The truth untold

799 83 4
                                    


Tidak semua hal bisa Mark ceritakan pada semua orang apalagi tentang kehamilannya yang makin buruk, sesuatu yang tidak Mark ceritakan adalah kondisinya yang tidak memungkinkan dirinya bisa melahirkan anaknya.

Bahkan Yuta juga tidak tau bahwa Mark sudah mengambil keputusan besar untuk anaknya.

"Kau tidak akan bisa bisa bertahan" ucap Kun serius pada Mark.

"M-maksudmu?"

"Tubuhmu terlalu lemah, tekanan darahmu juga sangat rendah, bahkan obat vitaminpun tidak akan menolongmu saat kau melahirkan"

"Aku bisa hyung, a-aku pasti bisa ini untuk anakku aku akan melakukan apa saja agar dia bisa lahir dengan sehat kedunia ini"

"Mark, sebelum semuanya terlambat kau harus berdiskusi dengan suami dan keluargamu karena menurut prediksiku, hanya salah satu dari kalian yang bisa diselamatkan"

Mark meremas kuat ujung baju yang ia kenakan, berusaha untuk tetap tenang setelah mendengar fakta ia selemah itu untuk bisa bertahan bersama anaknya nanti, Mark menghela nafasnya dan memejamkan matanya untuk melepaskan rasa stressnya.

"Aku akan lakukan yang terbaik hyung, aku hanya ingin bayiku baik-baik saja, sekarang yang terpenting adalah dirinya bukan aku" ucap Mark yakin dengan keputusannya.

Kun menatap Mark terharu, ia begitu kekeuh dengan keputusannya untuk melahirkan anak itu dengan normal dan tidak memikirkan dirinya sendiri, bergantung pada obat-obatan agar dirinya kuat sampai akhir, tapi pada akhirnya hanya salah satu dari mereka yang akan selamat.

"Aku sangat ingin kalian berdua bisa selamat Mark" ucap Kun kemudian memeluk Mark, Mark membalas pelukan Kun dan tersenyum tipis.

Sejak hari itu rasanya hari-hari yang Mark lewati terasa sangat berat, rasa sakit yang ia rasakan juga beberapa kali tidak bisa ia tolerir hingga membuatnya sangat drop dan harus dirawat dirumah sakit.

Semua orang terus mengatakan hal yang sama, yaitu itu adalah hal yang biasa dirasakan saat kandungan sudah besar dan sudah memasuki HPL, tapi tentu itu tidak sepenuhnya benar.

Mark menatap wajah Yuta yang sedang tidur disebelahnya, ini sudah dinihari tapi matanya masih sangat segar dan sedikitpun tidak ingin tidur, sesekali ia menghela nafasnya tanpa alasan dan kembali menatap wajah suaminya.

"Hyung? apa itu sopan jika aku memanggilmu hyung? apa aku hanya terus memanggilmu Yuta-san sampai anak kita lahir?"

"Apa kau tau, aku tidak sekuat yang kau dan Win-ge katakan, aku sangat lemah bahkan hanya untuk bisa melihat wajah anak kita saja rasanya sangat tidak mungkin, aku sangat sakit saat ini tapi aku harus tetap terlihat tenang dan baik-baik saja agar tidak ada yg sedih"

"Aku tidak ingin membuatmu sedih dan merasa bersalah atas kondisiku, aku bersyukur kau ada disampingku untuk menggenggam tanganku saat aku mulai merasa sakit, saat bayinya menendang terlalu kuat, saat aku merasa tidak enak badan, dan merasa terpukul dengan kondisiku"

"Aku bersyukur kau menerimaku sepenuhnya, aku bahagia saat anak-anak bisa menerima kehadiranku dengan tamgan terbuka, aku sangat berterimakasih pada Win-ge karena terus membantuku sejak aku masuk kerumah ini, aku mungkin tidak bisa merawat anak kita tapi aku sangat berharap kau dan yang lain bisa menjaganya dengan baik"

"Mommy dan daddy pasti akan merasa sangat terpukul jika nanti aku pergi bukan? apa Jeno akan menghajarmu karena kondisiku yang terus memburuk? apa Beomgyu akan mogok makan jika aku pergi? aku benar-benar ingin bertahan aku akan melakukan apapun agar bisa membesar anak kita bersama dan tidak membuat siapapun merasa bersalah, tapi aku bisa apa? aku begitu lemah hyung"

"Aku tidak punya keberanian besar untuk mengatakan ini secara langsung tapi aku sangat mencintaimu hyung, kau sudah menguasai hatiku sejak kau menerimaku disampingmu, aku sangat bahagia menjadi bagian yang kau cinta selama beberapa bulan ini, aku masih berharap untuk bisa bersamamu lebih lama lagi"

Mark kembali menghela nafasnya saat airmatanya yang terus menetes, ia memilih untuk memeluk Yuta untuk meredam tangisan, Yuta terbangun saat mendengar ada isakan kecil diindra pendengarnya, saat ia melihat ada Mark yang sedang menangis di pelukannya tentu membuatnya khawatir.

"Kenapa sayang? ada yang sakit? apa babynya nakal lagi? apa dia menendang lagi?"

Tapi Mark tidak menjawab, ia hanya menangis sesenggukan sambil sesekali menatap suaminya lalu kembali menangis, Yuta hanya dapat mengelus punggung Mark untuk menenangkannya sambil terus bertanya ada apa.

Yuta mengusap perut Mark dan merasakan bayinya menendang kecil, ia tersenyum setiap kali merasakan hal itu sudah lama ia bisa merasakan bayi yang menendang terakhir saat Doyoung mengandung anak bungsunya.

"Sayangnya papa, kau tidak boleh nakal didalam sana, mama akan sakit jika kau menendang terlalu kuat, apa kau ingin menjadi pemain bola? apa kau ingin menunjukkan kalau kau kuat hm? nanti jika kau besar akan papa masukkan ke klub sepakbola atau tinju oke"

Mendengar itu Mark tertawa pelan kemudia dia mengusap airmatanya.

"Bagaimana jika dia perempuan?"

"Perempuan ya? kita harus tanya ayahmu kalau begitu"

Mark tertawa mendengar penuturan Yuta yang terlihat tidak berpengalaman dalam mengasuh anak perempuan.

"Kau tau saat triplets lahir Renjun sempat dikira anak perempuan karena tubuhnya yang kecil dan wajahnya yang cantik" ucap Yuta sambil terkekeh.

"Saat pertama kali melihat Renjun aku juga sempat mengira dia anak perempuan" ucap Mark jujur.

"Saat Dejun mengenalkan Hendery sebagai kekasihnya Winwin adalah orang pertama yang mengintograsi anak itu, aku masih ingat Hendery sampai takut menjemput Dejun untuk berkencan karena Winwin"

"Eoh? aku fikir kau yang akan sangat posesif pada anak-anakmu"

Yuta terkekeh.

"Tidak separah Winwin, dia mungkin terlihat tenang dan sangat terbuka tapi dia adalah yang paling menyeramkan jika berhubungan dengan putra-putranya"

"Sungchan bilang dia menyukai Shotaro"

Yuta memandang Mark yang tiba-tiba mengatakan hal itu padanya.

"Sungguh? lalu bagaimana menurutmu?"

"Sungchan itu cukup polos, dia sangat aktif dan suka bercanda, dia juga sangat posesif dan sangat awas dalam menjaga apa yang ia sangat cintai, meskipun tidak semenyeramkan Jeno dia tetap sangat menakutkan"

"Jadi maksudmu Sungchan cocok untuk Shotaro?"

Mark mengangguk yakin, dia sangat yakin pada adiknya yang satu itu, jika Beomgyu saja bisa menjaga Taehyun dengan baik apalagi Sungchan yang memang cukup pemarah itu.

"Kalau begitu aku menginginkan Sungchan untuk mendekatinya, tapi untuk sekarang kau harus tidur ini sudah sangat larut sayang" ucap Yuta sambil menarik selimut untuk menutupi tubuh istrinya.

"Eum, apa aku boleh memanggilmu hyung?"

"Tentu saja boleh sayang, kau bisa memanggilku apapun sebisamu, lagi pula wajahku masih tampan untuk dipanggil hyung olehmu"

"Ishh percaya diri sekali"

Mereka berdua tertawa kemudian kembali berpelukan untuk tidur, tanpa menunggu waktu lama mereka tertidur nyenyak sejenak untuk melupakan rasa sakit yang Mark rasakan.















Tbc.

be third person「END」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang