"Legenda mengatakan...
Seorang anak gadis tertangkap mencium adik laki-lakinya sendiri. Dan itu menyebabkan kemarahan di antara penduduk desa kami.
Walaupun adiknya itu hanya sebatas adik angkat.
Dan apakah anda tahu, apa yang telah mereka lakukan pada anak gadis itu?
Mereka mengisolasinya, mengasingkan dirinya dari anak-anak yang lain. Membuangnya. Dia benar-benar sendirian.
Hanya ada ibunya yang pesakitan yang senantiasa berada di sisinya.
Ibunya sering membawanya ke laut dimana gadis itu bisa bermain. Lebih tepatnya 10 kilometer arah barat daya dari desa kami.
Dan lagi-lagi dirinya sendirian.
Mereka yang mendengarnya, mengatakan kesepian memenuhi hatinya bagai ombak dingin di laut lepas.
Dan mereka yang mendengarnya mengatakan jika suatu hari gadis itu merentangkan kedua tangannya ke laut.
Menenggelamkan dirinya, membawa raga dan kesedihannya larut dalam ombak ganas saat itu.
Dan mulai saat itu, desa kami tak pernah merasa tenang. Anak gadis itu sekarang menenggelamkan jiwa-jiwa muda yang hilang. Jiwa-jiwa yang tersesat dan sakit.
Dia memanipulasi mereka untuk melompat dari tebing, jatuh tepat ke laut dan mati tenggelam selaras dengan dirinya.
Membuat mereka menderita seperti apa yang gadis itu rasakan."
Sang pria dengan kacamata frame tipis yang menaungi hidung bagirnya mengernyit. Sedikit tak menganggap logis untaian penjelasan kolot gadis dihadapannya.
"Dan kalian terlihat seperti tak merisaukannya lagi" Presepsi sang detektif menghasilkan senyum kecut sang gadis.
"Penduduk desa kami telah menganggap hal ini seperti tumbal tahunan-"
"Dan aku hanya satu yang tak beruntung dari ratusan gadis 17 tahun di desa ini"
Pemuda tersebut melepas kacamatanya. Memijat sekilas batang hidungnya. Dirinya merasa pusing. Entah karena legenda tak masuk akal atau segalanya memang sudah gila.
Ketimbang seorang depresi yang dihantui bisikan bunuh diri, gadis di depannya ini lebih terlihat seperti seorang pengarang novel fiksi fantasi.
Ya dengan segala ucapan ngelanturnya.
"Dengar nona, aku ingin percaya, sayangnya-"
"Anda boleh tidak percaya tuan detektif. Tapi saya tegaskan lagi. Anda tak perlu repot menyelamatkan saya. Dia juga akan melakukan hal yang sama jika anda juga lemah sama seperti saya. Saya tak pernah mempercayai hal gila ini sebelumnya. Namun kenyataan dengungan menyesatkan itu menghapus jalan saya. Depresi saya semakin parah. Saya tersesat, saya sakit. Jadi anda tidak perlu membuang waktu untuk melanjutkan kasus ini jika di awal saja anda sudah beranggapan ini gila"
"Kepalang basah, tujuan anda benar. Namun yang bisa anda lakukan adalah mencegah korban selanjutnya. Bukan menghentikan saya. Saya tidak akan pernah tahu kapan pikiran saya kosong lagi. Jadi saya benar-benar memohon. Biarkan saya menjadi yang terakhir....
Detektif Kim"
---------
Ini yang kemarin, agak beda karena versi long oneshootnya juga aku beda. Jadi aku samain sama yang versi long os nya.
Long osnya coming soon. Liat kalian nerima fanfic ini atau nggak.
Kalau nggak tetep aku publish, muahahahaha.
Ok bay
KAMU SEDANG MEMBACA
Thought
Short Storyhanya berisikan serpihan spoiler dan ide yang dibuang sayang ©2018 kalliopus