Kang Seulgi itu tipikal pasangan yang sederhana. Dia mandiri dan dewasa. Pikirannya sangat lurus dan rasional. Umur terpaut cukup jauh membuatnya ragu jika Seulgi lebih muda darinya(karena sifatnya yang dewasa, bahkan terkadang melebihinya) Memandang dari segala aspek dan sudut pandang. Minim ego namun kadang sedikit judes.
Dan Park Jimin sebagai suami sudah sangat tahu mengenai perangai teman hidupnya ini.
Menjalin bahtera rumah tangga selama 2 tahun belakangan, menjadikan dirinya semakin memahami luar dalam istrinya.
Umur terpaut 6 tahun, tak menjadikan Seulgi kekanakan terhadapnya. Istri, namun dirinya serasa memiliki kakak perempuan. Walaupun Jimin sendiri sebenarnya memiliki kakak laki-laki.
Seulgi baru saja diwisuda. Setelah meraih gelar sarjana dari jurusan psikologis diumurnya yang baru menginjak angka 22. Dan sekarang dirinya berkata ingin lanjut kuliah. Tergoda pada saran dosen pembimbingnya untuk lanjut S2.
Sementara disini Jimin secara tersirat ingin sekali diperhatikan. Dalam artian yang sebenarnya, walau sedikit merembet ke satu hal,
Ehe.
Dua tahun sama sekali tak menyentuh lebih Seulgi. Komitmen mengatakan ingin memiliki momongan saat dirinya menyelesaikan studinya dan meraih karir yang diimpikannya.
Hoi, mau sampai kapan?
Seulgi memang mengurusnya, tapi batinnya capek. Terdudut dengan omongan mertua dan orang tuanya sendiri yang riweh nagih cucu.
Perantaranya masih tak ingin, yah produsennya bisa apa?
Dan hari ini Jimin terlampau lelah. Setelah meeting dengan klien dari Nagoya, dirinya menghempas badan diatas ranjangnya--
--dan Seulgi.
Tersenyum tipis setelah sebelumnya membaca pesan singkat dari istri kesayangannya.
🐻💞
Aku mau kerumah Seungwan, dia baru pulang dari rumah sakit.Seungwan sakit apa, sayang?
🐻💞
Lho, mas gak dikasih tau suaminya?
bukannya mas temen deketnya ya?
Udah, intinya aku pulangnya agak telat, aku udah bikinin sup. supnya dikulkas. Hangatin dulu di microwave biar nggak kembung.Luv ya mas~
Kembali mengulas senyum sembari menatap layar ponselnya. Menampilkan konversasi sederhana, namun nampak manis dimatanya.
Beranjak dari duduknya, meraih handuk. Melangkah gontai menuju kamar mandi. Ingin meluruhkan stressnya hari ini dengan guyuran air shower.
.
Bersandar santai pada headboard ranjangnya. Dengan jemari yang sibuk menotak atik ponsel. Memperhatikan email email penting yang dikirim dari perusahaannya.
Klek
Bunyi pintu terbuka sesaat mengalihkan atensinya, kembali menatap layar ponselnya.
"Udah pulang?"
Hanya deheman yang dapat Jimin tangkap sebagai jawaban.
"Mas udah makan?"
"Udah"
Mengangguk sembari melepas blazzernya. "Supnya dihangatin dulu kan?"
"Iya"
Jimin merasakan pergerakam di kasurnya. Menatap kearah Seulgi yang kini tengkurap di sebelahnya. Satu tangannya memeluk pinggangnya, sedangkan wajahnya mendusel ke pinggang sang suami.
"Mas wangi, baru mandi ya?"
"I-iya"
Aneh.
Kali ini Seulgi memiringkan tubuhnya, menghadap ke arah Jimin. Menyamankan posisi kepalanya untuk bersandar di dada bidang si suami.
"Mas pake parfum baru?"
"Nggak, mas sama sekali nggak pake parfum" tangannya terangkat, mengusak surai pirang gadisnya setelah sebelumnya meletakkan ponselnya di atas nakas.
"Tapi wangi, ehe"
Jimin terus terheran.
Seulgi itu mandiri dan dewasa. Seumur pernikahan kedunya, Seulgi tak pernah bermanja-manja padanya. Seulgi bertingkah layaknya istri, benar-benar istri yang mengayomi.
Namun tak pernah bermanja seperti ini. Paling tidak jika keduanya tengah bersama, yang ada Jimin sibuk dengan ponsel atau laptopnya. Seulgi dengan novel dan siaran drama televisinya. Namun tak mengurangi komunikasi keduanya.
Tapi kalau begini sih, Jimin kepalang senang. Beruangnya semakin menggemaskan.
Tapi terbesit sebuah pikiran,
"Ada yang ganggu kamu? Kamu lagi pingin sesuatu, hm?" tanya Jimin sembari membubuhkan kecupan ringan dipucuk kepala.
Hanya gerakan gelengan yang Jimin dapati sebagai jawaban.
"Maaf ya mas"
"Lho kok--"
"Iya, aku tau aku terlalu kaku ke mas. Aku tau kalau mas diteror terus tentang momongan. Aku cuma pingin bener bener bisa ngayomi mas. Jadi istri yang baik. Takutnya mas ngecap aku kekanakan,"
Jimin beranjak. Mau tak mau Seulgi ikut terduduk. Tangan sang adam meraih pipi tembam istrinya. Menatap sepasang monolid eye berkilau, yang membuatnya selauh terjatuh.
"Nggak pumpkin. Hey, malah mas seneng kalau kamu kayak gini" membubuhkan kecupan ringan di dahi.
"Aku juga terlalu membatasi mas secara gak langsung. Dasarnya mas sebagai suami aku pastinya punya hak penuh terhadap aku sendiri. Tanpa terkecuali, selurunya punya mas. Tugasku melayani kan?"
Jimin semakin dibuat bingung. Kenapa dengan istrinya?
Seulgi kembali mendusel kepada Jimin. Menumpukan kepalanya pada bahu suaminya. Menyesap aroma floral yang ia yakini berasal dari sabun cair miliknya. Ah, biarkan sekali saja suaminya memakai.
"Kok kamu gini? Mas jadi bingung"
"Aku dapet pencerahan"
Guratan kebingungan jelas tergambar di wajah rupawan Park Jimin. "Hah?"
"Setelah besuk Seungwan, aku jadi sadar dan pingin kayak Seungwan, hehe"
..
Tae
Oi Jim, istrinya bang Yoongi lahiran anak pertama. Lo gak mau njenguk?一一一一一一一一一
Cringe anjir...
KAMU SEDANG MEMBACA
Thought
Short Storyhanya berisikan serpihan spoiler dan ide yang dibuang sayang ©2018 kalliopus