koran harian sekolah tentang Si Prefek Slytherin dan Samara Kang Berkencan. Lalu esoknya aku akan dapat terroran beruntun dari fans fanatikmu."
"Dan jangan salahkan aku. Kau sendiri yang memulai hubungan seperti ini dengan lancangnya melecehkanku di aula dengan mengatakan dadaku besar, sialan!—Itu pemicuku mengumpatimu tau!" Memerah sesaat setelah menyuarakan kekesalannya.
Hanya kekehan rendah yang dapat dirinya tangkap sebagai respon. Dan sialnya lagi;
Kenapa suara tawa rendahnya membuatnya meremang. Bahkan dirinya dibuat berjengit ketika dengan lancangnya, si prefek sialan ini mencium basah tengkuknya.
"Hentikan bodoh!" mengumpat dengan jarinya yang menarik ujung surai keabuan Park. Membuat si ular menjauhkan wajahnya, berganti menatap sepasang hazel memukau milik Samara.
"Kau cantik"
"Dari lahir" si prefek berdecak sebelum tertawa lirih. Hendak memajukan kepalanya dan meraup belah bibir mungil itu sebelum sebuah telunjuk lentik menahan bibirnya.
Ingin bertanya namun gadisnya dengan cepat menyela. "Ada yang akan lewat."
Menyingkirkan telunjuk pada bibirnya. Menurunkannya, berganti menautkan jemari keduanya. Kembali memajukan kepalanya, mengecup perlahan bibir mungil yang benar-benar seperti delima yang baru keluar dari refrigerator.
Cup
Melumat bergantian bibir atas gadisnya. Menikmati rasa manis di tiap sudut labium mungil tersebut. Seakan-akan tiap sudut bibir gadisnya mengeluarkan nektar manis yang begitu memabukkan dirinya.
Seulgi pun seakan melupakan ketakutan sebelumnya. Tentang dirinya yang mendengar langkah kaki.
Persetan dengan larangan berkencan seperti ini dan hubungan keduanya yang dianggap sangat tak akur. Toh Seulgi yakin jika Park—sialan—Jimin ini pasti menyuarakan Bedazzling Hex*.
Namun setelah apa yang ia dapat tangkap. Ingin rasanya Seulgi melayangkan tongkatnya dan menyuarakan Avada Kedavra*. Atau melempar si ular idiot satu ini ke Azkaban*.
"Itu kan Samara dan Christian, prefek dari Slytherin"
Mengakhiri lumatannya dengan membubuhkan kecupan ringan sebelum tersenyum miring dan mengucap dalam benak Disapparate*. Menjadikan Seulgi termenung selama seperkian detik setelah si prefek sialan menghilang dari hadapannya.
Baiklah, setelah ini ucapkan selamat tinggal pada kehidupan semi tenangnya di Hogwarts.
...
*Bedazzling Hex; Membuat seseorang menjadi tak terlihat ( transparan )
*Avada Kedavra; mantra kematian yang termasuk dalam kutukan tak termaafkan.
*Azkaban; penjara Kementerian Sihir yang diperuntukkan bagi pelaku-pelaku kejahatan di dunia sihir.
*Disapparate; salah satu mantra non verbal yang memungkinkan seseorang untuk menghilang dari suatu tempat dan muncul di tempat yang berlainan dalam waktu yang hampir bersamaan.
—————————Iya iya ini absurd.
Gatau kenapa lagi suka-sukanya
Fanfic tema hogwartsSayangnya langka nemu
yang castnya sesuai ಠ_ಠ
KAMU SEDANG MEMBACA
Thought
Nouvelleshanya berisikan serpihan spoiler dan ide yang dibuang sayang ©2018 kalliopus